Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika "Menerjang Badai" (Bagian 4): Dini Hari Itu, Badai pun Mereda

18 Januari 2017   17:02 Diperbarui: 18 Januari 2017   17:18 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                                                                       Dokumen pribadi

By Christie Damayanti

Tiba2 suasana tenang. Pengumuman2 dari kapten pilot, tidak lagi terdengar. Suara mesin pesawat tidak lagi menderu2. Pesawat pun tidak menghempaskan penumpang2nya. Sepertinya, kapten pilot sudah punya ijin untuk mendarat …..

Dan pesawatpun mendarat dengan sempurna ….. Puji Tuhan …..

2 jam lebih terhempas badai. 6,5 jam terbang dari Dallas ke San Francisco, sementara sebenarnya hanya 4,5 jam terbang. Delay hampir 8 jam. Jadi sekitar 14,5 jam kami baru tiba di San Francisco, bahkan kami pun belum keluar dari tanah Amerika. Waktu itu adalah jam 1 dini hari lebih, waktu setempat (ada perbedaan waktu antara Dallas dan San Francisco.

Masih jauh perjalanan kami ke tanah air. Jika sesuai dengan waktu, masih harus menempuh waktu sekitar 21 jam lagi. Tetapi aku tidak yakin, kami bisa menempuhnya dalam waktu yang sesuai.

Kami sekelaarga, karena aku dan mamaku dikatagorikan ‘disabled’, sehingga kami harus menunggu sampai semua penumpang keluaar, barulah kami dijemput oleh petugas badara dengan kuris roda kami. Tetapi walau kami paling lambat untuk turun, kami justru lebih cepat mengurus dokumen kami karena mempunyai jalur khusus untuk kaum disabled.

Aku meminta petuga bandara untuk menari counter ‘claim’ dan transit untuk mendapatkan tiket baru kami menuju Indonesia. Pesawat lanjutan kami sudah berangkat, sehingga kami harus mendapatkan tiket baru.

Ternyata tidak gampang untuk kami mendapatkan tiket baru. Semua penuh, karena pesawat banyak yang delay sampai San Francisco, dan ini sudah jam 1.30 dini hari! Dan semua penumpang antri di satu titik ini, mencari pesawat lanjutan bagi yang memang hanya transit di San Francisco,

Efek domino, memang ….. tidak gampang …..

Pertama, kami mau ‘dilempar’ ke Seattle sebelum ke Asia (entah ke negara mana), karena memang tidak ada tempat. Bayangkan, San Francisco adalah salah satu bandara tersibuk di Amerika, dimana ratusan pesawat mendarat dan terbang. Sehingga, jika 1 pesawat delay, efek domino nya sangat terasa.

Pesawatku delay hampir 8 jam, aku bisa membayangkan, sudah puluhan pesawat yang ‘mengambil’ tempat didepan pesawatku! Jadi, sia2lah kami menggerutu tidak punya tiket. Hanya pasrah dan berserah saja, yang bisa kami lakukan …..

Aku menolak dengan tegas, ketika kami diminta untuk terbang ke Seattle sebelum ke Asia! Untung aku sempat googling dan melihat ‘forecast’. Bahwa semakin ke utara, adalah semakin badai mengamuk. Seattle adalah masih jauh sebelah utara San Francisco, bahkan akan semakin jauh juga menuju Tanah Air. Jadi, penolakanku kepada petugas bandara pun sangat dimengerti. Dan dia berusaha untuk mencari tiket yang lain menuju Singapore sebelum ke Jakarta …..

Setelah itu, ada kesempatan untuk tiket langsung ke Honk Kong. Aku bersorak. Senangnya jika langsung ke Hong Kong. Petugas itu berusaha mengebooked tiket untuk kami, ternyata … gagal lagi ….

Terus akhirnya setelah Seattle aku benar2 menolak dengagn keras ( katanya memang ke Seattle yang lowong dan setelah itu ada pesawat yang langsung ke Beijing terus ke Singapore sebelum sampai Jakarta). Aku menolaknya karena, jika kami ke Seattle lagi, berarti aku akan menempuh perjalanan dalam badai yang kedua, yang mungkin akan lebih dasyat lagi!

Akhirnya, setela lebih dari 2 jam kami menunggu, petugas itu menyerahkan 3 buah boarding pass yang akan membawa kami bertiga menuju Osaka, Jepang dengagn menumpang pesawat United Airline juga. Selanjutnya, dari Osaka kami akan diantar ke Singapore, dan akhirnya dengan menumpang Garuda indonesia kami bisa kembali ke Jakarta …..

Tetapi, kami pun harus siap menunggu sampai pesawat terbang, sekitar 8 jam! Jadi, dari mendarat kami sudah 14,5 jam, menunggu boarding pass 2,5 jam menjadi 17 jam, sebelum kami bertolak lagi. Setelah itu kami harus menunggu 8 jam lagi, dimana pesawat kami akan terbang sekitar jam 11 siang, jika tidak terlambt lagi …..

Jangan lupa, badai masih mengancam kami di San Francisco …..

Sekarang sudah jam 3.30 dini hari. Kami diberi voucher hotel dan makanan. Semua gratis. Tetapi hotel transit kami berada di luar bandara. Tida jauh, memang, Hanya sekitar 5 miles, tetapi itu jam 3.30 dini hari, huan lebat serta dingin sekali. Kutanyakan, suhu sekitar 20F, berarti belasan strip dibawah nol Celcius! Astaga! Beku, kami jika kami harus naik shuttle bus kesana, dan tidak mudah untuk kami yang berkursi roda dengan membawa 3 koper cabin!

Alhasil, aku putuskan untuk bermalam saja di bandara. Dengan kesadaran bahwa ini lebih baik daripada harus berhujan2 dan berdingin2, walau mamaku pasti sudah sangat kelelahan ….

Catatan :

Ketika aku masih muda, sebelum terserang stroke, aku sering tugas keluar negeri sendirian. Jika aku benar2 sendirian, aku lebih memilih tinggal di bandara jika transit, ketimbang harus tinggal di hotel sendirian.

Dengan koper cabin serta mantel, aku pasti tidur di bangku panjang, beralas bantal kan kopor dan berselimut matel, serta tas tanganku, kuikat dengan syal ke tangan kiriku, dan aku bisa tidur dengan cukup nyaman …..

Tetapi tidak jika dengan mamaku. Walau cukup berat kuputuskan, mamaku akhirnya mengerti tentang kesusahan kami jika kami harus  berhujan2 dan berdingin2 ria menuju hotel di jam 3.30 dini hari!

Akhirnya kami bertiga, menggelandang di salah satu bandara tersibuk di Amerika , San Francisco SFO International Airport ….. dan aku belum bisa tidur sejak 17 jam yang lalu …..

20170109-191726aaaaa-587f3ce12623bd2508779d30.jpg
20170109-191726aaaaa-587f3ce12623bd2508779d30.jpg
20170109-173838aaaaa-587f3ced2623bd8307779d32.jpg
20170109-173838aaaaa-587f3ced2623bd8307779d32.jpg
Suasana di bandara jam 3 pagi dini hari ……

***

Sungguh, suatu pengorbanan yang luar biasa untuk kembali ke Tanah Air, setelah berlibur bersenang2 bersama sluruh keluarga kami di Amerika.

Badai memang sudah mereda, pagi itu. Hanya kami sudah sangat capai. Tidak bisa mandi dan ganti baju, kedinginan dan tidak mampu untuk berkeluh kesah. Alam memang kejam! Tidak ada yang tertinggal, jika alam mengamuk. Tuhan sudah mempunyai Rencana NYA sendiri. Kami hanya bisa mengikuti Rencana NYA, tanpa berkeluh kesah …..

17 jam kami sudah jalani, keluar dari Dallas. Masih lebih dari 21 jam lagi untuk tiba ke jakarta. Tetapi aku tidak yakin akan bisa tepat waktu. Kita lihat saja! Berapa jam yang kami akan butuhkan untuk sampai ke Jakarta …..

Yang aku tahu, dari San Francisco menuju ke Osaka akan lebih dari 10 jam, bahkan bisa sampai 15 jam. Ditambah dengan badai yang mungkin tetap akan menunggu kami, untuk menghempaskan pesawat yang membawa kami …..

Bersambung .....

Sebelumnya :

Ketika “Menerjang Badai” (Bagian 3) : Pesawat Terus Terhempas dalam Badai!

Ketika “Menerjang Badai”(Bagian 2) : Mungkinkah Penerbangan Ditunda, Karena Badai Menggila?

Ketika “Menerjang Badai” (Bagian 1) : San Francisco Diramalkan Akan Terjadi Badai Besar!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun