By Christie Damayanti
Pernah nonton tentang pesawat yang dijungkir bailkkan badai? Pernah membayangkan, kita berada dalam pesawat itu? Pernah terbersit itu adalah pesawat yang kita tumpangi dari suatu tempat?
Kalau belum, bersyukurlah..
Karena, pesawat yang dijungkir balikkan badai itu, adalah salah satu pesawat yang kutumpangi dari Dallas ke San Francisco, tanggal 8 Januari 2017 lalu …..
Medio, 8 Januari 2017
“The first major California storm of 2017 slammed into the San Francisco Bay Area the weekend of January 7 and 8, and heavy rain and high winds continued into the following week. The heavy downpours saturated the soil and caused streams and rivers to flood, causing damage across the region”. – The Mercury News
Sebuah surat kabar local menyatakan badai besar melanda, dengan angin dan hujan besar akan melanda San Francisco, dan tanggal 8 Januari 2017, adalah kepulangan kami menuju Indonesia …..
Dan ini ada kesaksian tentang badai besar yang melanda San Francisco :
Major Storm to Hit San Francisco California on Sunday January 8, 2017 :
Published on Jan 7, 2017
Major Storm is on its way for San Francisco California on Sunday January 7, 2017 and it will bring 30+ mm of Rain and the Winds will be Very Strong that will Cause Wind Driven Rain and Sideways Rain that will Cause a lot of Puddles on the Streets and the Big Waves will Crashing on the West Coast of California and the Major Storm with Wind Driven Rain will also hit Oakland, San Jose and Sacramento California and the Storm may Knock out Power in San Francisco California and the Surrounding Areas and it will Cause a lot of Puddles on the Streets in San Francisco California.
If you Have anybody Living in San Francisco California Be Prepared for the Major Storm on Sunday January 8, 2017. Take Care and Stay Safe and Don't Get Caught in the Major Storm Stay Dry and Be Safe.
Ketika menerjang badai
Kami sudah tahu dari ‘forecast’ di televisi bahwa sekitar weekend, cuaca di seluruh Amerika akan drop, dan semakin drop sampai bulan Februari 2017, termasuk Dallas tentunya. Pikiranku sedikit ‘penuh’. Hmmmm, badai? Bagaimana rencana kepulangan kami ke Indonesia? Karena pesawat kami pulang, pas di hari minggu 8 Januari 2017.
Tetapi, adikku berkata, belum tentu juga. Namanya ‘forecast’, jadi tetap tidak tentu. Dan aku sedikit tenang.
Hari itu Minggu pagi yang tenang. Matahari bersinr cerah ceria, walau suhu memang drop. Sekitar 27 derajat Fahrenheit, serarti lebih rendah dari titik minus, sekitar -2 (minus) derajat Celcius. Salju yang memang sudah turun sejak beberapa hari lalu, tetap mengeras, tidak mencair, yang menyebabakan jalanan licin tidak karuan.
Bayangkan, jika kita berjalan di atas es batu, itulah yang terjadi. Licin sekali. Ketika salju turun dan berhari2 suhu dibawah 0 derajat, membuat jalanan licin dan tidak sedikit mobil2 kecelakaan karena rem tidak bisa mengendalihan mobil itu.
Setelah pulsng dari Gereja, kami bersiap ‘packing’ untuk ke airport sekitar jam 1 siang. Pesawat kami jam 4 sore waktu setempat. Diluar, kulihat matahari masih bersinar cerh, dan hatiku tenang. Pikiran tentang badai beberapa hari lalu, hilang lenyap tak berbekas.
“Ah … perjalanan kami pulang, tidak akan membuat kami stress”, begitu kata hatiku.
4 kopor bagasi kami, 3 kopor cabin serta 2 kursi roda, sudak siap di dalam mobil adikku. Kami beriga, aku, mamaku dan anakku, diantar keluarga adikku 4 orang. Jadi kami beriringan dengan 2 mobil.
Sedikit sedih, memang. Selama 1 bulan kami berkumpul bersama dengan keluarga adikku yang dari Bali, berlibr bersama di west Coast dan di rumah adikku di Irving, Dallas. Entah kapan lagi kami bisa berkumpul bersama. Sekitar 7 tahun lalu, kami berkumpul juga di Amerika, ketika aku masih sehat dan papa masih ada. Justru di tahun itu, tahun 2010 aku terserang stroke di San Francisco.
20 menit kami sampai di Dallas Fort Worth International Airport. Kami tidak cek in dan berangkat pulang.Sedikit berfoto terakhir, sebelum kami masuk ke area pemeriksaan TSA, dan kami saling melambai.
Selamat tinggal adikku, selamat tinggal Dallas …..
Pemeriksaan pun berjalan lambat karena antri dan kami harus melepaskan semua jaket serta membuka kopor cabin kami. Setelah selesai, kami, dengan diantar petugas2 bandara, 2 kursi roda kami (aku dan mamaku didorong dengan kursi roda) didorong ke ruang tunggu menuju pesawat United Airline, untuk menerbangkan kami transit ke San Francisco dahulu.
Catatan :
Karena untuk mendapat tiket murah Jakarta-Dallas-Jakarta, aku harus mencari penerbangan2 sambungan dengan beberapa transit. Jadi, penerbangan kami awalnya adalah Jakarta – Singapore (dengan Garuda Indonesia) – HongKong – Chicago – Dallas (dengan United Airline). Dan perjalanan pulang adalah Dallas – San Francisco (dengan united Airline) – Singapore – Jakarta (dengan Garuda Indonesia).
Ketika sekitar 15 menit mau boarding, tiba2 ada pengumuman tentang delay. Alasannya adalah permasalahan traffic penerbangan, karena San Francisco international Airport SFO memang termasuk bandara yang tersibuk di Amerika. Dan aku belum sadar tentang badai yang sudah berulang kali disosialisasikan lewat televisi.
Awalnya kami siap terbang jam 4 sore, tetapi kami baru bisa terbang sekitar jam 10 malam hari! Ada apa? Begitu juga penumpang2 yang lain, mengantri di belakang kami. Untuk kami sendiri, kami harus mengejar pesawat berikutnya menuju Singapore, yang dari San Francisco berangkt sekitar jam 11 malam itu. Jadi yang jelas, jika kami delay sampai jam 10 malam, jelas kami tidak bisa mengejar pesawat kami!
Dallas – San Francisco harus ditempuh selama sekitar 4,5 jam. Dan aku mulai bingung, bagaimana kami bisa mendapatkan pesawat berikunya. Sampai akhirnya, aku benar2 curiga, tentang badai yang selalu digembar gemborkan sebelumnya, untuk berhati2 …..
Aku ngotot menanyakan petugas disana, tetapi sepertinya mereka tetap tidak terus terang, ada apa sebenarnya. Begitu juga kepada penumpang2 yang lain. Alasannya sama, yaitu masalah traffic penerbangan.
Lalu aku dengan di dorong di atas kursi roda oleh Michelle, untuk mencari televisi. Dan benarlah ketakutanku. Ada badai di beberapa kota di Amerika, termasuk di San Francisco!
Aku langsung menghubungi adikku di rumah, untuk memantau lewat televisi. Micheele chating dengan WA dan aku mencari informasi lewat internet tentang seberapa bahaya nya badai ini. Dan aku sempat berpikir, untk menunda perjalanan pulang kami ke Indonesia sampai badai mereda.
Tetapi adiiku berkata,
“Mba, badai akan terus terjadi sampai akhir Februari. Jika mba menunda untuk pulang, memang mba mau tinggal disini sampai akhir Februari?”
Sebuah ketakutan, cukup membuat tensiku (pasti) naik. Aku berdoa, walau mungkin orang2 melihatku tenang2 saja. Selalu tersenyum bahkan narsis berfoto2. Ketika mamaku bertnya, ada apa, aku pun menjawab dengan santai, seakan tidak terjadi apa2. Tetapi kami mulai sibuk mencri makan. Karena sudah jam makan malam, walau maskapai atau bandara sudah menyedikanan minum dan banyak snack …..
7 jam kami lalui. Dari mulai ketakutan yang melanda, dengan berbagai macam bayangan yang menakutkan, seperti di film2 kecelakaan pesawat karena badai. Kemudia berangsur tenang, sambil santai makan malam burger di bandara, bahkan sempat cari2 souvenir untuk oleh2. Dan akhirnya, bahkan aku dan anakku chatting dan ketawa2 lewat teman2 kami di Facebook, menertawai badai yang membuat kami harus delay selama 7 jam ……
Mamaku santai dan tertidur, tetapi ketika di televisi terus menerus sosialisasi tentang badai dan adikku pun terus memantau bedai yang sedang melanda di San Francisco, aku tersadar bahwa hidup kami seperti diujung tanduk …..
Bersambung ……
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H