Selamat tinggal adikku, selamat tinggal Dallas …..
Pemeriksaan pun berjalan lambat karena antri dan kami harus melepaskan semua jaket serta membuka kopor cabin kami. Setelah selesai, kami, dengan diantar petugas2 bandara, 2 kursi roda kami (aku dan mamaku didorong dengan kursi roda) didorong ke ruang tunggu menuju pesawat United Airline, untuk menerbangkan kami transit ke San Francisco dahulu.
Catatan :
Karena untuk mendapat tiket murah Jakarta-Dallas-Jakarta, aku harus mencari penerbangan2 sambungan dengan beberapa transit. Jadi, penerbangan kami awalnya adalah Jakarta – Singapore (dengan Garuda Indonesia) – HongKong – Chicago – Dallas (dengan United Airline). Dan perjalanan pulang adalah Dallas – San Francisco (dengan united Airline) – Singapore – Jakarta (dengan Garuda Indonesia).
Ketika sekitar 15 menit mau boarding, tiba2 ada pengumuman tentang delay. Alasannya adalah permasalahan traffic penerbangan, karena San Francisco international Airport SFO memang termasuk bandara yang tersibuk di Amerika. Dan aku belum sadar tentang badai yang sudah berulang kali disosialisasikan lewat televisi.
Awalnya kami siap terbang jam 4 sore, tetapi kami baru bisa terbang sekitar jam 10 malam hari! Ada apa? Begitu juga penumpang2 yang lain, mengantri di belakang kami. Untuk kami sendiri, kami harus mengejar pesawat berikutnya menuju Singapore, yang dari San Francisco berangkt sekitar jam 11 malam itu. Jadi yang jelas, jika kami delay sampai jam 10 malam, jelas kami tidak bisa mengejar pesawat kami!
Dallas – San Francisco harus ditempuh selama sekitar 4,5 jam. Dan aku mulai bingung, bagaimana kami bisa mendapatkan pesawat berikunya. Sampai akhirnya, aku benar2 curiga, tentang badai yang selalu digembar gemborkan sebelumnya, untuk berhati2 …..
Aku ngotot menanyakan petugas disana, tetapi sepertinya mereka tetap tidak terus terang, ada apa sebenarnya. Begitu juga kepada penumpang2 yang lain. Alasannya sama, yaitu masalah traffic penerbangan.
Lalu aku dengan di dorong di atas kursi roda oleh Michelle, untuk mencari televisi. Dan benarlah ketakutanku. Ada badai di beberapa kota di Amerika, termasuk di San Francisco!
Aku langsung menghubungi adikku di rumah, untuk memantau lewat televisi. Micheele chating dengan WA dan aku mencari informasi lewat internet tentang seberapa bahaya nya badai ini. Dan aku sempat berpikir, untk menunda perjalanan pulang kami ke Indonesia sampai badai mereda.