By Christie Damayanti
Sebelumnya :
Si ‘Leher Botol’ yang Bisa Membuat Jakarta Collaps!
Rumah Kecil Sedikit Kumuh Dengan 3 Mobilnya
Kemacetan di kota2 besar, khususnya Jakarta sekarang ini tidak bisa dihindari. Aku ingat, beberapa tahun lalu ada sebuah surat kabar besar Indonesia mengatakan bahwa,
“Tahun 2014, ketika kita keluar dari rumah kita, kita sudah dalam kemacetan”
Itu diketik besar2 sebagai sub-headline, lupa surat kabar apa. Dan pada kenyataannya, ketika tahu 2014 setelah aku keluar dari kompleks rumahku, macetnya sudah terlihat bahkan dari ujung jalan layang Lapangan Roos Tebet sampai ke ujung jalan layang Kampung Melayu, tanpa jeda.
Dan sekarang, kemacetan sudah dari dalam kompleks rumahku! Terbukti, prediksi surat kabar tersebut, dengan penulis2 pemikir tentang Jakarta!
Dan semakin kesini, kemacetan di Jakaata semakin parah. Menurut beberapa referensi yang aku baca, kemacetan tersebut membuat masyarakat Jakarta mengalami kerugian hingga 48 triliun Rupiah (Detik News, 26 November 2008), dan mengakibatkan tingkat stress yang luar biasa bagi pengguna jalan, meningkatnya polusi perotaan hingga terganggunya kegiatan bisnis!
Aku ingat, ketika aku masih sehat sekitar 7 tahun lebih yang lalu, aku setir mobil sendiri. Dari rumahku di Tebet ke kantorku di Grogol, sampai keliling Jakarta jika melakukan meeting dan survey, entah di jam2 berapa saja. Dari jam 6 pagi berangkat dan sampai rumah lagi hampir subuh kesoka harinya, dengagn tingkat stress yang sedemikian berat, merupakan salah satu penyebab aku terserng stroke, awal tahun 2010 lalu.
Walau aku memang termasuk yang sangat menyukai menyetir, dengan gayaku, tingkat stress ku sangat berlebihan. Ketika aku berada dalam kemacetan yang luar biasa, apa yang aku lakukan?
Aku menyetel CD lagu2 Queen kesukaanku, keras2 dan aku ikut menyanyi keras2, sampai biasanya mobil disebelahku akan menoleh kepadaku. Ada yang mengepalkan tangannya, seraya ‘berteriak’ (aku ga dengar sihhh … hihihi …) memakiku, atau ada juga yang meminta aku mengecilan voume CD ku dengagn membuka jendelanya dan meminta aku membuka jendela mobilku. Tetapi ada juga yang itu bernyanyi dan menggoyang2kan kepalanya, sambil bersama2 tertawa terbahak2 ……
Masing2 pengendara berbeda dalam mencari jalan keluarnya. Karena justru banyak yang marah2 sambil memencet klakson terus menerus, dan ini yang membuat kita semua semakin stress …..
Permasalahan kemacetan di Jakarta, tidak lepas dari akar permasalahan transportasi, yang dikarenakan tidak terkendalinya pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Jakarta. Seperti yang aku sering katakan,
“Bagaimana sempat, pemerintah membangun jalan Jakarta jika harus berbalapan dengan pertumbuhan jumal kendaraan bermotor?”
Dalam 1 ruas jalan yang dibangun sekitar 1 sampai 2 tahun, dan selama itu juga ribuah kendaraan bermotor tumplek bleg di Jakarta! Jadi, sama saja bohong kan? Jakanan jadi, tetapi sudah terisi dengan mobil2 dan motor2 baru!
Karena menurut data dari Polda Metro Jaya, pertumbuhan kendaraan bermootor di Jakarta sekarang ini sekitar 250 unit per-hari! Itu data beberapa tahun lalu, dan saat ini pertumbuhannya naik 12% per-tahun, dimana pertumbuhan ruas jalan Jakarta hanya 0,01% per-tahun saja!
See?Lihat? Ckckck …..
Kondisi ini terlihat sangat perlu untuk pembatasan jumlah kendaraaan di jalan2 di Jakarta, agar tidak melebihi kapasitas yang mampu menampunya. Dan pemprov DKI Jakaarta selama ini membatasi jumlah kendaraan dengan system ‘3in1’ dan diganti dengan system ganjil-genap. Tetapi sebagian pengendara adalah tidak mau mematuhi peraturan, sehingga yang ada adalah mereka ‘mengakali’ pemprov dengan banyak hal!
Sistem ‘3in1’ diakali dengan menaikkan 1 penumpang yang dibayar, sehingga menjadi permasalahan social, masalah baru untuk Jakarta. Sedangkan ketika system ganjil-genap diberlakukan, beberapa orang membuat plat nomor palsu untuk mengakali petugas setiap pergantian antara ganjil dan genap!
Bagaimana dengan system pembatasan umur kendaraan?
Sepertinya di Jakarta ini cukup sulit, karena selain Jakarta memanjakan warganya dengan sikap hedonism tentang kendaraan bermotor (lihat artikelku di link di atas), sebagian warga Jakarta yang lain memang masih membutuhkan mobil2 tua yang bisa dibeli dengan harga murah, untuk pemenuhan kebutuhannya.
Di Jakarta masih banyak yang menggunakan mobil2 dibawh tahun 1980-an bahkan lebih tua lagi. Bukan karena mereka kolektor, tetapi lebih kepada efisiensi mobil. Jika masih bisa dipakai, kepana harus diganti?Begitu kata sebagian warga …..
Sehingga, kurang manusiawi ketika mobil tua tidak boleh masuk Jakarta, sedangkan mereka masih membutuhkan mobil mereka untuk berkegiatan di Jakarta. Ditambah, bagaimana “menghabisi” mobil2 tua tersebut? Pemerintah harus mempunyai dana lebih untuk “membeli kembali” mobil2 kadaluwars itu, karena kalau tidak, hanya akan merugikan masyaraat dan menimbulkn kekacauan social …..
Pembatasan kepemilikan kendaraan bermotor di Jakarta pun sudah diterapkan. Dengan cara pajak mobil kedua akan lebih besar daripada pajak mobil pertama. Itupun tidak terlalu bermasalah bagi sebarian warga Jakarta. Beli mobil milyard-an saja mampu, mengapa pajak tiap tahun, tidak mampu?
Lalu, kalau seperti ini, bagaimana Jakarta terhindar dari kemacetan? Belum lagi dengan berlimpahnya promosi kendaraan2 motor baru yang masuk ke Jakarta!
Sistim termodern yang sedang dikaji oleh pemerintah sekarang ini adalah ERP (Electronic Road Pricing), dengagn pungutan. Yang dicobakan di daerah CBD yang strategis, yang tentunya menguntungkan bagi masing2, secara ekonomis. Termasuk dampaknya terhadap lingkungan, social serta kualitas perkotaan, serta bagaimana system mekanisme pengelolaan hasil keuangannya.
***
Ketika system transportasi sebuah perkotaan, khususnya Jakarta ini, diimplementasikan, apapun sistemnya, maka transportasi missal perkotaan juga harus siap untuk melayani warga kota. Setidaknya, dengan kenyamanan dan biaya yang mendekati biaya yang harus ditanggung oleh warga kota jika harus menggunakan kendaraan pribadi. Sistem transportasi public perkotaan ini, harus berjalan mantap, untuk mendukung pembatasan penggunaan kendaraan pribadi. Itu adalah KONSEP yang harus dilakukan!
Aku juga teringat, ketika aku kuliah di kota Perth, Australia Barat, papaku bertanya kepadaku,
“Kamu mau papa belikan mobil untuk kuliahmu?”
Aku menjawab,
“Buat apa, pa? Enakkan naik bus yang nyaman,dan aman. Tepat waktu, lagi. Kalau punya mobil, aku harus merawatnya dan bensina pun mahal!”
Jadilah, aku selalu lebih memilih transportasi public, selama kuliah disana ……
Jakarta, memang sudah sangat akut dan memerlukan bantuan untuk mengatasi permasalahan2nya, terutama tentang kemacetan …….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H