Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Akhir dari Sebuah Perjalanan

22 November 2016   11:06 Diperbarui: 22 November 2016   11:31 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hotel King, Sistine Rue, Rome, tempat kami bermalam selama di kota Roma|www.fisheyes.ltd

By Christie Damayanti

Seperti biasa, jika kita di hari akhir liburan, kita seakan tidak mau berakhir. Kita mau ‘mengambil’ semua apa yang bisa kita bawa pulang. Saalah satunya, justru di akhir2 kita akan meninggalkan hotel, aku justru sengaja mengeksplore hotel itu sampai sekecil-kecilnya, untuk ‘mengambil’ semua yang tersisa, yang bisa aku ‘bawa’ pulang sebagai kenangan.

Hotel King, di Sistine rue, Rome.

Sebuah hotel yang direkomendasikan trave biro langgananku di Jakarta. Berada di kota Roma, ditengah-tengah dan strategis untuk mencapai titik-titik wisata (terdekat dari Piazza Bernini). Dan harganya sangat murah, hanyak Euro 120.00 per-malam, sekitar 1.950.000 Rupiah saja.

Memang untuk kantong kita sebagai yang tinggal di Indonesia, harga ini cukup mahal, tetapi tidak di negara-negara yang memakai mata uang tinggi, termasuk Eropa. Harga Euro 120.00 adalah sangat murah, sebuah hotel yang lokasinya sangat strategis di kota Roma.

Hotel ini tidak besar, hanya 1 ruko berlantai 4, dengan lebar sekitar 8 meter dadn panjang sekitar 25 meter (atau lebih). Bangunan modern ala Roma, interiornya nuansa klasik kekinian, cukup nyaman untuk hotel berharga demikian. Karena konsepku yang sering berwisata, hotel itu hanya untuk tidur saja. Pagi-pagi pergi berwisata, pulang minimal sudah gelap dan langsung istirahat dan tidur. Jadi, mengapa harus membayar mahal untuk sebuah hotel?

Karena kami berwisata bertiga, kami selalu diberikan kamar suite dengan 3 tempat tidur (oya, harga tersebut untuk kita bertiga, bukan harga standard), dengan luas kamar cukup besar dan sangat nyaman dengan fasilitas baik.

Dan di hari terakhir, dimana kami akan dijemput taksi sekitar jam 02.00 siang, kami praktis tidak bisa keliling kota lagi. Yang ada kami benar-benar menikmati hotel kami, dari bangun pagi, makan pagi sambil santai menikmati makanan yang tersedia, mengeksplore hotel, lalu bersantai di lobi, atau berjalan-jalan dan berfoto di sekitar hotel, dan tidur, seperti yang dilakukan Dennis.

***

Berawal dari sarapan pagi. Kamar kami berada di lantai 2, dan ruang sarapan paginya berada di lantai yang sama. Tempatnya tidak besar, yah namanya juga hotel kecil dan hanya sebesar ruko 8 meter, tetapi suasana yang disajikan cukup nyaman dengan makanan pagi ala internasional. Roti tawar atau roti bakar, aneka roti manis (Danish), sereal, salad dingin, berbagai jenis keju, berbagai jenis ham (pasti hampir semua tidak halal), yogurt, berbagai jenis buah-buahan. Cukup kenyang dan roti manisnya enak.

Yang sangat  menarik adalah di lantai 5 (lantai atap), Hotel King menyediakan ruang makan cantik, dengan penutup atap ringan yang didesain seperti ‘ruang luar’ dan lampu-lampuyang pastinya dimalam hari, berwarna kuning romantis. Dan ruang makan ini memang hanya dibukan untuk dinner.

Restoran Hotel King, cukup romatis,di lantai atap (lantai 5)| Dokumentasi pribadi
Restoran Hotel King, cukup romatis,di lantai atap (lantai 5)| Dokumentasi pribadi
Setelah makan padi dengan canda ‘quality time’ antara ibu dan anak-anaknya, kami malas untuk timggal di kamar saja, sehingga kami duduk di lobby hotel. Hmmm, cukup nyaman, karena lobby hotelya berada di lantai 2, dan jendela bisa dibuka, sehingga kami bisa menikmati suasa pagi di Sistine Rue Roma, dari lantai atas.

Sebenarnya di Sistine rue itu sangat menarik untuk belanja belanji, walau tidak terlalu banyak toko. Beberapa toko souvenir, menyediakan souvenir, seperti kartupos, kaos, tas dan sebagainya. Harganya standard souvenir dan ini yang disukai anak-anakku. Mereka akan membeli berbagai pernak pernik souvenir yang mereka kehendaki. Aku sendiri tidak akan kubatasi dengan keinginan mereka, dan mereka tahu diri untuk hanya membeli yang mereka suka. Seperti kaos atau sweter.

Di depan Hotel King, ada butik Valentino. Merk terkenal, bahkan di Jakarta. Harganya menengah untuk di Roma, tetapi berharga tinggi untuk di Jakarta!. Aku sempat masuk ke butik Valentino, sebagian besar adalah barang-barang kulit gres dan kualitas prima! Baju-baju kulit, tas kulit, sepatu kulit serta jam tangan dengan kelang kulit. Keren dan cantik! Harganya memang tidak murah, walau aku tahu barang-barang ini tidak masuk ke Indonesia, tetapi aku tidak akan membelinya …..

Ada butik “Valentino” dengan barang2 cantik dan beberapa butik local untuk wisatawan berantong menengah. Sistine Rue, Rome, sekitar Hotel King| Dokumentasi pribadi
Ada butik “Valentino” dengan barang2 cantik dan beberapa butik local untuk wisatawan berantong menengah. Sistine Rue, Rome, sekitar Hotel King| Dokumentasi pribadi
Di beberapa toko menjual berbagai jenis baju fashion serta barang-barang kulit berharga ‘miring’, dari perancang lokal, pasarnya menembak wisatawan kelas menengah yang tidak sempat untuk berbelanja di tempat tulis. Karena di Sistine Rue, terdapat beberapa hotel sekelas Hotel King, yangkami tempati.

Ada juga beberapa cafe-cafe yang dibuka setelah magrib, dan beberapa restoran local menyajikan aneka pizza lokal bagi wisatawan. Seperti restoran favorit kami, tepat di sebelah Hotel King, La Botte Italian Restorante.

“La Botte Italian Restorante”, tepat di sebelah Hotel ing, makanan favorite kami selama di Roma| Dokumentasi pribadi
“La Botte Italian Restorante”, tepat di sebelah Hotel ing, makanan favorite kami selama di Roma| Dokumentasi pribadi
Anak-anakku sudah sibuk dengan pikirannya. Dennis tidur di sofa empuk, dan Michelle sudah sibuk dengan handphone nya, karena ada wifi. Sibuk dengan gme dan komik Jepangnya. Dan aku terus mengamati serta berkeliling hotel. Untung hotel sepi karena para wisatawan yang lain sudah keluar untuk berwisata, hanya kami disini.

Dannis tidur di sofa empuk dan Michelle sibuk dengagn game dan komikJepang online nya| DOkuemntasi pribadi
Dannis tidur di sofa empuk dan Michelle sibuk dengagn game dan komikJepang online nya| DOkuemntasi pribadi
Jam 12.00, kami cek out. Mengambil barang-barang kami untuk kamar kami ditutup bagi wisatawan baru. Karena kami baru dijemput jam 14.00, maka kami masih memiliki waktu untuk sekedar bersantai atau makan siang. Tapi karena kami sarapan cukup banyak, kami memutuskan tidak makan siang di hotel. Kupikir, kami akan makan di airport saja.

***

Tepat jam 14.00, sebuah taxi van datang. Disupiri oleh seorang Italy, bernama Roberto Coppola. Dia adalah seorang supir taksi yang mengantar kami dari Airport waktu baru datang dari Paris. Dan Roberto yang menawari kami untuk menjemput di hotel, menuju airport lagi, jika mau pulang. Tentu saja aku tidak menampik tawaran ini, karena aku tahu tidak mudah mendapatkan ‘teman’ di negara lain, apalagi ini Italy, yang sebagian besar penduduk local tidak bisa berbahasa Inggris.

Begitu juga Roberto. Dia benar-benar penduduk lokal, dan ketika aku  mengajak dia ngobrol waktu perjalanan dari airport menuju hotel waktu baru datang dari Paris, Roberto tertawa. Sambil ‘bicara’ bahasa isyarat dengan tangannya, bahwa dia menggeleng dan terbata2 berkata “tidak bisa berbahasa Inggris” …..

Tapi, begitulah aku. Walau aku tahu dia tidak bisa bahasa Inggris, aku pun nekad untuk “ngobrol” dengan nya. Dan kami menjalin komunikasi cukup baik, terbukti walau mungkin kami masing2 tidak mengerti, tapi kami bisa tertawa bersama sambil berbahasa isyarat dengan tangan, bahkan anak2pun ngibrol bersama sambil tertawa. Karena dari airport Leonardo da Vinci ke Roma tepatnya di Hotel King di Sistine Rue, memakan waktu sekitar 1,5 jam.

Begitu juga ketika kami dari hotel ke Airport, walau sedikit macet, dan waktu terbang masih cukup lama, Roberto mengajak kami berputar2 kota Roma, lewat jalan2 yang tidak dilewati bus wisata kami kemarin. Dan aku menambah wawasan dan pengamatan tentang sisi kota Roma yang tidak terjangkau oleh wisatawan …..

Setelah waktunya memang harus pulang, dengan sukup berat kami memang harus pulang. Dan Roberto membawa taksi van nya bertolak langsung ke airport.

***

Setibanya di airport, Roberto pun serasa tidak mau “melepas” kami. Dia terlihat agak berlama2 menurunkan koper2 kami, dan setelah siap  di dorong dengan troly, Roberto justru mematikan mesin mobilmya, setelah menitipkam mobilnya kepada petugas, lalu justru dia yang mendorong troly kami! Sampai kami setelah cek in dan koper2 kami masuk ke bagasi pesawat, barulah Roberto berpaminat pada kami, memeluk kami, seraya dia mewanti2, kalau kami ke Roma lagi, dia harus melayani kami lagi! Bahkan dia berjanji akan menjadi tour guide dengan taxi van nya, untuk berkeliling Roma! Astaga, senangnya.

Dengan jarak sekitar 1,5 jam dari Roma ke Airpor “Leonardo da Vinci”, sebenarnya untuk kami harga yang harus kami bayar sangat mahal sekitar Euro 82.00 (atau sekitar 1.336.000 Rupiah), tetapi sepertnya harga ini cukup baik, ketimbang jika aku harus naik taxi biasanya, dengan harga lebih dari Euro 100.00 (ada list daftar harga nya di reception Hotel King).

Hmmmmmm, sekali lagi, JANGAN MEMIKIRKAN TENTANG HARGA KURS JIKA KELUAR NEGERI, KARENA AKAN ‘SAKIT HATI’, hihihi.

Mendapatkan teman di negara asing memang tidak mudah. Dan ketika suah ada yang selalu ingin berteman, kami harus ‘memelihara’ pertemanan kami. Roberto memberikan kartu namanya dan aku mencatat nomor dan alamatnya di handphone ku. Karena aku akan terus berhubungan dengan nya, seagai teman baru. Dan aku sangat berterima kasih, Tuhan memberikan banyak teman dan sahabat baru ……

Sahabat baru kami, Roberto Coppola di Roma| Dokumentasi pribadi
Sahabat baru kami, Roberto Coppola di Roma| Dokumentasi pribadi
Inilah akhir perjalanan kami, berkeliling ke 7 negara dan 17 kota di Eropa Barat, selama 1 bulan. Meyenangkan, membahagiakan, tetapi juga member pelajaran yang teramat sangat. Tabunganku ludes … des … tetapi hasilnya adalah sebuah ‘quality time’ antara aku dan anak2ku, yang tidak aka nada jika kami tidak berlibir, dan memaksakan diri untuk keluar dari rutinitas.

Sebuah pelajaran yang berharga, yang tidak akan terjadi jika Tuhan tidak berkenan …..

Sebelumnya :

Dari 7 Negara dan 17 Kota Eropa Barat, Kami ‘Melihat’ Dunia

‘Temple of Jupiter Optimus Maximus’ : Kuil Tertua di Roma Tahun 509 Sebelum Masehi [Sketsa tentang Jakarta]

Ritual Kehidupan Perkotaan lewat ‘Foro Romano’, Ternyata Sudah Ada Sejak Abad Sebelum Masehi

Wisata Belanja Kota Roma, ‘Shopping Street’ Tetap Juara!

Trinita dei Monti, Gereja akhir Renaissace yang “Tidak Ramah” bagi Umat Berkebutuhan Khusus

Antara ‘Kota Tua’ Eropa dan Kaum Disabilitas

Benteng Pertahanan ‘Porta San Paolo’, Penjaga Romawi Kuno bagian Salatan

“Piramide di Caio Cestio”, Fungsi Makam Nubia Jaman Romawi Kuno

Hari Minggu, Ibadah dan Wisatawan di Eropa

Arti Para Martir “Tanpa Wajah”, Jam Pasir dan Basilica St Maria dei Angeli di Roma

Basilica St Maria dei Angeli di Roma, Sebuah Gereja “Tanpa Wajah”

Oculus, Sebuah “Mata” Menuju Angkasa bagi Pantheon

Romantisme ‘Trevi Fountain’, Menghasilkan 3000 Euro atau 49 Juta Rupiah Setiap Hari!

“Kamp Penyiksaan” di Sebuah Makam Kaisar Romawi Kuno

Keunikan Nama dan ‘Bangunan Bulat’ Castel Saint’Angelo

Dan ‘Circus Maximus’ pun Tetap Diam Seribu Bahasa …..

Suasana Magis dan Erotis “Circus Maximus” di Kota Roma

Dentang Lonceng di ‘Basilica Santa Maria Maggiore’

Piazza Venezia, Altare Della Patria, Vittorio Emmanuella : Beberapa Nama Sebuah Bangunan ‘Sombong’ nan Cantik

“L’Arco di Constantino”, Sebuah Gerbang Saksi Sejarah Besar

Romantisme ‘Teatro di Marcello’

‘Tampio di Vesta’ : Kuil Pemujaan di Roma Modern

Sejarah Terkelam bagi Arsitektur Dunia lewat ‘Colosseum’

“Setan” itu Berjubah Rakyat Romawi di abad Sebelum Masehi

‘Catacombe’ Jaman Kekaisaran Roma : Lorong Bawah Tanah Tempat Jenazah yang ( Katanya ) Teraniaya

Ketika Singa-Singa itu Mencabik-cabik Mereka, dan Gladiator itu ‘Menghabisi’ Lawannya …..

Cerita Roh-Roh Bergentayangan di Seputar Colosseum

Panas Siang di Kota Roma …..

Konsep Tata Kota Roma, ‘The Ancient City’, dalam Arstektur Klasik dengan Special Lightingnya

“Basilica St.Pieters” : Gereja Terbesar dalam Sebuah Negara Terkecil di Dunia

Selamat Datang di ‘Vatican City’

Fontana del Tritone : Dewa Luat ‘Menguasai’ Kota Roma

Piazza Barberini, Hotel Bernini, dengan Segala Fasilitas Arsitekturnya

“La Botte Rome”, Italiano Restorante

Mengeksplore Roma, Mulai dari ‘Sistina Rue’

Bandara Dunia, ‘Leonardo da Vinci’, Aku dan Kaum Disabilitas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun