By Christie Damayanti
Seperti biasa, jika kita di hari akhir liburan, kita seakan tidak mau berakhir. Kita mau ‘mengambil’ semua apa yang bisa kita bawa pulang. Saalah satunya, justru di akhir2 kita akan meninggalkan hotel, aku justru sengaja mengeksplore hotel itu sampai sekecil-kecilnya, untuk ‘mengambil’ semua yang tersisa, yang bisa aku ‘bawa’ pulang sebagai kenangan.
Hotel King, di Sistine rue, Rome.
Sebuah hotel yang direkomendasikan trave biro langgananku di Jakarta. Berada di kota Roma, ditengah-tengah dan strategis untuk mencapai titik-titik wisata (terdekat dari Piazza Bernini). Dan harganya sangat murah, hanyak Euro 120.00 per-malam, sekitar 1.950.000 Rupiah saja.
Memang untuk kantong kita sebagai yang tinggal di Indonesia, harga ini cukup mahal, tetapi tidak di negara-negara yang memakai mata uang tinggi, termasuk Eropa. Harga Euro 120.00 adalah sangat murah, sebuah hotel yang lokasinya sangat strategis di kota Roma.
Hotel ini tidak besar, hanya 1 ruko berlantai 4, dengan lebar sekitar 8 meter dadn panjang sekitar 25 meter (atau lebih). Bangunan modern ala Roma, interiornya nuansa klasik kekinian, cukup nyaman untuk hotel berharga demikian. Karena konsepku yang sering berwisata, hotel itu hanya untuk tidur saja. Pagi-pagi pergi berwisata, pulang minimal sudah gelap dan langsung istirahat dan tidur. Jadi, mengapa harus membayar mahal untuk sebuah hotel?
Karena kami berwisata bertiga, kami selalu diberikan kamar suite dengan 3 tempat tidur (oya, harga tersebut untuk kita bertiga, bukan harga standard), dengan luas kamar cukup besar dan sangat nyaman dengan fasilitas baik.
Dan di hari terakhir, dimana kami akan dijemput taksi sekitar jam 02.00 siang, kami praktis tidak bisa keliling kota lagi. Yang ada kami benar-benar menikmati hotel kami, dari bangun pagi, makan pagi sambil santai menikmati makanan yang tersedia, mengeksplore hotel, lalu bersantai di lobi, atau berjalan-jalan dan berfoto di sekitar hotel, dan tidur, seperti yang dilakukan Dennis.
***
Berawal dari sarapan pagi. Kamar kami berada di lantai 2, dan ruang sarapan paginya berada di lantai yang sama. Tempatnya tidak besar, yah namanya juga hotel kecil dan hanya sebesar ruko 8 meter, tetapi suasana yang disajikan cukup nyaman dengan makanan pagi ala internasional. Roti tawar atau roti bakar, aneka roti manis (Danish), sereal, salad dingin, berbagai jenis keju, berbagai jenis ham (pasti hampir semua tidak halal), yogurt, berbagai jenis buah-buahan. Cukup kenyang dan roti manisnya enak.
Yang sangat menarik adalah di lantai 5 (lantai atap), Hotel King menyediakan ruang makan cantik, dengan penutup atap ringan yang didesain seperti ‘ruang luar’ dan lampu-lampuyang pastinya dimalam hari, berwarna kuning romantis. Dan ruang makan ini memang hanya dibukan untuk dinner.
Sebenarnya di Sistine rue itu sangat menarik untuk belanja belanji, walau tidak terlalu banyak toko. Beberapa toko souvenir, menyediakan souvenir, seperti kartupos, kaos, tas dan sebagainya. Harganya standard souvenir dan ini yang disukai anak-anakku. Mereka akan membeli berbagai pernak pernik souvenir yang mereka kehendaki. Aku sendiri tidak akan kubatasi dengan keinginan mereka, dan mereka tahu diri untuk hanya membeli yang mereka suka. Seperti kaos atau sweter.
Di depan Hotel King, ada butik Valentino. Merk terkenal, bahkan di Jakarta. Harganya menengah untuk di Roma, tetapi berharga tinggi untuk di Jakarta!. Aku sempat masuk ke butik Valentino, sebagian besar adalah barang-barang kulit gres dan kualitas prima! Baju-baju kulit, tas kulit, sepatu kulit serta jam tangan dengan kelang kulit. Keren dan cantik! Harganya memang tidak murah, walau aku tahu barang-barang ini tidak masuk ke Indonesia, tetapi aku tidak akan membelinya …..
Ada juga beberapa cafe-cafe yang dibuka setelah magrib, dan beberapa restoran local menyajikan aneka pizza lokal bagi wisatawan. Seperti restoran favorit kami, tepat di sebelah Hotel King, La Botte Italian Restorante.
***
Tepat jam 14.00, sebuah taxi van datang. Disupiri oleh seorang Italy, bernama Roberto Coppola. Dia adalah seorang supir taksi yang mengantar kami dari Airport waktu baru datang dari Paris. Dan Roberto yang menawari kami untuk menjemput di hotel, menuju airport lagi, jika mau pulang. Tentu saja aku tidak menampik tawaran ini, karena aku tahu tidak mudah mendapatkan ‘teman’ di negara lain, apalagi ini Italy, yang sebagian besar penduduk local tidak bisa berbahasa Inggris.
Begitu juga Roberto. Dia benar-benar penduduk lokal, dan ketika aku mengajak dia ngobrol waktu perjalanan dari airport menuju hotel waktu baru datang dari Paris, Roberto tertawa. Sambil ‘bicara’ bahasa isyarat dengan tangannya, bahwa dia menggeleng dan terbata2 berkata “tidak bisa berbahasa Inggris” …..
Tapi, begitulah aku. Walau aku tahu dia tidak bisa bahasa Inggris, aku pun nekad untuk “ngobrol” dengan nya. Dan kami menjalin komunikasi cukup baik, terbukti walau mungkin kami masing2 tidak mengerti, tapi kami bisa tertawa bersama sambil berbahasa isyarat dengan tangan, bahkan anak2pun ngibrol bersama sambil tertawa. Karena dari airport Leonardo da Vinci ke Roma tepatnya di Hotel King di Sistine Rue, memakan waktu sekitar 1,5 jam.
Begitu juga ketika kami dari hotel ke Airport, walau sedikit macet, dan waktu terbang masih cukup lama, Roberto mengajak kami berputar2 kota Roma, lewat jalan2 yang tidak dilewati bus wisata kami kemarin. Dan aku menambah wawasan dan pengamatan tentang sisi kota Roma yang tidak terjangkau oleh wisatawan …..
Setelah waktunya memang harus pulang, dengan sukup berat kami memang harus pulang. Dan Roberto membawa taksi van nya bertolak langsung ke airport.
***
Setibanya di airport, Roberto pun serasa tidak mau “melepas” kami. Dia terlihat agak berlama2 menurunkan koper2 kami, dan setelah siap di dorong dengan troly, Roberto justru mematikan mesin mobilmya, setelah menitipkam mobilnya kepada petugas, lalu justru dia yang mendorong troly kami! Sampai kami setelah cek in dan koper2 kami masuk ke bagasi pesawat, barulah Roberto berpaminat pada kami, memeluk kami, seraya dia mewanti2, kalau kami ke Roma lagi, dia harus melayani kami lagi! Bahkan dia berjanji akan menjadi tour guide dengan taxi van nya, untuk berkeliling Roma! Astaga, senangnya.
Dengan jarak sekitar 1,5 jam dari Roma ke Airpor “Leonardo da Vinci”, sebenarnya untuk kami harga yang harus kami bayar sangat mahal sekitar Euro 82.00 (atau sekitar 1.336.000 Rupiah), tetapi sepertnya harga ini cukup baik, ketimbang jika aku harus naik taxi biasanya, dengan harga lebih dari Euro 100.00 (ada list daftar harga nya di reception Hotel King).
Hmmmmmm, sekali lagi, JANGAN MEMIKIRKAN TENTANG HARGA KURS JIKA KELUAR NEGERI, KARENA AKAN ‘SAKIT HATI’, hihihi.
Mendapatkan teman di negara asing memang tidak mudah. Dan ketika suah ada yang selalu ingin berteman, kami harus ‘memelihara’ pertemanan kami. Roberto memberikan kartu namanya dan aku mencatat nomor dan alamatnya di handphone ku. Karena aku akan terus berhubungan dengan nya, seagai teman baru. Dan aku sangat berterima kasih, Tuhan memberikan banyak teman dan sahabat baru ……
Sebuah pelajaran yang berharga, yang tidak akan terjadi jika Tuhan tidak berkenan …..
Sebelumnya :
Dari 7 Negara dan 17 Kota Eropa Barat, Kami ‘Melihat’ Dunia
Ritual Kehidupan Perkotaan lewat ‘Foro Romano’, Ternyata Sudah Ada Sejak Abad Sebelum Masehi
Wisata Belanja Kota Roma, ‘Shopping Street’ Tetap Juara!
Trinita dei Monti, Gereja akhir Renaissace yang “Tidak Ramah” bagi Umat Berkebutuhan Khusus
Antara ‘Kota Tua’ Eropa dan Kaum Disabilitas
Benteng Pertahanan ‘Porta San Paolo’, Penjaga Romawi Kuno bagian Salatan
“Piramide di Caio Cestio”, Fungsi Makam Nubia Jaman Romawi Kuno
Hari Minggu, Ibadah dan Wisatawan di Eropa
Arti Para Martir “Tanpa Wajah”, Jam Pasir dan Basilica St Maria dei Angeli di Roma
Basilica St Maria dei Angeli di Roma, Sebuah Gereja “Tanpa Wajah”
Oculus, Sebuah “Mata” Menuju Angkasa bagi Pantheon
Romantisme ‘Trevi Fountain’, Menghasilkan 3000 Euro atau 49 Juta Rupiah Setiap Hari!
“Kamp Penyiksaan” di Sebuah Makam Kaisar Romawi Kuno
Keunikan Nama dan ‘Bangunan Bulat’ Castel Saint’Angelo
Dan ‘Circus Maximus’ pun Tetap Diam Seribu Bahasa …..
Suasana Magis dan Erotis “Circus Maximus” di Kota Roma
Dentang Lonceng di ‘Basilica Santa Maria Maggiore’
“L’Arco di Constantino”, Sebuah Gerbang Saksi Sejarah Besar
Romantisme ‘Teatro di Marcello’
‘Tampio di Vesta’ : Kuil Pemujaan di Roma Modern
Sejarah Terkelam bagi Arsitektur Dunia lewat ‘Colosseum’
“Setan” itu Berjubah Rakyat Romawi di abad Sebelum Masehi
‘Catacombe’ Jaman Kekaisaran Roma : Lorong Bawah Tanah Tempat Jenazah yang ( Katanya ) Teraniaya
Ketika Singa-Singa itu Mencabik-cabik Mereka, dan Gladiator itu ‘Menghabisi’ Lawannya …..
Cerita Roh-Roh Bergentayangan di Seputar Colosseum
Konsep Tata Kota Roma, ‘The Ancient City’, dalam Arstektur Klasik dengan Special Lightingnya
“Basilica St.Pieters” : Gereja Terbesar dalam Sebuah Negara Terkecil di Dunia
Selamat Datang di ‘Vatican City’
Fontana del Tritone : Dewa Luat ‘Menguasai’ Kota Roma
Piazza Barberini, Hotel Bernini, dengan Segala Fasilitas Arsitekturnya
“La Botte Rome”, Italiano Restorante
Mengeksplore Roma, Mulai dari ‘Sistina Rue’
Bandara Dunia, ‘Leonardo da Vinci’, Aku dan Kaum Disabilitas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H