Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Dan ‘Circus Maximus’ pun Tetap Diam Seribu Bahasa

28 September 2016   14:00 Diperbarui: 28 September 2016   14:14 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini dari sisi Circus Maximus, dan di balik tembok kota ini adalah Colosseum (Dokumen pribadi)

www.vroma.org
www.vroma.org
Replika tentang Circus Maximus. Dengan tribun2 penonton yang kursinya dari batuan. Dan yang teratas dari kayu. Referensi todak menyatakan bahwa penonton dibagi2 dalam kelas2 sosial. Tidak demikian halnya dengan Colosseum, yang jelas2 untuk warga kelas 1, jaman Romawi kuno …..

Konsep arsitekturnya bukanlan sesederhana yang kita kira. Arsitek2 hebat di jaman nya, mampu menterapkan konsep desain yang luar biasa, di jaman ratusan tahun awal Masehi!

Yang terakhir balapan kereta pejabat di Circus Maximus berada di 549 CE dan diselenggarakan oleh Totila, raja Ostrogoth. (www.ancient.eu).

***

Di abad ke-19 dan 20, Circus Maximus mulai digunakan sebagai tempat industry, di Roma modern. Berbagai kegiatan kehidupan modern Roma, pernah dilakukan. Bahkan pabrik gas pernah ada disana. Tetapi tahun 1930, Circus Maximus dirapihkan untuk dijadikan ruang terbuka hijau RTH kota Roma, tetapi tetap dibuat menyerupai bentuk aslinya.

Dari dari tahun 1930an itu, pun pemerintah kota Roma masih terus menggali dan mencari sisa2 situs Romawi kuno. Sempat di temukan banyak benda2 kuno, dan tetap dipelihara, seperti adanya.

***

Sekali lagi, Roma memang sebuah kota sangat unik, bahkan sangat unik!

Ketika leyeh2 disana di panasnya matahari Roma, mata hatiku semakin terbuka untuk sebuah kecintaan tentang peradaban dunia. Sebuah kehidupan kuno, bahkan sejak sebelum tahun Masehi lebih dari 2000 tahun lalu, sudah ada manusia2 yang tamak, egois serta sadis. Tetapi dengan keberadaan mereka itu, justru membuat kita, manusia2 modern ini, harusnya lebih berpikir realistis.

Bahwa, jika mereka belum mengenal banyak hal, terutama tentang pendidikan ‘hati nurani’, kepedulian dan kasih, apakah kita sebagai manusia modern justru semakin biadab, dalam memperlakukan sesame dan lingkungan?

Apakah kita sebagai manusia modern, tidak mampu menyerap sebuah kepedulian yang hakiki dari hati manusia yang belum tersentuh peradaban dan cinta kasih sesama?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun