Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Dan ‘Circus Maximus’ pun Tetap Diam Seribu Bahasa

28 September 2016   14:00 Diperbarui: 28 September 2016   14:14 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

Mataku ‘menangkap sejarah kehidupan jaman keemasan Romawi kuno, ketika kami leyeh2 di Circus Maximus. Ketika kedua anakku justru berjalan kesana kemari, bahkan turun ke arena stadion, aku tetap bertahan dalam panas di bakar matahari kota Roma di siang musim panas 2014 lalu.

Sorak sorai membahana, ribuan orang berpacu dalam judi sambil berteriak2. Bau arak tertumpah dari mulut mereka. Belasan kereta kuda yang ditarik oleh beberapa ekor kuda, dam belasan prajurit memecut kuda2 mereka dalam pertandingan di Circus Maximus, suatu pagi dijaman itu.

Kereta2 kuda itu semakin berlari kencang, dan banyak terjadi senggolan2 maut antar kereta atau kudanya, yang pastian akan berakibat maut! Roda kereta yang terlepas, atau kuda2nya yang jatuh dan terluka, menambah sorak sorai musuh2nya ……

www.caesar.weebly.com
www.caesar.weebly.com

Ini sekilas ‘pandanganku’ dalam masa lampau kota Roma di Circus Maximus …..

***

The Circus Maximus adalah arena pacuan kuda kereta di Roma pertama yang dibangun di SM abad ke-6. The Circus juga digunakan untuk acara-acara publik lainnya seperti Roman Games dan perkelahian gladiator dan terakhir digunakan untuk ras kereta di abad ke-6. Memang beda ‘kelas’, dengan arena gladiator di Colosseum, dan stadion ini merupakan rakyat Romawi bersosialisasi.

Stadion ini digali dalam beberapa abad, dari abad ke-12, sampai abad ke-19, dan sekarang ini, Circus Maximus merupakan RTH atau ruang terbuka hijau kota Roma, yang katanya di lapisan tanah beberapa meter diarena stadion, masih banyak sisa2 peninggalan2 yang berhubungan dengagn sejarah situs kuno ini.

Sekarang, Circus Maximus ini banyak digunakan untuk konser music dialam terbuka, ruang public bahkan untuk unjuk rasa, di kota Roma modern di abad 21 ini.

Pernah aku membaca dalam sebuah referensi, Circus Maximus, keberadaannya dalam pemerintahan Julius Caesar. Lokasi nya berada dalam lembah Aventine di Bukit Palatine. Fungsi utamanya adalah untuk pacuan kuda, pertama menjadi tuan rumah untuk pacuan kuda Roma (Ludi Romani). Sempat untuk pertarungan gladiator, walau tidak seekstrim pertarungan gladiator di Colosseum.

Circus Maximus sendiri tersebut, terletak di lembah Avetine dari Bukit Palatine. Merupakan stadion terbesar di Roma kuno dalam kekasiarannya. Panjangnya sekitar 621 meter dengan lebar 118 meter, dan mampu menampung kurang lebih 150.000 penonton. Dan konsep stadion Circus Maximus itu, ternyata dikembangkan oleh pemerintah kota Roma kuno, sebagai konsep stadion2 berikutnya, yang dibangun di dalam kekaisaran Romawi.

Kursi2 batu, dengan beberapa tingkatan, dan di tingkat teratas merupakan kursi2 dari kayu, yang tentunya sekarang sudah lapok dimakan jaman. Dibagian melengkung nya pun tetap untuk kursi2 penonton. Referensi pertama mengatakan, stadion ini bisa menampun sampai 150.000 penonton, tetapi di referensi kedua mengatakan, mampu menampung 250.000 orang.

Mataku sebagai mata arsitek, justru lebih memilih kemungkinan kedua, dengan 250.000 penontong, karena pada kenyataannya dari dimensi dan dikalikan dengan kebutuhan untuk 1 kursi atau manusia duduk, stadion ini bisa menampung sampai 250.000 orang penonton, apalagi di bagian melengkungnya tetap dijadikan tempat duduk, walau tidak nyaman untuk duduk disana ……

www.qutr.us
www.qutr.us
Perbandingan luasan stadion Circus Maximus, dengan bagian dari kota Roma. Diujung sebelah kanan, merupakan sebagian dari Colosseum. Circus Maximus, memang dekat dan berdekatan, di batasi oleh tembok kota …..

Ini dari sisi Circus Maximus, dan di balik tembok kota ini adalah Colosseum (Dokumen pribadi)
Ini dari sisi Circus Maximus, dan di balik tembok kota ini adalah Colosseum (Dokumen pribadi)
Bagian luar stadion, mempresentasikan depan mengesankan arcade di mana toko-toko akan melayani kebutuhan penonton. Arsitektur Romawi kuno disana menggambarkan sebuah dinding kokoh sebagai batas stadion, dengan patung2 yang sudah sedikit terkikis dari batuan terakota.

Trek stadion, dilapisi pasir, sesuai denan situs Romawi kuno dijamannya (Dokumen pribadi)
Trek stadion, dilapisi pasir, sesuai denan situs Romawi kuno dijamannya (Dokumen pribadi)
Pada bagian trek arena stadion, dilapisi oleh pasir, supaya bisa menyerap. Entah menyerap air jika hujan turun tetapi pacuan kuda sedang berlangsung, atau menyerap darah jika pertunjukkan gladiator sedang berlangsung.

***

Aku masih ingat cerita tentang Colosseum. Dimana arena Colosseum benar2 dirancang untuk ‘sesuatu yang kelam’. Sebuah arsitektur dunia yang terkelam, menjadikan Colosseum merupakan bangunan hebat jaman Romawi kuno, tetapi menjadi sangat ‘misterius’ dan sangat kelam dan gelap, disepanjang sejarah arsitektur dunia …..

Lihat tulisankuSejarah Terkelam bagi Arsitektur Dunia lewat ‘Colosseum’

www.romanmysteries.com
www.romanmysteries.com
Patung obelix (tiang tinggi), untuk tanda utama ditengah2 stadion, dengan beberapa tanda2 untuk kebutuhan pacuan kuda

Kereta kuda nya sendiri bisa 4 kereta, 6 kereta, 8, 10 bahkan 12 kereta yang dipacu cepat. Masing2 kereta bisa di tarik dengan 4 atao 8 ekor kuda. Kubayangkan, kuda2 itu pasti sangat besar dank eras dipecut oleh prajurit2 yang mengikuti pacuan kuda ini. Aku juga membayankan, jika mereka menang, selain si pranjurit yang dielu2kan pengikutnya, juga kuda2 itu akan berharga jual yang sangat mahal! Harga jual kuda pemenang pertandingan!

www.vroma.org
www.vroma.org
Replika tentang Circus Maximus. Dengan tribun2 penonton yang kursinya dari batuan. Dan yang teratas dari kayu. Referensi todak menyatakan bahwa penonton dibagi2 dalam kelas2 sosial. Tidak demikian halnya dengan Colosseum, yang jelas2 untuk warga kelas 1, jaman Romawi kuno …..

Konsep arsitekturnya bukanlan sesederhana yang kita kira. Arsitek2 hebat di jaman nya, mampu menterapkan konsep desain yang luar biasa, di jaman ratusan tahun awal Masehi!

Yang terakhir balapan kereta pejabat di Circus Maximus berada di 549 CE dan diselenggarakan oleh Totila, raja Ostrogoth. (www.ancient.eu).

***

Di abad ke-19 dan 20, Circus Maximus mulai digunakan sebagai tempat industry, di Roma modern. Berbagai kegiatan kehidupan modern Roma, pernah dilakukan. Bahkan pabrik gas pernah ada disana. Tetapi tahun 1930, Circus Maximus dirapihkan untuk dijadikan ruang terbuka hijau RTH kota Roma, tetapi tetap dibuat menyerupai bentuk aslinya.

Dari dari tahun 1930an itu, pun pemerintah kota Roma masih terus menggali dan mencari sisa2 situs Romawi kuno. Sempat di temukan banyak benda2 kuno, dan tetap dipelihara, seperti adanya.

***

Sekali lagi, Roma memang sebuah kota sangat unik, bahkan sangat unik!

Ketika leyeh2 disana di panasnya matahari Roma, mata hatiku semakin terbuka untuk sebuah kecintaan tentang peradaban dunia. Sebuah kehidupan kuno, bahkan sejak sebelum tahun Masehi lebih dari 2000 tahun lalu, sudah ada manusia2 yang tamak, egois serta sadis. Tetapi dengan keberadaan mereka itu, justru membuat kita, manusia2 modern ini, harusnya lebih berpikir realistis.

Bahwa, jika mereka belum mengenal banyak hal, terutama tentang pendidikan ‘hati nurani’, kepedulian dan kasih, apakah kita sebagai manusia modern justru semakin biadab, dalam memperlakukan sesame dan lingkungan?

Apakah kita sebagai manusia modern, tidak mampu menyerap sebuah kepedulian yang hakiki dari hati manusia yang belum tersentuh peradaban dan cinta kasih sesama?

Sampai pada akhirnya, Tuhan menyemburkan amarahnya denan berbagai hal secara alami, seperti kebakaranbesar di kota Roma atau meletusnya Gunung Pompeii, yang akhirnya mengubur hidup2 jutaan manusia disekelilingnya, tidak kah kita sebagai manusia modern tetap tidak peduli untuk berbuat yanglebih baik bagi dunia ini?

Leyeh2ku, berbuntut kearifan tentang bertambah nya keinginanku tentang kepedulian untuk sesama, dimanapun itu, untuk lingkungan bahkan untuk kehidupanku pribadi, bahwa sebuah KASIH akan mampu melakukan segalanya! Peduli untuk melestarikan sejarah dan situs2 dunia, walau sekelam apapun situs itu, dan keinginanku untuk terus memberikan ‘kabar baik’ bagi keturunanku tentang sejarah peradaban dunia …..

Siangitu, Circus Maximus menjadi tonggak sejarah tentang semakin peduliku untuk melestarikan peninggalan2 situs peradaban dunia, lewat banyak hal, termasuk artikel2ku tentang apa yang aku lihat dan rasakan ……

Dan Circus Maximus, tetap diam seribu bahasa ……

Sebelumnya :

Suasana Magis dan Erotis “Circus Maximus” di Kota Roma

Dentang Lonceng di ‘Basilica Santa Maria Maggiore’

Piazza Venezia, Altare Della Patria, Vittorio Emmanuella : Beberapa Nama Sebuah Bangunan ‘Sombong’ nan Cantik

“L’Arco di Constantino”, Sebuah Gerbang Saksi Sejarah Besar

Romantisme ‘Teatro di Marcello’

‘Tampio di Vesta’ : Kuil Pemujaan di Roma Modern

Sejarah Terkelam bagi Arsitektur Dunia lewat ‘Colosseum’

“Setan” itu Berjubah Rakyat Romawi di abad Sebelum Masehi

‘Catacombe’ Jaman Kekaisaran Roma : Lorong Bawah Tanah Tempat Jenazah yang ( Katanya ) Teraniaya

Ketika Singa-Singa itu Mencabik-cabik Mereka, dan Gladiator itu ‘Menghabisi’ Lawannya …..

Cerita Roh-Roh Bergentayangan di Seputar Colosseum

Panas Siang di Kota Roma …..

Konsep Tata Kota Roma, ‘The Ancient City’, dalam Arstektur Klasik dengan Special Lightingnya

“Basilica St.Pieters” : Gereja Terbesar dalam Sebuah Negara Terkecil di Dunia

Selamat Datang di ‘Vatican City’

Fontana del Tritone : Dewa Luat ‘Menguasai’ Kota Roma

Piazza Barberini, Hotel Bernini, dengan Segala Fasilitas Arsitekturnya

“La Botte Rome”, Italiano Restorante

Mengeksplore Roma, Mulai dari ‘Sistina Rue’

Bandara Dunia, ‘Leonardo da Vinci’, Aku dan Kaum Disabilitas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun