Hotel itu kuno. Hotel King, namanya. Tidak mempunyai tempat parkir, termasuk pemberhentian. Jadi, karena waktu itu hotel cukup ramai wisatawan, taxi kami berhenti di tengah-tengah jalan, dan menurunkan kami. Memang supir taxi sangat ramah, dan melayaniku perlahan. Seorang Italiano kekar dan keren. Bahkan dia menawarkan kami untuk menjemput kami lagi ke bandara, empat hari kemudian. Namanya Roberto Coppola …..
Note :
Cerita tentang si supir taxi keren Roberto Coppola, nanti aku tulikan, di akhir cerita di Italia.
Perjalanan dari bandara memakan waktu sekitar 1,5 jam dengan biaya sekitar Euro 80 atau sektar 1,3 juta! What?? Walau sudah hampir 1 bulan berwisata di Eropa, aku tetap masih berbelalak jika ada tagihan2 seperti itu!
1,3 jta hanya untuk biaya perjalanan taxi, bagaimana dengan tour-tournya? Alamat 4 hari terakhir sebelum pulang ke Indonesia, mengeluarkan biaya yang cukup besar ……
Kami cek-in di hotel sekitar jam 1 siang hari. Pas kamar kami sudah siap sehingga kami bisa langsung masuk kamar. Selama wisata di Eropa, hotel kami tidak mempunyai porter sama sekali, sehingga kami harus membawa barang-barang kami sendiri.
Yang kasihan adalah Dennis. Sebagai yang lelaki sendirian, dan Michelle yang mengurusku dengan kursi rodaku, Dennis harus membawa 3 koper besar dan 3 koper cabin kami. Bolak balik karena biasanya hotel-hotel kecil, liftnya juga kecil.
Kamar kami sangat luas. Terluas di antara kamar2 hotel tempat kami tinggal. Tempat tidurnya 3x ukuran 120cmx200cm,sehingga kami foya-foya untuk istirahat. Hotel ini sangat nyaman dengan fasilitas yang lengkap. Walau kecil, tetapi di lantai penthouse, ada restoran kecil yang romantic, terutama jika malam hari. Cerita tentang hotel ini juga akan kutuliskan segera.
Setelah sedikit beristirahat, kami memutuskan untuk berjalan-jalan sepanjang Sistina Rue, karena aku melihat banyak hal menarik disana. Terutama lingkungannya, seperti film-film Eropa. Bahkan dari jendela kamar kami di lantai 3, aku melihat banyak toko-toko souvenir menarik, dengan banyak gantungan-gantungan untuk kartupos, titik yang sangat menarik untukku …..
Kami bersiap jalan, karena dari Paris yang masih cukup dingin (waktu itu masih sekitar 20 derajat Celcius), ke Roma dengan cuaca ekstrim, benar-benar musim panas (waktu itu sekitar 33 derajat Celcius dengagn angin sejuk). Sehingga kami harus mengganti baju kami dengan kaos-kaos biasa yang bisa menyerap keringat.
Benar saja. Ketika kami keluar dari bangunan hotel, sinar matahari siang menerpa kami. Walau angin sepoi sejuk, tak ayal rasa kulit sedikit terbakar dengan sianr matahari yang begitu kuat menerpa tubuh kami!