Apartemen2 mewah bertebaran di Jakarta, kantor2 mewah pun sama. Sementara, penduduk Jakarta adalah mayoritas di bawah strata social menengah kebawah. Mereka banyak tinggal di pinggiran kota dan bekerja di ruko2 kecil, sementara bangunan2 mewah Jakarta di huni oleh sebagian kecil penduduk Jakarta yang berstrata social tinggi dan espatriat2 asing.
Identitas Jakarta sebagai kota metropolitan, mungkin tidak bermasalah secara internasional. Tetapi identitas Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia, justru patut dipertanyakan ……
Bukan. Bukan aku menolak kemodrenan itu. Tetapi sungguh, aku hanya banyak berpikir tentang kebrutalan pembangunan yang ada di Jakarta! Sungguh, ya ….. BRUTAL,mungkin kata2 yang cocok tentang membangun Jakarta!
Pembangunan Jakarta itu sah-sah saja. Apalagi Indonesia memang sebuah negara yang sedang membangun. Tetapi pembangunan yang bagaimana? Pembangunan yang seperti apa?
Tentunya pembangunan2 yang sesuai dengan lingkungan. Kriteria2 membangun Jakarta itu harus berdasarkan banyak hal, terutama lingkungan dan penduduknya. Sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai untuk kenyamanan dan kesehatan warga kota!
Coba bayangkan, untuk apa kita hidup di Jakarta dengan kemewaan dan kemodernan kota metropolitannya, tetapi kenyamanan dan keamanan serta kesehatan kita tidak terjaga?
Kemacetan adalah salah satu pencetus stress. Polusi adalah salah satu puncak ketidaksehatnya warga kota. Banjir pun merupakan salah satu ketidaknyamanan kita, dan berita2 kejahatan yang semakin brutal adalah salah satu tekanan batin serta ketidakamanan warga kota ……
Mengapa arus urbanisasi ke Jakaarta tetap tidak terbendung?
Dan mengapa sepertinya pemerintah kota bahkan pemerintah pusat, seakan menyepelekan tentang urbanisasi?
Tidak adakah kepedulian kita semua, untuk “jangan lagi member janji2 surga” dengan pembangunan yang semakin brutal?
‘Kebrutalan’ pembangunan Jakarta, semakin memicu arus urbanisasi, tentu. Awalnya, mereka datang ke Jakarta dengan menumpang di rumah saudara. Berlanjut mereka mendatangkan keluarganya, pastinya harus mencari rumah sendiri. Jika mereka mampu untuk bekerja layak, mungkin mereka bisa mengontrak rumah atau apartemen, bahkan mampu membeli / mencicil rumah atau apartemen. Tetapi yang sama sekali yang tidak mampu?