Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Keanekaragaman Jangan Sekali-Sekali Diseragamkan!

16 Mei 2016   17:15 Diperbarui: 16 Mei 2016   17:59 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christi Damayanti

Sebelumnya :

‘Peluang’ Jakarta Itu Ada dimana?

‘Pukulan’ bagi Pemukiman Jakarta

Reformasi ‘Identitas Kota’ untuk Jakarta

Siapa yang Memanipulasi Jakarta?

Sindrom ‘Mimpi untuk Jakarta’ : Metropolitan dan Kemewahan atau Kesejahteraan?

Jakarta yang ‘Terluka’ dan ‘Bernanah’

***

Keanekaragaman itu jangan sekali2 diseragamkan!

Bahkan  ketika jaman Babel, Tuhan justru menciptakan keanekaragaman yang sangat komp;eks, sehingga justru dari keanekaragaman itu akan membuahkan beragam inspirasi untuk kehidupan manusia ….

Globalisasi dunia, bagi sebagian manusia adalah mengerikan, karena mereka “terpaksa” keluar dari kenyamanan hidup di tempat mereka tinggal. Itu juga dirasaan bagi sebagian besar warga Jakarta.

Tidak usah jauh2 dengan globalisasi dunia.

Ketika pemerintah kota DKI Jakarta merevitalisasi lingkungan kumuh mereka bertempat tinggal, walau pada kenyataannya tempat mereka itu sangat kumuh, tetapi mereka yang sudah puluhan tahun tinggal di tempat seperti itu, meerasa sangat “terpaksa” untuk keluar dari lingkungan hidup mereka yang notebene benar2 kumuh!

Juga, ketika daerh bantaran sungai itu menjadi tempat tinggal mereka dan pemerintak kota Jakarta “membebaskan” hidup mereka dengan kenyamanan baru di rusunawa2, pun ereka sangat “terpaksa” mengambil kesempatan itu, bahkan di paksa2 pemerintah!

Apa hubungan antara keseragaman dengagn konsep revitalisasi Jakarta? Sangat banyak!

Ketika warga kota Jakarta yang sangat plural, yang sangat heterogen dan yang sangat bermacam2 kehidupan, memang ada beberapa bagian masyarakat yang  ingin MENYERAGAMKANmereka. Sebagian masyarakat ingin bahwa semua warga kota mempunyai agama yang sama. Sebagian masyarakat ingin agar warga kota mempunyai tingkat skill yang sama. Atau status social yang sama. Atau mengikuti aturan pemerintah yang harus sama …..

Terutama bagi pengembang, dimana ketika mereka menjual desain bangunan, pastilah laku semua karena semua orang mempunyai uang, tanpa membutuhkan tenaga marketing, toh semua orang membutuhkan rumah atau apartemen, kan?

Sama sekali bukan begitu di dalam konsep kehidupan.

Sama rasa sama rata, akhirnya akan menimbulkan kebosanan dan tidak ada daya saing, sehingga akhirnya dunia berubah menjadi memposankan.

Keanekaragaman itu sangat dibutuhkan, termasuk kehidupan perkotaan. Revitalisasi tempat2 kumuh perkotaan dibutuhkan untuk membangun kota, dan penghuni2 disana dibutuhkan untuk memulai sebuah kehidupan yang lebih baik.

Ide dan kreatif tidak bisa sama antara manusia atau desainer, termasuk konep2 perkotaan. Bayangkan saja, jika ide dan kreatifitas semuanya sama, apa yang terjadi dalam kehidupan sebuah kota?

TIDAK ADA PELUANG untuk kesempatan yang lebih baik!

Jika A punya ide A’, dan B punyai ide B’, atau C puny aide C’, tentu mereka bisa bersaing secara sehat untuk menghasilkan yang terbaik. Bahkan antara A, B dan C bisa berkolabosi untuk menghasilkan suatu kreatifitas yang sungguh yang terbaik.

Tetapi jika A, B dan C masing2 mempunyai ide hanya A’, bagaimana mau bersaing?

Apa peluangnya?

Bagaimana kesempatannya?

Sama sekali tidak ada!

Konsep keanekaragaman inilah yang harusnya membuahi kenyataan yang ada. Bagaimana mereka ingin memilih gubernur A karena pemikirannya atau agamanya atau kehidupannya atau dari suku yang sama, padahal yang berseberangan itu justru mempunyai pilihan2 yang lebih baik daripada yang pendahulunya.

 Ide dan kreatifitas itu tidak bisa disejajarkan antara warga kota. Seperti di link diatas yang aku tuliskan tentang “mencari peluang” dalam menumbuhkan identitas kota, keanekaragaman justru dipilih menjadi sebuah cirikhas kota. Sebuah keanekaragaman budaya Indonesia, sebuah keanekaragaman agama serta suku bangsa nasional, membuat Indonesia “muncul” di dunia.

Termasuk warga kota yang beranekaragam dari status social, kehidupan di pemukiman bahkan kenyataan hidup, membuat keanekaragaman itu semakin nyata dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia!

Jusru pemerintah kota akan terus tertantang untuk bisa membangun dan membawa Jakarta lebih baik. Dan kenekaragaman inilah yang merupakan identitas bangsa …..

Kenyataan yang sangat membuat miris adalah ketika keanekaragaman itu membuahkan sebuah master-plan, yang justru melenyapkan sejarah dan menggusurkan kehidupan tradisional. Kampung Betawi di daerah Condet, tergusur dengan kemodernan. Pecinan di daerah Glodog pun, tergusur menjadi sebuah kemodernan yang sungguh membosankan.

Warna warni budaya local, lagi2 tergusur oleh teknoogi.

Tidak salah koq! Sama sekali tidak salah, ketika jaman ssemakin maju serta teknologi merambah dunia. Tetapi, ketika jaman dan teknologi merupakan masa depan bangsa, TIDAK SEHARUSNYA BUDAYA dan TRADISIONAL itu menjadi tersisih!

Kita sebagai warga kota metropolitan Jakarta, itu sudah lupa bagaimana suara burung2 menciap2 di depan pekarangan rumah. Kita juga lupa bagaimana suara cengkerik dimalam yang sunyi, beganti deru moor tetangga. Kita juga lupa melihat embun pagi karena tergusur dengan polusi pagi. Aahhh …..

Keanearagaman makhluk pun mulai tergusur dari ke-egois-an manusia. Anak2 muda dengan kejam menembak anjing luar atau kucing liar, hanya karena hobi, tanpa sadar hahwa Tuhan sudah menciptakan anjing atau kucing atau hewan2 yang lain itu pasti mempunyai maksud tersendiri.

Rantai makanan sebuah ekosistem perkotaan, pasti sudah lama hancur, dengan punahnya beberapa jenis hewan. Bahkan sekarang pun cicak yang harusnya makan nyamuk, meeka memakan nasi atau makanan2 yang dikonsumsi manusia ……

Marilah berpikir tentang, “Sampai kapan ini terjadi?”

Karena semakin diamati, sepertinya memang dunia semakin tidak menentu. Dan keanekaragaman semakin menjadi satu, yairu ke-egois-an manusia yang menginginkan sebuah keseragaman dalam dunia modern saja, tanpa mengindahkan berbagai makhluk ciptaan Tuhan …..

Dan konsep keanekaragaman untuk membangun kota, akan terus pupus, juga sejalan dengan ke-egois-an manunisa. Manusia sebagai warga kota.

Jakarta tanpa keanekaragaman kultur budaya dan sejarah nya?

Balik lagi : 

"Itu sama saja bohong, membangun Jakarta tanpa identitas ….."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun