Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Sindrom ‘Mimpi untuk Jakarta’ : Metropolitan dan Kemewahan atau Kesejahteraan?

20 April 2016   15:51 Diperbarui: 20 April 2016   16:00 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

By Christie Damayanti

 www.merdeka.com

Sebelumnya :  Jakarta yang ‘Terluka’ dan ‘Bernanah’

Aku pernah membaca di sebuah referensi tentang perkotaan. Bahwa kota merupakan lading pertempuran ekonomi, dimana siapa yang mempunyai uang dan kuasa, dia atau mereka lah yang menentukan nasib kota tersebut, termasuk bagaimana wajah kota.

Itu yang aku tuliskan di artikelku tentang Jakarta yag ‘Terluka’ dan ‘Bernanah’. Untuk Jakarta sendiri, telah terluka dan bernanah. Dengan pertempuran yang semena2 antara kaum berduit yang ‘ingin mengubah Jakarta’ sesuai dengan kemauannya, mengobrak abrik siapapun yang menghalangi. Misalnya, ketika ada TPU yang menghalangi jalannya untuk membangun perumahan, padaham TPU itu sendiri memang sesuai dengan peruntukkannya, pun diterjangnya, dan TPU mengalah ke pinggiran kota.

Mungkin ketika pinggiran kota semakin padat, dan kaum berduit ingin membangun perumahan yang baru, pastilah TPU itu juga akan di terjangnya. Masuk akan, kan?

Sebenarnya, sebagai urban planner, semuanya akan mengarah kepada kenyamanan kota untuk tempat tinggal, dengan pakem2 yang memang sesuai dengan banyak study kasus di banyak negara. Semuanya mencakup keseimbangan ekologis, kenyamanan warga kota, etika pembangunan, social kemanusiaan (termasuk untuk kaum disabilitas, keadilan sosial, kehidupan, pekerjaan, dll), kepedulian pemerintah serta konservasi energy dan estetika lingkungan.

Bayangkan, ketika Jakarta digambarkan sebagai kota yang ramah terhadap social kemanusiaan, dengan segala kepeduliannya lewat keseimbangan ekologi, etika pembangunan serta kepedulian pemerintah,  tentu lah Jakarta layak disebut sebagai kota yang nyaman bertempat tinggal. Pasti demikian, bukan?

Konsep Jakarta Kota Metropolitan bahkan beberapa pakar sudah mencanangkan Jakarta Kota Megapolitan, benarkah demikian? Mungkinkan justru bukan Jakarta yang demikian, tetapi menjadi Jakarta yang menyengsarakan? Jakarta yang tidak nyaman untuk tempat tinggal? Jakarta yang hanya nyaman bagi beberapa orang saja karena mereka bisa melakukan apa saja di Jakarta, sementara orang lain harus kembang kempis untuk hidup?

Di Jakarta sendiri, banyak ‘peperangan’ antara sebuah ‘kekuatan’ yang ingin mengobrak abrik sejarah perkotaan Jakarta dengan yang peduli dengan rupa dan wajah Jakarta sejak jaman Batavia Lama. ‘Kekuatan’ itu sudah ada sejak lama, dan sudah berhasil untuk merobohkan beberapa bangunan tua, yang notebene merupakan salah satu peninggalan sejarah kota kita ini. Jika kita ingat bangunan tua di Harmoni Lama, yang disulap menjadi gedung baru (Sekretariat Negara), yang memang juga untuk kepemerintahan. Tetapi, tidak kah bisa duduk bersama untuk mengulas dan berdiskusi demi hasil yang terbaik? Tidak harus merobohkan bangunan lama, tetapi bisa dipugar dan dibangun ‘anak2 bangunan’ induk di sekeliling bangunan lama? Kupikir, itu akan menjadi jalan yang terbaik. Win-win solution …..   

Bangunan lama di Jakarta itu akan menjadi saksi sejarah bagi generasi bangsa. Menjadi warisan bangsa, cultural heritage.  Jika tidak, keunikan sejarah Jakarta akan terjungkal dan Jakarta hanya sebagai tonggak ‘kota metropolitan’ bahkan ‘kota megapolitan’ yang SAMA SAJA dengan kota2 modern lainnya, tanpa ciri khas!

Apalagi, dengan kekuatan yang ada sekarang ini, Jakarta terus tumbuh sebagai kota yang hanya bisa membangun, membangun dan membangun saja, tanpa sama sekali melirik, apalagi melihat karya anak bangsa yang peduli dan bermartabat. Terpaan arus globalisasi dengan pembangunan2 yang super modern, yang juga tidak peduli dengan perhitungan bisnisnya (bahwa sekarang Jakarta sudah ‘jenuh’ karena hanya mengutamakan kelas atas (sedikit kelas menengah), dimana justru kelas menengah ke bawah lah yang membutuhkan pembangunan kota. Baik pembangunan secara fisik kota dan pembangunan secara mental …..

Jakarta sendiri sedang menjadi sebuah tempat untuk memperlebar kesenjangan keegoisan warga, individulaisme, kecemburuan social, menumbuhkan kriminalitas, pengrusakkan alam bahkan peningkatan stress bagi warga kota, karena hasil pembangunan yang super modern.Apalagi ditambah dengan ‘ketebelece’ dan gembar gembor tentang hedonism, yang memasarkan banyak kebutuhan2 tersier lewat banyak media, juga “Great Sale Jakarta” setiap tahun, membuat wajah Jakarta semakin (mungkin) sesuai dengan yang diinginkan.

***

Bagi sebagian orang, Jakarta adalah ‘mimipi’ mereka. Merea ingin ke Jakarta karena tertarik dengan mndapatkan uang banyak atau ‘mimpi’ untuk dunia baru mereka yang modern, bagi mereka2 yang berada di pelosok. Tetapi bagi warga yang tinggal di Jakarta, mimpi mereka bahkan ingin kembali ke desa, untuk hidup mereka. Itu yang aku rasakan dari beberapa survey dan riset dari beberapa teman dan saudara.

Atau sebaliknya, beberapa warga Jakarta justru ingin pindah ke luar negeri untuk hidup yang lebih baik. Sebagai ‘mimpi’, Jakarta memang  mampu menjadikan kenyataan bagi sebagian warga. Tetapi ketika mimpi itu menjadi kenyataan, mungkinkah benar2 mimpi itu justru yang terbaik untuk segnap warga Jakarta dan Indonesia?

Karena mimpi tentang Jakarta bisa berbeda bagi sebagian warga. Apakah warga ingin Jakarta dalam dunia modern dan hedonism dan keegoisannya, ataukan warga yang suka atas kehidupan yang nyaman dan sejahtera? Sangat berbeda esensinya, kan?

Mengubah mimpi menjadi kenyataan, sangat tidak gampang. Apalagi mengubah kenyataan yang sekarang ini menjadi peluang besar untuk memulihkan Jakarta, atau mengubah potensi2 yang ada di Jakarta ini sebagai ekpresi dan aktualitas diri merupakan hal yang sungguh berbeda. Apalagi mengubah Jakarta menjadi kebanggaan Indonesia!

Dari Jakarta yang ‘terluka’ dan ‘bernanah’, sebenarnya Jakarta mampu untuk menyembuhkan diri, sejauh warga kota mampu merendam egoism nya untuk ‘membangun’ Jakarta tanpa kepedulian. Karena Jakarta memang masih dan terus membangun, karena Jakarta juga berada di negara yang sedang membangun.

Tetapi pembangunan di Jakarta harus benar2 MEMBANGUN, bukan ‘membangun ecek-ecek’. Maksudnya, pembangunan Jakarta itu bukan untuk egoism diri atau sekelompok saja, tetapi pembangunan yang hakiki untuk semua warga kota, untuk lingkungan, bahkan untuk dunia serta untuk membanggakan Indonesia di kancah internasional ……

Ingat:

Metropolitan dan kemewahan bukan hal yang pokok untuk sebuah kenyamanan hidup. Tetapi, kesejahteraan (semua idealism ada di dalamnya) merupakan kebahagiaan yang hakiki bagi warga kota …..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun