Untuk perumahan kelas mangneah ke atas, tidak bermasalah, apalagi mereka biasanya memakai jasa arsitek yang bisa mendesain lingkungan yang nyaman, termasuk untuk perbaikan lingkungan. Arsitek berwawsan lingkungan itu, termasuk dalam arsitek ekologis.
Â
Gambar diatas jika perumahan menengah atas, koordinasi dengan manajemen membangun kolam tendon, ditambh lagi di tiap2 rumah membangun sumur resapan.
Lihat tulisanku ‘Arsitektur Ekologis’, Mendukung Perbaikan Jakarta
Mereka juga bisa mengkombinasikan penggunaan sumur resapan dengan bangunan2 drainase yang lain, seperti kolam2 resapan. Tentu mereka mempunyai lahan yang cukup untuk membangun kolam resapan. Dan yang terpenting adalah, warga kota benar2 ingin memperbaiki lingkungannya, agar semain banyak air terserap ke dalam tanah.
Sebagai arsitek, aku banyak mengalami permasalahan2 yang berhubungan dengan keinginan pemilik rumah. Mereka mempunyai dana untuk mendesain apapun yang merea inginkan. Dan banyak dari mereka ternyata sangat egois dengan keinginan mereka.
Mereka hanya ingin kebutuhan mereka tercukupi tanpa mau ikut memperbaiki lingkungan. Desain yang aku buat adalah sebagai arsitek humanis dan sesuai (minimal) dengan peraturan. Tetapi pada kenyataannya mereka ‘bablas’, tanpa ada peresapa kecuali taman kecil di depan rumah. Semua diminta di beton, untuk kebutuhan kegiatan mereka.
Jika aku tau arsitek yang lain, tetap menginkan proyek itu, alhasil, ‘proyek perbaikan lingkungan’ itu tidak terlaksana. Yang ada, justru menambah permasalahan lingkungan. Dan aku sebagai arsitek sudah menyalahi ‘kode etik’ arsitek berwawasan lingkungan!
***
Peran sumur resapan, atau kolamresapan atau bengunan2 resapan yang lain, diharapkan semua bangunan itu melaksanakannya. Jika semua warga kota ikut serta untuk perbaikan lingkungan, pemerintah tinggal membangun drainase-drainase berwawasan lingkungan dari hulu ke hilir, membantu air permukaan yang belum terserap. Dan membantu mengurangi masalah kekeringan jika musim kemarau.
Tidakkah itu indah?