Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Dari Halaman Rumah, Jalur Hijau, Taman Kota sampai ‘Hutan Kota’ untuk Jakarta Baru

26 Februari 2016   11:49 Diperbarui: 26 Februari 2016   12:02 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika Jakarta membuka dan membangun taman kota dan jalu hijau di beberapa tempat, mungkin akan banyak taman kota dan jalur hijau baru, yang harus menggusur area Jakarta. Ya, memang banyak area-area yang seharusnya adalah tanah Jakarta tetapi di pkai oleh warga Jakarta untuk pemukiman liar serta perdagangn illegal, tetapi itu sangat membutuhkan waktu. Pembebasan lahan. Belum lagi pro dan kontra.

Sehingga jika sebuah lapangan golf (walau hannya sekedar sekedar untuk latihan saja), minimal sekian hektar langsung menjadi RTH dan paru-paru kota, tanpa harus menghadapi sekian ratus atau sekian ribu warga Jakarta yang keberatan daerahnya digusur …..

TPU atau pemakaman pun, merupakan ‘hutan kota’ SEHARUSNYA! Tetapi jika dibaca tulisanku tentang Boleh kan, Jika TPU Menjadi Program Rencana 30% RTH Jakarta?, pada kenyataanya pemda atau pun pemerintah pusat, belum memanfaatkan TPU ssebagai RTH dan paru-paru kota. Bahkan TPU di hampir semua perkotaan Indonesia, justru penuh dengan ‘tetek bengek’ yang seharusnya tidak berada di sana.

Jika manajemen menyiapkan beberapa bangunan untuk penjualan bunga atau sekedar makanan dan minuma untuk pengunjung TPU, seharusnya di desain sedemikian dan tidak mengganggu ‘yang tinggal disana’. Tetapi ternyata yang terjadi justru orang2 yang berjualan disana sangat mengganggu nisan-nisan dan bahkan menjadikan nisan-nisan tersebut sebagai tempat jualan!

Untuk menjemur dan tempat sampah! Bisa dilihat di artikel-artikelku dibawah ini :

Cerita di TPU Menteng Pulo

Tanah Pemakaman Tidak Harus Menyeramkan

Pak Jokowi, Mengapa TPU Tidak Diprogramkan Menjadi RTH yang Memadahi?

Jadi, jika TPU di Jakarta menjadi sebagian RTH dan paru-paru kota, perhitungan 30% RTH dan paru-paru kota semakin terpenuhi dan akan membuat  kualiats udara Jakarta semakin baik. Artinya kualitas hidup di Jakarta pun semakin baik.

Masalahnya memang tidak semudah itu. Jika TPU dibawah Dinas Pemakaman dan Pertamanan, seharusnya memang TPU di’sejajarkan’ sebagai tamah kota bahkan hutan kota. TPU memang untuk memakamkan manusia. Tetapi TPU bisa juga untuk tempat meningkatkan perekonomian orang-orang disekitarnya untuk berdagang. Alhasil jika berdagang dan tempatnya di desain sedemikian, TPU akan tidak menjadi ‘tempat menyeramkan’.

Tidak aka nada cerita-cerita menyeramkan, karena TPU menjadi ‘taman kota’ yang nyaman, seperti di banyak kota di dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun