Bukan. Bukan karena aku mau diperhatikan. Tetapi ketika aku hanya bisa ‘berjalan’ diatas kuri roda, mungkin sebaiknya kepedulian itu tetap ada. Sampai kursi rodaku sering harus menabrak orang di depanku karena mereka menyusul dengan cepat, tanpa pedulu bahwa tidak gampang kursi rodaku ‘berjalan’ diantara orang banyak.
Tetapi lama kelamaan, aku melihat dati sudut pandang yang lain. Ketidak-pedulian, mendung yang bergayut manja serta hujan yang terus mengguyur Paris, ternyata Paris memang sebuah kota yang sarat dengan romantisme.
***
Ketika kami di Louvre Mussee. Sungguh, kami tidak bisa mengabadikan dengan kami di latar depan. Hujan mengguyur deras. Kami hanya berteduh di canopy saja, bersama ratusan pengunjung. Berdesakan. Dan ….. kedinginan, karena angin berhembus sangat keras.
Lalu ketika hujan sedikit mereda, mereka berangsur mulai bergerak dan kami bertiga sedikit bisa mengabadikan 'the biggest glass piramid' nya. Dan tak sengaja, aku menjepret lewat kameraku, seseorang memakai payung dalam getimis dengan latar belakang piramid kaca ..... dan rasa romantis itu menyeruak .....
Juga ketika Arc de Triomphe penuh dengan wisatawan, setelah foto2 kami dikumpulkan, ternyata suasana romantisme membahana. Dengan mendung yang bergayut serta payung2 atau long-coat itu justru menambah kan suasana romantisme kota Paris.
Â
Lalu ketika angin bertiup kencang, mendung hitam di langit, justru sepasang kekasih berpelukan dengan latar belakang Eiffel Tower. Dan sepasang pengantin tertawa terbahak dan si pengantin perempuan di gendong oleh si pengantin lelaki, berputar dan rambut si pengantin perempuan, yang disanggul cepol, menetes beberapa tetes air hujan, dan fotografer yang disewa mereka mengabadikannya dengan suasana yang sungguh sangat amat romantis ......
Sayangnya, tentang sepasang pengantin itu tidak bisa memotretnya karena waktu itu aku harus berjuang untuk tidak kena hujan dan anakku harus mendorong kursi rodaku menuju canopy yang sudah disediakan …..
Saat ini aku pun tersenyum simpul. Ketika waktu itu kami banyak dikecewakan oleh Paris, tetapi justru lewat kekecewaan itu lah terbersit keagungan Tuhan. Mengapa aku yang sudah 3 kali ke Paris dengan cuaca yang sungguh bersahabat, tetapi ketika aku bersama anak2ku justru Paris mengecewakan? Mungkin Tuhan mau menyapa tentang keangungan NYA lewat alam. Mungkin Tuhan mau mengatakan padaku tentang romantisme itu lewat manapun, dalam berbagai masalah, dan lewat kacamata yang berbeda .....