Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Romantisme Paris Justru dari Kacamata yang Berbeda

6 Januari 2016   10:44 Diperbarui: 6 Januari 2016   10:44 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

By Christie Damayanti

Dokumentasi pribadi

Langit putih bersih karena habis hujan deras, wisatawan2 memakai paying dan jalanan basah berbaur bu tanah, serta tetes2 air di dedaunan, membuat suasana Paris semakin romantic …..

***

Walau kami cukup kecewa sewaktu kami berada di Paris, tetapi memang Paris merupakan kota yang romantis. Bahkan mendung yang bergayut di awan pun menyiratkan sebuah keromantisan tersendiri.

Bukan cuma Paris, sih. Selama perjalanan kami di 7 negara di Eropa ini, semyanya memang romantis. Tetapi karena Paris sudah dikatqkan koya yang penuh dengan romantisme sejak dulu, maka di benak banyak orang Paris memang sebuah kota yang romantis.

Ditambah lagi, wisatawan2 dan warg di Paris pun mempunyai jiwa romantisme yang tinggi. Berbeda dengan kota2 yang kami kunjungi. Seperti misalnya di Amsterdam, The Hague atau Madurodam. Wisatawan2nya tidak romantis. Bahkan waktu itu, justru anak2 & remaja yang mendominasi wisata. Atau orang tua.

Begitu juga di Italy dan Vatican. Emunya lebih kepada wisata religi, sehingga suasana romantic tidak ada, pastinya. Bahkan di Swiss, walau dunia kota ‘1000 bunga Rappenswil, tidak mencerminkan romantisme. Padahal bunga mawar identik dengan romantisme, bukan? Semuanya aku tidak melihat muda mudi bercengkerama memadu kasih. Dan baju2 mereka hanya seperti wisatawan pada umumnya.

Di Paris, sebagian besar wisatawan serta warga kota memakai baju 'lebih'. Misalnya, untuk penahan dingin. Jika di kota2 lain mereka mengenakan jaket atau sweater standard berwarna netral ( warna hitam, abu2, putih atau warna khaki) dengan syal saja, tetapi di Paris banyak dari mereka memakai pullover atau long-coat berwarna 'jreng'. Syal nya dari cerpelai atau bulu binatang. Serta memakai topi cantik untuk perempuannya. Sedangkan di kota2 lain, mereka memakai topi pet (bahkan topi pet terbalik, seperti anak2 muda) saja .....

Selama wisata di 7 negara Eropa ini, yang paling mengecewakan di kota Paris. Hujan terus dan sedikit berhenti. Sehingga kami tidak puas untuk mengabadikan tempat2 wisata apa yang memang cantik. Ditambah lagi, tentang sebuah ketidak-pedulian dari beberapa 'oknum' warga tentang seorang wisatawan disabled dari negeri seberang, yaitu aku.

Bukan. Bukan karena aku mau diperhatikan. Tetapi ketika aku hanya bisa ‘berjalan’ diatas kuri roda, mungkin sebaiknya kepedulian itu tetap ada. Sampai kursi rodaku sering harus menabrak orang di depanku karena mereka menyusul dengan cepat, tanpa pedulu bahwa tidak gampang kursi rodaku ‘berjalan’ diantara orang banyak.

Tetapi lama kelamaan, aku melihat dati sudut pandang yang lain. Ketidak-pedulian, mendung yang bergayut manja serta hujan yang terus mengguyur Paris, ternyata Paris memang sebuah kota yang sarat dengan romantisme.

***
Ketika kami di Louvre Mussee. Sungguh, kami tidak bisa mengabadikan dengan kami di latar depan. Hujan mengguyur deras. Kami hanya berteduh di canopy saja, bersama ratusan pengunjung. Berdesakan. Dan ….. kedinginan, karena angin berhembus sangat keras.

Paris yang basah dengan latar belakang 'pyramid kaca' serta Louvre Mussee …..

Lalu ketika hujan sedikit mereda, mereka berangsur mulai bergerak dan kami bertiga sedikit bisa mengabadikan 'the biggest glass piramid' nya. Dan tak sengaja, aku menjepret lewat kameraku, seseorang memakai payung dalam getimis dengan latar belakang piramid kaca ..... dan rasa romantis itu menyeruak .....

Juga ketika Arc de Triomphe penuh dengan wisatawan, setelah foto2 kami dikumpulkan, ternyata suasana romantisme membahana. Dengan mendung yang bergayut serta payung2 atau long-coat itu justru menambah kan suasana romantisme kota Paris.

 

2 cuaca yang berbeda (langit biru cerah & langit mendung kelabu), di 1 tempat yang sama (Arc de Triomphe) dan waktu yang kurang lebih sama, menampilkan suasana romantisme yang berbeda …..

Lalu ketika angin bertiup kencang, mendung hitam di langit, justru sepasang kekasih berpelukan dengan latar belakang Eiffel Tower. Dan sepasang pengantin tertawa terbahak dan si pengantin perempuan di gendong oleh si pengantin lelaki, berputar dan rambut si pengantin perempuan, yang disanggul cepol, menetes beberapa tetes air hujan, dan fotografer yang disewa mereka mengabadikannya dengan suasana yang sungguh sangat amat romantis ......

Di foto atas kiri, belakang ku ada sepasang kekasih yang berpelukan dengan latar belakang Eiffel Tower, walau angin kencang dan mendung bergantung di awan …..

Sayangnya, tentang sepasang pengantin itu tidak bisa memotretnya karena waktu itu aku harus berjuang untuk tidak kena hujan dan anakku harus mendorong kursi rodaku menuju canopy yang sudah disediakan …..

Saat ini aku pun tersenyum simpul. Ketika waktu itu kami banyak dikecewakan oleh Paris, tetapi justru lewat kekecewaan itu lah terbersit keagungan Tuhan. Mengapa aku yang sudah 3 kali ke Paris dengan cuaca yang sungguh bersahabat, tetapi ketika aku bersama anak2ku justru Paris mengecewakan? Mungkin Tuhan mau menyapa tentang keangungan NYA lewat alam. Mungkin Tuhan mau mengatakan padaku tentang romantisme itu lewat manapun, dalam berbagai masalah, dan lewat kacamata yang berbeda .....

Justru kekecewaanku tentang Paris itu membuat aku bertambah kuat dan tegar. Ada saat2 aku terpuruk ketika kekecewaan melanda bahkan bingung harus bagaimana. Ketika tidak punya uang cash membayar taxi. Ketika hujan turun dengan sangat deras, kedinginan dan tidak ada taxi. Bahkan ketika seseorang tidak peduli dengan aku di atas kursi roda dan 'memaksa' menyeruak cepat didepan kursi rodaku. 

Tuhan mau aku belajar. Ketegaran itu aku pelajari lewat kekecewaan. Dan ketika anak2ku belum mampu untuk mencari solusi, sungguh Tuhan mengiringiku untuk terus .. bergantung pada NYA saja. Bukan kepada manusia .....

Kekecewaan di Paris menjelma menjadi ketegaran dan romantisme. Mungkin Tuhan hanya tersenyum dan geleng2 Kepala MYA saja, ketika aku kecewa pada Paris. Tetapi pada akhirnya, hatiku terbuka dari Kasih NYA. Dan aku semakin peka untuk Berkat2 NYA setiap saat untukku. Karena apapun yang terjadi di dunia ini, termasuk kejadian2 yang berada di sekelilingku, itu adalah bagian dari Rencana Tuhan. Dan semuanya ada maksudnya. Entah kita mengerti atau tidak, semua berjalan sesuai dengan kehendak NYA, bukan kehendak kita.

Dan Paris memberikan banyak pelajaran untukku. Kekecewaan lewat Paris membuat aku semakin kuat dan tegar. Bahwa ternyata rencanaku belum sama dengan Rencana NYA ..... dan aku percaya bahwa itulah yang terbaik untukku dan anak2ku .....

Sebelumnya :

Cantiknya Place du Trocadero, “Terjajah” karena Eiffel Tower

‘Arc de Triomphe’ : Kisah Romantisme dan Kepahlawanan

Paris? Wisatawan? Disiplin?

Eiffel Tower ‘ala’ Disney di Champs Elysees

‘Artère commerçante’ [Shopping street] des Champs Elysées

Sepanjang Champs Elysees …..

Menunggu Teman vs ‘Menunggu’ Jawaban Tuhan …..

‘Bon Appétit’ : Pizza Mix Mozzarela ala Vesuvio Café di Champs Elysees

The New Eiffel Tower : Mari Kita ‘Melayang’ ……

Antara ‘Kepedulian’ dan ‘Ketidakpedulian’ di Paris

Indahnya Dunia dari ‘Kepakan Sayap Nya’ …..

‘Kemenangan’ Sebuah Teknologi di Eiffel Tower

Sejuta Cerita di Eiffle Tower

Eiffel Tower dan [Toilet] Kaum Disabled

Eiffel Tower yang ‘Cukup’ Bersahabat …..

‘Romantisme’ Kota Paris [dan Jakarta] …..

Paris …. Ooooo Paris …..

‘The Pompidou Centre’ : Bangunan Unik karya Kenzo Piano, Arsitek Favoriteku

Le Fumoir Café yang “Istimewa”

Untuk Sekian Kalinya, Tuhan Menolongku …..

Hujan Deras, Kedinginan, Tidak Ada Taxi, Uang ‘Cash’ Menipis

‘Le Louvre Museum’ : Kolaborasi Klasik dan [Super] Modern

Sekilas Pandangan Mata Kota Paris

Paris yang Mendung dalam Romantisme …..

Romantisme tentang Paris, Tumbuh dan Berkembang Lewat ‘Jardin Notre-Dame’

Paris? Romantis? Ah …..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun