By Christie Damayanti
Dokumentasi Istana Merdeka
Sebelumnya :
“Bu Christie, Apakah Berkenan untuk Duduk di Sebelah Bapak Presiden?”
‘Langkah Berat’ ku Menuju Istana
Diundang Ke Istana dan Makan Bersama dengan Pak Jokowi
Selama pak Jokowi menatap foto papa almarhum, mataku sengguh sedikit berair. Ingat dan kangen papa. Tetapi hanya sesaat. Karena sesaat setelah itu, pak Jokowi terus bersedia untuk mendengarkan aspirasiku, rencana2ku serta program2ku dalam 1 bundel ‘clear-holder, yang memang sengaja aku siapkan untuk pak Jokowi, supaya dapat langsung di baca.
Karena jika aku hanya memberikan alamat ‘dunia mayaku’, belum tentu ada kesempatan beliau mencari dan membacanya. Padahal alamat web ku jelas terbaca untuk bisa semua orang melihat konsentrasiku sebagai warga negara …..
Clear holderku memang sengaja aku siapkan untuk pak Jokowi. Ada beberapa konsep aspirasiku, rencana2ku bahkan beberapa proram2ku yang sudah aku tuliskan untuk kegiatan tahun depan.
Ada 20 tulisanku tentang Jakarta yang (menurutku) terbaik tentang Jakarta. Ada tentang banjir Jakarta, tentang penghijauan serta penyerapan tanah Jakarta. Tentang pirijinan pembangunan Jakarta, pedestrian bahkan fasilitas2 untuk disabled, dimana Jakarta memang belum ramah bagi penyandang disabilitas.
Aku juga membuat 2 buah rencana dan program, walau hanya baru berbentuk draft. Sebuah kegiatan edukasi yang akan aku lakukan berkenaan dengan pak Jokowi. Semua aku selipkan di clear-holder, sehingga pak Jokowi bisa membaca tulisan2ku, segera.
Lembar demi lembar,pak Jokowi semakin tertarik, apalagi ketika aku sedikit bercerita tentang Waduk Pluit. Dimana sebelum Waduk Pluit itu terbangun, aku sudah menuliskannya terlebih dahulu beberapa bulan sebelumnya. Dan Waduk Pluit sekarang, itulah yang ada di benakku.
Mungkin bukan tulisanku tentng Waduk Pluit yang membuat Gubernur Jakarta (yang waktu itu berada di tangan pak Jokowi) membangunnya. Mungkin orang lain atau staf2 serta desainer2 perotaan yang lain, yang bukan aku. Aku tidak peduli. Tetapi yang aku menjadi senang adalah, Waduk Pluit sekarang ini merupakan impianku, dalam tulisan2ku. Konsep2ku. Dan pak Jokowi (dan pak Ahok) sudah sedemikian luar biasanya membangun Waduk Pluit ……
Waduk Pluit ternyata membuat pak Jokowi ‘mampu’ mengenaliku sebagai seorang arsitek. Beliau mengatakan demikian’
“Waktu saya mendengar kamu cerita tentang Waduk Pluit, saya tahu bahwa kamu adalah seorang arsitek”. (atau kata2 semacam ini, lupa pastinya).
Entah apa maksud perkataan beliau, tetapi yang jelas membuat aku semakin bangga mempunyai pak Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia …..
Lagi, ketika aku membantu pak Jokowi untuk membuka halaman per-halaman clear holderku, mata beliau selalu menancap dengan judul2 yangkubuat sebagai tema dalam tulisan2ku tentang Jakarta. Sebagian besar memang aku angkat konsep tentang penghijauan dan penyerapan, dan dalam pengamatanku, beliau sangat tertarik dengan judul2 itu.
Tetapi aku tidak ingin terlalu serius untuk 1 topik saja, karena aku sadar tentang waktu. Aku ‘membawa’ topic baru tentang fasilitas disabled di perkotaan (khususnya Jakarta) dan di bangunan2 umum. Bahwa seharusnyalah Jakarta sebagai ibukota Indonesia, sebuah negara yang sungguh besar, merupakan negara yang ‘ramah’ terhadap disabled …..
2 artikel tentang fasilitas disabled pun aku cantumkan di clear folder ku. Sehingga jika berkenan, pak Jokowi bisa langsung membaca tulisan2ku tentang itu. Belum lagi tentang banjir Jakarta. Aku sudah menuliskannya lebih dari 50 judul, tetapi yang aku cetak hanya 3 judul untuk pak Jokowi langsung bisa membacanya.
Aku sedikit bercerita teang banjir Jakarta. Bahwa ketika papa masih ada, beliaau banyak memberikan tulisan2 dan solusi2 tentang banjir Jakarta. Tetapi sebelum pak Jokowi sebagai Gubernur Jakarta, ternyata tidak ada satupun dari mereka yang menanggapi tulisan2 papaku. Padahal sudah dikirim ke beberapa media daa langsung kepada Gubernur. Padahal juga papa adalah pensiunan pemba Jakarta, dan gubernur2 sebelum pak Jokowi dulu, merupakan teman2nya sebelum pensiun …..
Aku membalik lembaran tentang banjir Jakarta dan memberikan kepada pak Jokowi, tentang sedikit solusinya, sesuai yang papa tuliskan. Semoga pak Jokowi langsung membaca nya dan segera bisa mengesekusinya. Dan dalam pengamatanku sekilas, beliau cukup tertarik dengan cerita2ku. Terbukti beliau terus 'lengket' dengan clear holderku, sampai tim istana meminta beliau untuk maju untuk berbicara .....
Tidak lupa, aku memberikan 2 draft proposal program dan rencana yang ingin aku lkukan berhubungagn dengan istana dan pak Jokowi. Dan memang aku sedang mempersiapkannya untuk beraudiensi bersama dengan pak Jokowi. Ini merupakan program edukasi dan persahabatan dunia. Juga tentang edukasi dalam penghijauan Indonesia. Semoga saja, pak Jokowi bisa mendukungku dalam bentuk apapun, supaya aku bisa langsung bersiap, dan berkarya bagi Indonesia …..
***
Sebenarnya masih banyak yang ingin aku uraikan tentang program2ku. Tetapi aku tahu, bukan aku saja yang harus beliau dengarkan. 100 kompasianer yang ada di ruangan tersebut pun ingin didengar suaranya. Sehingga ketika pak Jokowi menyilahkan kami untuk mengambil makan siang kami di tempat yang sudah disediakan, kami pun mengambil bagian masing2.
Aku diantar oleh anakku, mengambil sisi kiri, karena lebih sepi. Yang lain mengambil di sisi kanan, karena pak Jokowi berada di sisi kanan. Aku justru mencari yang sepi2 karena aku harus berjalan dengan lambat dan anakku membantuku untuk mengambil makanan2nya.
SAmbil makan di 1 meja bersebelahan dengan pak Jokowi, merupakan pengalaman yang benar2 tak terlupakan. Beliau makan dengan sederhana. Sedikit sekali, bahkan aku tidak ingat beliau makan dengan nasi. Yang aku ingat, beliau mengambil satu sapi manis, itupun tidak dihabiskan. Juga ‘sayur goreng’, entah apa namanya. Beliau makan dengan lambat, sambil mendengarkan kami yang berada dalam 1 meja itu, berbicara juga dengan santai.
Sampai selesai, beliau tidak menghabiskan makannnya, demikian juga aku. Lalu beliau mengambil es buah segar, menyentapnya tetapi itupun tidak dihabiskan …..
Ah ….. pak Jokowi. Mungkin karena beliau memang sedang sakit dan belum 100% sembuh …..
“Cepat sembuh, pak Jokowi ….. Berkat Tuhan untuk bapak dan keluarga ……”
Bersambung …..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H