Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kota Tua Semarang : ‘Illustrasi’ dan Asimilasi Budaya

9 Desember 2015   16:00 Diperbarui: 9 Desember 2015   16:09 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

                www.aryofineart.blogspot.com dan www.urbansketcher-indonesia.blogspot.com 

Jalan2 di Kota Tua Semarang memang mengasikan, terutama dengan yang peduli. Karena jika kita tidak peduli, kit biasanya justru mencari ‘kemodernan’ dibandingkan bangunan2 tua dan lawas serta di penghujung kehancuran.

Kehidupan di Kota Tua Semarang, merupakan kehidupan jaman keemasan di sekitar abad 19-20an, di masa pemerintahan Hinda Belanda. Dari referensi yang aku baca, kawasan Kota Tua Semarang dahulu, dikelilingi oleh beberapa benteng, disebut Benteng Vijhoek, guna menagkal serangkan ‘musuh2’ mereka. Antara benteng2 tersebut, terdapat jalan2 penghubung. Jalan utama disebut ‘Heeren Straat’, yang sekarang disebut Jl. LetJend. Soeprapto. Dan salah satu pintu benteng tersebut, saat ini adalah Jembatan Berok, yang disebut De Zuider Por (Wikipedia).

Luasan Kota Tua Semaran, sekitar 31 hektar. Dan karena di Kota Tua Semarang (dan di semua KotaTua di Indonesia) adalah bekas jajahan Belanda, maka kawasan tersebut dijuluki “Little Netherland”. Hampir semua bangunan2 tua Belana bercampur dengan bangunan2 tua Eropa dan sedikit campuranbangunan China Peranakan. Puluhan bangunanala Eropa masih berdiri dengan kokoh, walau sebagian diantaranya sudah rusak dan tidak terpelihara.

Kehidupan kaum Belanda di Semarang, juga berdampingan dengan kaum China Peranakan. Pertengahan abad ke-17, Belanda memindahkan pemukiman pecinan dari wilayah “Little Netherland”, dan kaum China Perakanan membangun kawasan pecinan nya sendiri. Yang akhirnya sekarang ini, kawasan Kota Tua “Little Netherland” berdampingan dengan kawasan ekonomi kaum Pecinan Semarang.

Kami berkeliling di Kota Tua Semarang, seharian full dan ½ harian. Aku memang meminta mba Novie dan mba Sabrina untuk mengantarkan aku kesana. Untuk apa? Ya, jelas untuk mengamati Kota Tua Semarang yang eksotis.

Ternyata kehidupan Kota Tua Semarang bukan hanya berhubungan dengan jaman pemerintahan colonial Belanda. Diawali oleh penandatanganan antara Kerajaan Mataram dan VOC, pada tanggal 15 Januaru 1678. Sejarah mencatat kala itu Amangkurat II menyerahkan Semarang kepada pihak VOC sebagai pembayaran, karena sudah membantu Mataram menumpas pemberontakan Trunojoyo (dokumen Seputar Semarang).

Setelah Semarang dikuasai oleh VOC, Belanda mulai membangun Semarang, sebagai “Little Netherland”, dimana tahun 1824, benteng dibongkar. Dan jalan2 sekeliling Kota Tua Semarang diberi nama khas Belanda, Noorderwalstraat (Jl. Merak), Oosterwalstraat (Jl. Cendrawasih), Zuiderwalstraat (Jl. Kepodang) dan Westerwalstraat (Jl. Mpu Tantular).

 


Peta dari kawasan Kota Lama Semarang pada tahun 1787. (sumber: atlasofmutualheritage.nl)

 

Semarang yang juga kota pesisir dan kota pelabuhan, sama dengan Amsterdam. Belanda membangun kanal2 untuk transportasi selain jalan darat. Konsepnya persis dengan Amsterdam atau beberapa kota di Belanda. Sehingga kanal2 di Semarang berkonotasi sebagai kanal2 di Negeri Belanda.

Aku mengamati lingkungan sekitar Kota Tua Semarang ini. Pikiranku melayang2, membayagkan jaman keemasan daerah tersebut. Sebuah kota di Jawa Tegah, dalam penjajahan Belanda, bangunan2 khas Belanda dengan penduduk sebagian Belanda, sebagian Peranakan China dan sebagian pribumi (Jawa).

Aku juga membayangkan bangunan2 khas Belanda di Negeri Belanda nya sendiri. Memang idak seratus persen sama konsepnya, tetapi disesuaikan dengan keinginan mereka. Dan terbangunlah “Little Netherland” dengan campuran dengan arsitektur local serta peranakan China. Seperti foto bangunan di bawah ini :

 

Bangunan2 tua ini merupakan campuran dari rumah2 Eropa dengan rumah2 Asia (China). Atap genteng nya yang tinggi (60 derajad atau lebih) adalah khas Belanda, dan membuat runah ini agak ‘sejuk’ dengan sirkulasi udara yang nyaman di dalam ruangan.

Railing di balkon lantai 2 rumah2 tersebut, merupakan desain khas Asia dengan kanopi2nya, sebagai konsep benua Asia yang mempunyai curah hujan yang tinggi (kanopi minimal 100 cm untuk menahan air hujan dan angin).

   

Bangunan2 tua yang sangat cantik! Tetapi tidak di mata warga indonesia, khususnya warga Semarang. Mengapa? Karena bangunan ini ‘sepepian’ di tengah kemodrenan Semarang. Warga Indonesia lebih memilih desain2 modren untuk kotaya, dan menghancur-leburkan Kota Tuanya.

Padahal, konsep Kota Tua merupakan cikal bakal kota Modren. Jika kota modern tahun 2015 sekarang ini, akan menjadi Kota Tua 2015, di tahun 2115 dan tahun2 setelahnya, bukan?

   

Kalau ini, merupakan bangunan2 khas Eropa. Bukan hanya Belanda tetapi Eropa. Konsep bangunan Belanda adalah jaman Gothic dan Renaissance.

Di Semarang dan kota2 di Indonesia, bukan hanya dibangun gedung2 ala Belanda saja, tetapi ‘merangkul’ konsep2 dari arsitektur local Indonesia, Asia bangkan China Peranakan. Hasilnya adalah bangunan2 tua nan-cantik, salah satunya yang ada di Semarang ini.

Konsep bangunan di foto diatas ini, sesuai dengan bangunan Eropa, yang tidak memunculkan kanopi2 serta treitisan2 untuk atapnya. Mengapa? Karena bangunan Eropa yang terletak di benua 4 musim, tidak memounyai curah hujan yang tinggi. Sehingga, jendela2 nya anya ‘bersembunyi’ dari beberapa centimeter kedalam dinding.

Dingin bangunan, bisa dikatakan rata, tanpa sambungan2 untuk kanopi2. Mereka “lupa”,ketika mereka tinggal di Semarang, di sebuah kota di Indonesia yang mempunyai curah hujan tinggi …..

Atap bangunan di kiri atas, benar2 atas banguan Belanda, dengan kemiringan 45 derajad, walau dindingnya tanpa ukiran2 Ghotic atau Renaissace.

 

 

Untuk foto yang diatas ini, lebih mencerminkan bangunan2 terapan dari bangunan khas Eropa, ditambahkan dengagn desain arsitekur Asia.

Foto kiri atas, awalnya ber-desain bangunan Belanda. Tetapi di jamannya itu sendiri, ditambahkan kanopi2 yang awal desainnya pasti tidak ada. Yaitu sebagai’peneduh’ jendela2. Karena jika jendela2 itu, yang sejajar dengan dindingnya tanpa ada kanopi, bisa dibayangkan jika hujan, air akan masuk atau merembes ke dalam lewat jendela2, serta jika angin berhembus keras, jendela akan sering terkuak, bahkan terhempas …..

Ubtuk foto dikanan atas, sama saja. Awlnya adalah bangunan Eropa dengan tampak depan khas Belanda, tetapi tampak sampingnya campuran Asia. Mempunyai teritisan walau hanya 20 cm, sebenranya sangat tidak cukup untuk hempasan angin dan deraan air hujan untuk pintu dan jendelanya.

Konsep2 itu membuat aku semakin menyadari sebuah pembauran dan asimilasi antar budaya. Walau jaman itu Belanda adalah yang mengusai Indonesia, tetapi toh pembauran dan asimilasi budaya tidak tergantung pada itu semua. Budaya Belanda berbaur dengan budaya local Indonesia, mencerminkan sebuah kehidupan sosialisasi antara umat manusia, yang berbeda jenis dan latar belakang, termasuk dengan arsitekturnya.

 

Aku tidak tahu, ini jalan apa di Kota Tua Semarang, tetapi yang aku tahu adalah konsep jalan2 Kota Tua dengan bangunan2 khas Eropa. Cukup terawatt karena sepertinya bangunan2 tersebut masih dipergunakan.

Jalanannya pun sangat terawat, tanpa sampah walau SAMA SEKALI TIDAK ADA PEDESTRIAN. Hmmmm …..

Apakah sejak dahulu jalan ini tidak mempunyai pedestrian sama sekali? Ataukah dahulu ada pedestrian, tetapi lama kelamaan dipotong2 karena kebutuhan untuk jalan mobil? Ataukah ada alas an yang lain?

Entahlah …..

***

Artikel ini hanya sekilas pengamatanku saja. Butuh waktu untuk riset, dengan lontaran2 pertanyaan2ku. Tetapi yang jelas Kota Tusa Semarang memang merupakan kawasan yang sangat eksotis. Sangat menarik, untuk sebuah kawasan wisata baru, bagi wisatawan.

Salam dari Kota Tua Semarang …..

LINK - Kota Tua Semarang :

Misteri ‘Gedung Marabunta’ di Kota Tua Semarang

Cerita tentang “Pabrik Rokok Praoe Lajar”, di Kota Tua Semarang

Romantisme ‘Tanjung Mas’ …..

‘Wibawa’ Kantor Pos Johar Semarang, Dipertaruhkan …..

Antara Peranakan China Jawa, Jepang dan Sunda di Bangunan Belanda …..

“Kesalahan Kecil” di Sebuah Bangunan ala Belanda di Kota Tua Semarang

Metamorfosa ‘Spiegel Bar & Bistro’ : Eropa Lama di Semarang

‘Gereja Blenduk’ Semarang, Salah Satu Gereja Tertua di Jawa Tengah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun