Hanya ada seekor burung camar terbang rendah di siang sore itu di Tanjung Mas. Tetapi ketika dia tidak menemukan sesuatu yang bisa dimakannya, burung canar itu terbang menjauh .....
Selama aku tinggal di Jakarta, aku tidak pernah melihat burung camar, bahkan ketika aku sering kali menginap di cottage2 di Ancol. Tidak ada seekor burung camarpun, pernah melintas di bayqngan mataku. Apakah karena memang Jakarta sudah terlalu 'rusak', sehingga burung2 camar tersebut enggan menghampiri kotaku?
Camar2 itu mengenaliku, dan aku pun mengenali mereka …..
Â
Berbeda ketika aku berasa di pantai2 di kota2 yang aku singgahi di negeri lain. Dan sewaktu aku sempat tinggal di Perth, sebuah kota pesisir di Australia Barat selama beberapa tahun, aku mampu mengenal beberapa ekor burung2 camar disana dan mereka mampu mengenalku, ketika aku pasti berada di pantai Fremantle atau Lake Monger, sebuah danau yang akhirnya bermuara dari lautan di pesisir Australia Barat.
Camar2 cantik itu pasti mengelilingiku. Mereka meminta remahan2 biskuit ku atau cacahan kentang goreng kalau aku memesan "Fish & Chip" di restoran kecil nan cantik di Fremantle .....
Hmmmmm ...... ingatan dan anganku terus berputar dengan romantisme Tanjung Mas. Aku terus tersenyum sementara sahabat2ku terus bercanda. Pikiranku bercabang2. Disisi satu kami terus bercanda. Di sisi2 yang lain di oltakku diisi oleh kenangan2 manis tentang pantai, laut, mercusuar dan burung2 camar. Ah ..... romantisme itu terus menjalar di hatiku .....
Ah ….., romantisme Tanjung Mas .....