Sebenarnya, aku tidak mau menjual prangko2 bekas tersebut. Bahkan aku memberikannya kepada Daniel. Tetapi Daniel memaksanya, menyerahkan uang beberapa ribu untuk perangko2 itu. Kupikir, tidak ada salahnya dia belajar menghargai uang. Dan juga pasti ada kebanggaan tersendiri, ketika dia memakai uang jajannya sendiri untuk membeli sesuatu yang dia sukai dan dia inginkan …..
Mba Indah Noing, mba Dwi Klarasari dan anak2 mba Indah
***
Konsep edukasi tentang Filateli Kreatif yang aku lakukan, perlahan sudah menjurus lebih baik. Dari awal sejak tahun 2012, 2014 dan tahun 2015 ini, semakin nyata bahwa cara meng-edukasi masyarakat terutama anak2 dan remaja, memang harus mempunyai ‘sense of belonging’.
Untuk apa?
Ketika kita tidak peduli tentang sesuatu, kita tidak akan mungkin menyukai sesuatu tersebut, bukan? Tetapi ketika kita menyukai sesuatu, apalagi ingin memilikinya, kita pasti akan terus berusaha untuk mendapatkannya.
Begitu juga prangko dan benda2 filateli. Mungkin, bagi banyak orang, prangko adalah ‘sampah’. Tidak berharga sama sekali. Bahkan jika melihat prangko, mereka akan membuangnya ke tempat sampah, karena dianggap ‘menuh2in tempat’. Tetapi bagi kami kaum filatelis, sekeping prangko lecek dan kummel, itu adalah barang berharga. Bahkan tidak terlinai. Sekeping prangko, yang tiba2 tertiup angin, dan melayang jauh dari tempat duduk ku, walau aku susah berjalan, aku akan berusaha mendapatkannya kembali ……
Begitu juga bagi Daniel. Aku mengamati sebuah momen2 berharga untukku. Dimana ketika dia membeli beberapa keeping prangko bekas. Mengeluarkan koin 1000an dan 500an untuk memberikan padaku (membeli), dan waktu aku berkata,
“Daniel, ini untukmu aja ya” ……