"Selamat pagi mas ..... suka prangko, ya?", aku menyapanya.
Mulanya dia diam saja walau sempat tersenyum tipis. Aku tetap mendampinginya dan sedikit bercerita bahwa ini koleksi2 prangko bertema binatangku. Bahwa aku koleksi prangko sejak kecil dan sekarang sudah 7 kali pameran tunggal, termasuk ini. Dan beliau mulai tersenyum dan menjawab cerita ku .....
Aku menanyakan namanya dan aku menyapanya dengan mas Miko. Beliau katanya memang suka prangko dan koleksi sejak kecil tetapi setelah mulai remaja koleksi2nya todak dihiraukan nya lagi. Dan dengan melihat pameran ini, dia merasa menyesal tidak meneruskannya. Dan pameran ini membawanya masa2 bahagianya dengan koleksi2 nya.Â
Tanpa aku pandu, mas Miko banyak bercerita tentang keinginannya meneruskan hobi ini. Tetapi terbentur dengan waktu dan dana. Kutanyakan padanya, apa pekerjaannya. Mas Miko menjawab  sebagai pekerja salon di Central Park ini.
Aku menghiburnya tentang waktu dan dana yang katanya tidak dipunyainya. Aku bercerita bahwa aku justru mulai mengembangkan hobiku ini sejak aku terserang stroke 6 tahun lalu, sudah berumur awal kepala 4. Dengan keterbatasan secara fisik dan dana pun terbatas. Sehingga aku mulai mem-blow up hobiku ini lewat pameran2 Filateli Kreatif dengan proposal dan sponsor2. Karena aku pun sama dengannya : terbatas secara fisik dan terbatas secara dana. Mengembangkan hobi atau apapun, kita bicara tentang "kerja smart" ......
Diskusi berjalan seru sampai mas Miko pamit untuk bekerja. Aku mengambil buku tamuku untuk mas Miko mengisinya. Dan beliau keberatan ..... duh, cukup sedih ketika beliau menolak mengisi buku tamuku. Katanya bukan beliau tidak menghargai aku, tetapi beliau malu berada di sini .....
What??? Malu???
Lain lagi dengan serombongan mahasiswa seumuran antara 20-30an tahun