By Christie Damayanti
Kakek Teddy (TD, inisial namanya yang hanya aku baca di buku tamu ku), yang berumur 88 tahun, tetapi masih berjalan2 sendirian di mall, dengan tubuh yang sudah membungkuk …..
Sebelumnya :
“Surat itu Apa, Tante?”, Tanya Mereka
Bincang-Bincang dengan Kompasiana di Hari Kedua Pameranku
Anak-anak dan Dirjen Kementerian Kominfo di “Gallery of Animals”
Persiapan “Gallery of Animals” di Lokasi Hanya 5,5 Jam saja!
***
Lain anak2 (PAUD), lain pula orang tua (kakek)
Ada-ada saja selama pameranku. Suatu pagi di hari Rabu. Agak siang menjelang sore ada seorang kakek dengan jalan terbungkuk-bungkuk, berkeliling di jajaran panel-panel koleksiku. Ali sedang sibuk melayami penginjung yang lain. Tetapi dari Andyka lah aku melihat 'perjalanan' si kakek tua di lokasi pameranku.
Selang beberapa saat kemudian, beliau menghampiri meja tempat aku berada. Aku menyapanya dengan senyum,
"Kakek apa kabar? Jalan2 sendirian di mall sebesar ini? Tidak ada yang menemani?"
"Iya mba. Saya melihat pameran ini dari jauh tadi lalu kesini, walau jalannya capek", jawab beliau.
Aku agak heran, karena tidak ada seseorang yang menemaninya. Si kakek berjalan sangat perlahan dan tubuhnya terbungkuk-bungkuk karena dimakan usia. Kata-katanya agak terbata-bata dan tidak jelas, tetapi suaranya tetap terdengar keras. Yang sangat membuat aku kagum adalah ketika aku bertanya,
"Berapa umur kakek?"
"Saya umur 88 tahun, mba", jawabnya.
Wajahnya terlihat terus tersenyum. Matanya jenaka. Walau kadang kata-katanya tidak terlalu jelas bermakna, tetapi ternyata si kakek yang baru tahu namanya adalah bp Teddy dari buku tamu yang aku sodorkan untuk beliau mengisinya, beliau menjadi teman yang enak untuk diajak ngobrol.
Waktu beliau menuliskan data dirinya pun membuat aku ingin menuliskannya untuk beliau. Tetapi aku pun agak sulit untuk menulis karena yang kiri, membuat aku mengurungkan niatku untuk membantunya. Karena aku melihat si kakek tua itu menuliskannya dengan tangan yang bergetar lambat dan sering berhenti. Mungkin beliau lupa menuliskan namanya.
Di kolom nama, beliau hanya menuliskan "TD" tetapi jelas berkata, namanya adalah Teddy. Dan ketika di kolom nomor telpon, beliau menelpon dari telpon jadulnya, jenis Nokia mininya, ke seseorang untuk mrmbantunya menuliskan nomor teleponnya, karena beliau lupa nomor teleponnya sendiri, tetapi beliau bisa mengingat seseorang yang diteleponnya (beliau tidak mencari nama dan nomor telepon seseorang yang diteleponnya lho, tetapi beliau memencet di hpnya langsung ke nomornya).
Tangannya bergetar ketika kakek Teddy menuliskan nama TD dengan nomor telponnya, dengan susah payah
Hatiku trenyuh mengamatinya. Walau mataku sedikit berkaca, karena teringat papa (ketika terakhir apa dipanggil Tuhan, aku melihat papa menulis dengan perlahan dan sering berhenti), wajahku tetap tersenyum dan semakin tertawa lebar ketika si kakek tertawa, entah karena apa.
Setelah itu, barulah si kakek terus menghujaniku banyak pertanyaan dengan suara yang keras tetapi tidak jelas. Sebisa-bisanya aku menajamkan telingaku dan menjawab pertanyaan-pertanyaanku. Cuma seputar cerita pameranku dan tema-tema filateli apa saja yang aku suka. Sampai ketika beliau membuka tasnya, yang dikempitnya terus dengan hati-hati dan bangga. Aku menantikan apa yang terjadi selanjutnya.
Tasnya bukan tas yang bagus dan baru. Tasnya adalah tas kecil dan sederhana, tetapi dikedua sisi nya terdapat kata2 :
“JUAL BELI PRANGKO KOLEKSI” dan foto bermacam2 prangko
Waaaaaaaa... Aku bertambah terbelalak lagi sewaktu beliau mengeluarkan barang-barangnya. Setumpuk kartupos dan surat-surat dengan kertas-kertas yang menguning. Surat-surat dan kartupos itu aku lihat berderet kata-kata berbahasa Belanda dan Bahasa Indonesia ejaan lama dengan prangko-prangko jaman itu. Dan tahunnya beberapa terbaca masih di jaman kolonial Belanda! Untukku itu adalah setumpuk "surat-surat berharga". Walau aku tidak tahu benar-benar berharga dari segi ekonomi tetapi pastinya sangat berharga di hidup si kakek, dan berharga di hatiku.
Beliau memang banyak bercerita tentang surat-surat itu serta kehidupannya, tetapi sayangnya aku tidak terlalu menangkap kata-katanya. Dan mungkin selama 1 jam, kami berdiskusi dengan saling keterbatasan. Aku bertanya-tanya juga dengan kata-kata yang mungkin beliau tidak terlalu mendengar (karena memang beliau selalu mengatakan "tidak mendengar" seraya menempelkan telapak tangan kananya di telinga kanannya), dan aku pun sering tidak mendengar dan kurang mengerti pertanyaan dan pernyataan si kakek itu.
Dan ternyata dari kesimpulanku tentang kakek Teddy, beliau sejak dulu memang kolektor benda-benda filateli. Beliau sendiri tidak mau disebut sebagai filatelis, tetapi kolektor. Sebuah perbedaan yang sebenarnya tidak terlalu berbeda.
Ini sedikit "drama" hidup antar 2 anak manusia dalam keterbatasan, sama2 disabel (beliau karena sudah tua), sama2 menyukai filateli dan sama-sama mengerti tentang sebuah kasih, saling tersenyum bahkan terus tertawa keras, menertawai keterbatasan masing-masing.
Tetapi jangan lupa. Aku sangat senang dan bangga, berteman dengan berbagai kalangan lewat penyelenggaraan pameranku saat itu. Dari mulai anak-anak PAUD sampai kakek Teddy yang berumur 88 tahun. Semuanya melewati masa-masa yang luar biasa dengan dunia prangko, dunia filateli.
Dunia filateli memang terus menciptakan momen2 tang pasti tidak adq di dunia yang lain. Dan dunia filateli mampu menguras emosi, seperti di artikel2ku sebelumnya.
Salam filateli.
Catatan :
Di pameranku kemarin, tercatat di buku tamuku hanya sekitar 180 orang. Tetapi yang terlihat adalah berpuluh kali lipatnya, apalagi pada hari pembukaan, Jumat malam, Sabtu dan Minggu. Mereka itu tidak semuanya mau mengisi buku tahu, dan tidak semuanya mau diabadikan dengan kamera (walau kami hanya ‘candid’/jika mereka melihatnya).
Tetapi yang terpenting adalah bagaimana aku mampu mengapresiasikan semua yang sudah mereka perbuat dengan koleksi materiku. Dengan jalan terus mendata serta menggali cerita-cerita yang aku dapatkan selama pameranku berlangsung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H