Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Hutan Beton vs Pencemaran Lingkungan [Jakarta]?

13 Juli 2015   16:55 Diperbarui: 13 Juli 2015   21:07 1046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pencemaran lingkungan berupa debu benar-benar akan mengganggu kesehatan kita. Ketika aku masih berkutat sebagai arsitek proyek, yang keluar-masuk proyek dan pabrik beton seperti itu, dan produksi beton terus terjadi, mataku semakin buram melihat jauh ke depan karena kabut debu.

Ditambah paru-paruku merasa ‘berat’ untuk bernapas, walau aku selalu memakai penutup mulut dan hidung, untuk meminimalisasi pencemaran dalam tubuhku. Jika lama-lama aku berada di batching plant, aku semakin ‘berat’ untuk bernapas! Jadi, bayangkan bagi pekerja-pekerja di batching plant atau penduduk di sekitarnya. Karena kabut debu itu bisa melayang-layang jauh di udara. Aku tidak tahu, sampai radius berapa kabut debu itu berkelana, tetapi pastinya cukup jauh, apalagi angin berhembus kencang.

Jadi jelaslah, menurutku batching plant TIDAK DIPERKENANKAN UNTUK BERADA DI DALAM KOTA! Dan batching plant harus ditempatkan di daerah yang bukan pemukiman.....

Tetapi apa yang terjadi di Jakarta, kota tercinta ini?

Sebuah pabrik beton atau batching plant dibangun tepat di antara TPU Menteng Pulo arah Jalan Sudirman, dan pom bensin Pertamina, di mana aku sering membeli bensin di sana. Mungkin sudah beberapa bulan pabrik beton itu dibangun. Dan selama ini, aku merasa sangat terganggu dengan kabut debu serta pencemaran-pencemaran yang ada di sekitarnya:

  1. Jika aku membeli bensin di sana, pasti jendela sedikit dibuka supaya ada aliran angin. Dan hasilnya, aku batuk-batuk keras karena aku memang semakin alergi terhadap debu, setelah serangan stroke yang melandaku 5,5 tahun lalu. Dari situ aku tahu, betapa pencemaran lingkungan semakin parah.
  2. Jika kami datang ke makam papa di TPU Menteng Pulo, kami usapkan tangan kami di nisan papa, debu tebal menempel dan rerumputan di sekitar TPU semakin layu.
  3. Jalanan dari baching plant, tertutup debu putih (kalium), dan jika hujan, semua menjadi kotor dan licin. Dan tidak ada satu pun petugas yang membersihkannya, sehingga roda-roda mobil kami menjadi kotor, serasa masuk lumpur.
  4. Debu-debu itu pasti masuk ke pembuangan selokan di sekelilingnya. Akhirnya atak menjadi kerak, menyumbat air yang harus mengalir di selokan itu.
  5. Dan gorong-gorong besar pun pastinya akan tersumbat, karena pasti tidak ada yang peduli untuk membersihkannya.
  6. Dan masih banyak lagi.

Kabut debu pagi di Jakarta, dengan debu kalium di sepanjang jalan Casablanca

Aku tidak tahu aturan tentang ini di Jakarta. Tetapi aku berbicara dan menulis dalam konteks sebagai warga Jakarta yang terganggu dengan batching plant, terutama di tempat-tempat yang aku sering lewati.

Mengapa batching plant ada di tengah Jakarta? Apalagi batching plant yang berada di jalan protokol, Jalan Casablanca Jakarta! Kulihat memang banyak pembangunan di sana sehingga kemungkinan besar antar proyek bekerja sama untuk membangun batching plant. Atau mungkin justru perusahaan beton itu sendirilah yang berinisiatif untuk membangun batching plant di tengah-tengah kota!

Jika batching plant berada di dekat proyek, tentulah biaya pengangkutannya semakin diperkecil dan ongkos pembangunannya pun semakin kecil dan keuntungan semakin besar. Tetapi apakah ada yang peduli dengan ‘pengorbanan’ warga Jakarta, terutama tentang kesehatannya? Adakah yang peduli dengan keseimbangan alam lingkungan Jakarta, khususnya untuk makhluk-makhluk hidupnya?

Pepohonan akan semakin merana, dengan debu-debu tebal dari hasil ‘menggiling’ campuran material menjadi beton, makhluk hidup kecil yang berada di tanah, got atau sampah-sampah akan semakin menghilang, di mana itu berarti ekosistem sekecil apa pun akan rusak!

Jika ekosistim rusak, keseimbangan alam semakin terganggu, dan semakin lama dampak besar akan melanda manusia sebagai warga Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun