Anak-anakan tanaman di pindah ke pot-pot kecil untuk dibagikan. Membuat habitat baru memang buuh ketelatenan, seperti mamaku. Dan jika habitat bari ini sukses, hasilnya aka nada tanaman baru, dengan hewan-hewan kecil yang mengiringnya, serta setidaknya oksigen di lingkungan rumahku bertambah..
Tanaman lama yang sempat mati karena tidak ada yang merawat, diganti tanaman-tanaman baru. Dan anak tanaman lama dipindah ke pot atau di titik taman yang lain. Dan aku sangat yakin, species-species baru bermunculan dan hewan-hewan kecil pun datang yang baru.
Ada beberapa ulat kecil yang aku belum pernah melihat di taman kami, ketika mamaku selesai dengan pemindahan-pemindahan tanaman lama berganti dengan tanaman baru. Aku tidak terlalu mempelajari tentang jenis ulat di kebun kami, tetapi karena aku memang peduli dengan lingkunganku, teruyama juga yang ada disekelilingku, aku sangat yakin bahwa ulat itu datang dari tanaman-tanaman baru yang di tanam mamaku.
Mama sering membuat habitat baru di tamannya. Bahkan di akuarium nya. Ketika beberapa tahun lalu, di taman samping ada banyak pot besar untuk tanaman Sikas, tetapi sekarang ini mama banyak membuat pot-pot berisi tamanan Kamboja Jepang. Anak-anak Kamboja Jepang di pindah ke pot2 kecil dan Sikas nya, mati karena sempat tidak ada yang merawat.
Di taman akuarium mamaku, sering berganti habitat. Karena akuarium membutuhkan keahlian khusus, membuat tanaman dan ikan-ikannya sering mendadak mati. Petugas yang memelihara akuarium kami hanya datang 2x sebulan, sehingga ketika suatu saat tanaman dan ikan-ikan di akuarium mati karena terserang bakteri, atau apapun namanya, terlihat kuarium tumbuh ganggang air tawar serta lumut-lumut dan keong2 kecil pemakan daun ganggang.
Dari pengamatan kecil di lingkunganku, aku banyak berpikir tentang sebuah lahan yang sebenarnya baru.
Karena ketika kota Jakarta kian bertumbuh, sedikit membabi buta tanpa kepedulian warganya, mahkluk hidup (hewan dan tumbuhan) pun seharusnya semakin berkembang. Dan perkembangan mahkluk hidup yang lain ini sejalan dengan manusia, untuk saling membutuhkan (simbiosis mutualisma).
Tetapi ketika mahkluk hidup yang lain itu tidak bisa berkembang karena egoism manusia, apakah yang akan terjadi? Konsep simbiosis mutualisma itu tidak terjadi, dimana manusia pasti yang msyoritas. Dengan tidak berkembangnya mahkluk hidup yang lain, pada suatu saat justru manusia lah yang akan mendapatkan ganjaran setimpal.
Tidak kah ada yang tepikir bahwa banjir badang, atau sakit penyakit atau musibah yang lain, merupakan salah satu hasil dari tidak terjadinya “saling membutuhkan?”
- Hutan mangrove tersingkir, “Green Belt” hilang, pengikisan serta abrasi pulau semakin besar. Lama kelamaan, pulau-pulau semakin kecil, walau reklamasi terus berjalan. Karena reklamasi sangat baik jika hutan mangrove sehat.
Artinya, saling membutuhkan antara manusia dengan tumbuhan semakin ada dinding tebal, dimana suatu saat manusia memenuhi dunia TANPA berdampingan dengan tumbuhan, yang mengakibatkan kurangnya oksigen (karena hijau daun menipis) dan semakin ‘panas’.
- Semakin sedikitnya pepohonan berganti dengan ‘pohon pencakar langit’, membuat semakin sedikitnya cacing untuk menggemburkan tanah. Cacing sedikit, makanan sehat ayam kampung semakin langka. Bahkan ayam kampung berganti dengan ayam-ayam broiler dengan vitamin yang tidak sesuai dengan tubuh manusia, yang menjadikan ayam gemuk tapi tidak sehat.
Artinya, mausia dipaksa untuk memakan ‘racun’, sehingga penyakit baru bermunculan (misalnya, mencetuskan kanker), karena ketidak-seimbangan alam.