Ahli2 obat banyak menemukan tanaman2 yng tumbuh di hutan untuk dijadikan obat2an, dan dengan kesadaran tinggi, mulai untuk pembibitan tanaman2 tersebut untuk regenerasi. Tetapi tidak untuk hewan, karena butuh banyak sekali hal2 yang sangat spesifik.
Pengendalin perburuan liar sebenarnya sudah dilakukan pemerintah di banyak negara, tetapi beberapa negara yang lain justru mencoba mengabaikannya. Alaan perburuan liar itu adalah dikonsumsi ( makanan atau untuk lifestyle : baju, sepatu, dsb ), di buat obat atau dipelihara, seperti burung2 cantik berwrna warni dengagn kicauan yang membahana, atau juga orangutan serta kuskus yang mungil menggemaskan.
Banyak sekali jenis tumbuhan dan hewan yang terancam di alamnya. Walau diseluruh dunia sudah tersebar suaka margasatwa, cagar alam, hutan lindung dan taman nasional yang dibentuk untuk melindungi tumbuhan dan ewan liar, tetapi pada kenyataannya hanya sebagian kecil yang berhasil.
Mengapa?
Kebanyakan kawasan dan habitat yang terancam, berada di dalam kawasan ‘miskin’, dimana manusianya sedang berjuang untuk mempertahankan hidup, bagaimana mereka mampu mengelola habitat yang terancam?
Begitu juga hutan2 lindung. Tidak usah jauh2, di Indonesia sendiri, pemerintah masih kesulitan untuk mengejar ‘pemburu2’ liar yang dengan santainya bisa menembak hewan2 yang dilindungi dan menebang pohon2 serta membakarnya! Ketika kita menikmati hutan di daerah Puncak, di Sumatra atau di Kalimantan, kita tidak menyadari bahwa ditengah hutan tersebut, pemburu liar ‘mangambil’ seenaknya, pepohonan dan hewan2nya ……
Ah … itu memang mungkin masih terlalu jauh. Kita lihat saja di Jakarta. Dimana hutan mangrove semakin habis atau terdesak karena kebutuhan lahan bagi warga Jakarta untuk tempat tinggal dan bersenang2  (leasure). Seperti ceritaku di beberapa artikel di link2 diatas ini, hutan mangrove semakin sedikit, dan dataran Jakarta semakin terkikis. Karena terkikis, warga berlomba2 untuk membangun dataran baru (reklamasi), dan semakin terancam lah warga Jakarta …..
Mengapa lagi?
Karena pada dasarnya, reklamas tidak sesuai dengan alam. Reklamasi memang bisa menjadi alternative untuk pemecahan masalah lahan, tetapi reklamasi akan berhasil jika hutan mangrove sehat. Dan jika hutan mangrove semakin menghilang, kualitas hidup manusia pun akan menurun, bahkan terancam masa depannya …..
Permintaan kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan bersenang2 manusia, mampu membuat beberapa developer memunculkan dataran baru sebagai reklamasi. Permintaan memang seiring dengan barang yang ada. Dan ketika manusia tetapi berusaha mengeruk keuntungan sebesar2nya bagi dirinya sendiri, tidak aka nada cagar alam, hutan lindung atau taman nasional yang berhasil dengan baik. Masalah2 baru akan terus bermunculan ……
*****