Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Permintaan Manusia untuk Kebutuhan Hewani? ‘Lebay’ dan Ga Masuk Akal!

29 Juni 2015   16:10 Diperbarui: 29 Juni 2015   16:10 1484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

 

www.ailedenokula.com

 

Sebelumnya :

Mengapa Nyamuk “Menyerang” Manusia?

Wisata Alam ‘Hutan Mangrove’, Pantai Indah Kapur, Jakarta

Manusia, Hewan, Tumbuhan dan Gaya Hidup

Cicak Itu Makan Nasi? So What?

*****

Persediaan dan permintaan

Hukum ekonomi jelas mengatakan bahwa ada permintaan semakin ada barang. Harga barang tersebut pasti terus membubung tingga, jika permintaan terus bertambah. Hukum ekonomi ini berada di semua lini permintaan, termasuk ‘alam’ …..

Hewan atau tumbuhan langka atau berharga memang dilindungi oleh pemeritah, dimana penjaga hutan dan polisi hutan melindungi mereka. Itu memang konsepnya. Tetapi kiya tahu, bahwa permintaan yang besar, akan memicu kesempatan orang2 yang berniat jahat untuk mengeruk isi alam ini sebesar2nya bagi keuntungan pribadi.

Coba lihat tulisaku di sini :

Denyut Kehidupan 'Mangga Besar' dari Dahulu Sampai Sekarang

Dari Ular Kobra, Serbuk Kuku Harimau sampai Dunia ‘Esek-esek’, Ada di Mangga Besar!

Pada kenyataannya, dari dulu sampai sekarang, salah satu tempat dengan permintaan yang besar adalah Mangga Besar. Terutama permintaan dari orang2 yang sangat ingin mendapatkan daging2 hewan yang dilindungi, bukn hanya untuk makanan saja, tetapi justru untuk pengobatan! Seperti (katanya), daging ular kobra, daging biawak, daging monyet, cula badak atau taring dan penis harimau! Astagaaaaa ……

Ketika aku masih muda dan aku selalu ‘blusukan’ ke tempat2 yang sering kali tidak terpikir olehku untuk aku datangi, membuat aku berpikir tentang sebuah duia yang unreal. Taring harimau dan penisnya, dicari pemburu2 hewan serta pemburu2 uang, untuk dijual kepada orang2 yang mencari! Lalu harimau2 itu bukan hanya untuk taring dan penisnya, tetapi juga dikuliti dan kulitnya untuk baju, tas atau sabuk ….. Dan pastilah harganya sangat mahal!

“Barang tetap ada selama ada permintaan!”

Dalam beberapa referensi yang aku baca, ternyata serbuk taring harimau ataupun penis nya ternyata tidak mempunyai khasiat apapu untuk menyembuhkan penyakit. Begitu juga cula badak yang terus diburu oleh seluruh ‘pemburu’ di dunia. Dan dunia melakukan kesepakatan bersama dengagn semua negara untuk Konvensi Perdagangan Internasional untuk Spesies Tumbuhan dan Satwa Liar yang terancam Punah ( Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora ). Walau pada kenyataannya, ‘pemburu’ dunia semakin melihat peluang besar untuk mengeruk keuntungan untuk diri sendiri ……

Beberapa jenis tumbuhan dan hewan selalu menghadapi masalah khusus : perburuan liar. Tumbuhan dan hewan2 itu diburu, walau sudah dipastikan dilindungi oleh dunia. Mungkin untuk tumbuhan, agak mudah untuk diburu, tanpa mengandalhan kekuatan fisik, tetapi tidak untuk hewan.

Ahli2 obat banyak menemukan tanaman2 yng tumbuh di hutan untuk dijadikan obat2an, dan dengan kesadaran tinggi, mulai untuk pembibitan tanaman2 tersebut untuk regenerasi. Tetapi tidak untuk hewan, karena butuh banyak sekali hal2 yang sangat spesifik.

Pengendalin perburuan liar sebenarnya sudah dilakukan pemerintah di banyak negara, tetapi beberapa negara yang lain justru mencoba mengabaikannya. Alaan perburuan liar itu adalah dikonsumsi ( makanan atau untuk lifestyle : baju, sepatu, dsb ), di buat obat atau dipelihara, seperti burung2 cantik berwrna warni dengagn kicauan yang membahana, atau juga orangutan serta kuskus yang mungil menggemaskan.

Banyak sekali jenis tumbuhan dan hewan yang terancam di alamnya. Walau diseluruh dunia sudah tersebar suaka margasatwa, cagar alam, hutan lindung dan taman nasional yang dibentuk untuk melindungi tumbuhan dan ewan liar, tetapi pada kenyataannya hanya sebagian kecil yang berhasil.

Mengapa?

Kebanyakan kawasan dan habitat yang terancam, berada di dalam kawasan ‘miskin’, dimana manusianya sedang berjuang untuk mempertahankan hidup, bagaimana mereka mampu mengelola habitat yang terancam?

Begitu juga hutan2 lindung. Tidak usah jauh2, di Indonesia sendiri, pemerintah masih kesulitan untuk mengejar ‘pemburu2’ liar yang dengan santainya bisa menembak hewan2 yang dilindungi dan menebang pohon2 serta membakarnya! Ketika kita menikmati hutan di daerah Puncak, di Sumatra atau di Kalimantan, kita tidak menyadari bahwa ditengah hutan tersebut, pemburu liar ‘mangambil’ seenaknya, pepohonan dan hewan2nya ……

Ah … itu memang mungkin masih terlalu jauh. Kita lihat saja di Jakarta. Dimana hutan mangrove semakin habis atau terdesak karena kebutuhan lahan bagi warga Jakarta untuk tempat tinggal dan bersenang2  (leasure). Seperti ceritaku di beberapa artikel di link2 diatas ini, hutan mangrove semakin sedikit, dan dataran Jakarta semakin terkikis. Karena terkikis, warga berlomba2 untuk membangun dataran baru (reklamasi), dan semakin terancam lah warga Jakarta …..

Mengapa lagi?

Karena pada dasarnya, reklamas tidak sesuai dengan alam. Reklamasi memang bisa menjadi alternative untuk pemecahan masalah lahan, tetapi reklamasi akan berhasil jika hutan mangrove sehat. Dan jika hutan mangrove semakin menghilang, kualitas hidup manusia pun akan menurun, bahkan terancam masa depannya …..

Permintaan kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan bersenang2 manusia, mampu membuat beberapa developer memunculkan dataran baru sebagai reklamasi. Permintaan memang seiring dengan barang yang ada. Dan ketika manusia tetapi berusaha mengeruk keuntungan sebesar2nya bagi dirinya sendiri, tidak aka nada cagar alam, hutan lindung atau taman nasional yang berhasil dengan baik. Masalah2 baru akan terus bermunculan ……

*****

Predator hewan besar seperti harimau atau elang, membutuhkan kawasan yang luas untuk berburu. Jika predator2 besar ini berburu untuk makanannya, bukan berburu untuk semata2 dibunuh dan diambil kulit atau anggota tubuhnya yang lain, tidak demikian bagi ‘pemburu’ liar.

Predator besar yang berada di taman nasional apalagi kebon binatang, akan stress jika mereka tidak bisa melakukan kegiatan itu secara ‘naluri hewani’ nya. Tidak ada yang salah, jika hewan2 itu akan gelisah dan masuk kampung2 bahkan kota2. Seperti yang aku baca di Sumatera. Gajah2 masuk kampong karena temat tinggalnya dijadikan lahan untuk bercocok tanam. Bahkan orangutan dari Kalimantan gelisah karena habitatnya dijadikan kebon kelapa sawit …..

Alhasil, hewan2 tersebut menjadi sasaran empuk bagi warga. Diembak dan dikonsumsi atau ditangkap untuk dijual …..

Sungguh, aku semakin tercenung membaca banyak referensi tentang bumi kita ini. Apa yang bisa aku lakukan? Apa yang bisa kita lakukan?

Mungkin kita tidak bisa melakukan apa2. Mungkin aku hanya bisa menuliskan apa yang aku baca, apa yang aku tahu atau kobsep apa yag bisa aku lakukan. Dari tulisan2ku ini, kuharap ada seseorang yang mempunyai kekuatan untuk melakukan yang terbaik.

Sejak kecil aku memang mencintai binatang, bahkan waktu SMA aku bersama dengan volunteer2 asing di Kebun Binatang Ragunan (sekitar tahun 1985 sampai 1990), berusaha untuk ‘menyelamatkan’ anak2 orangutan yang ketakutan ditinggal mati induknya, dari Kalimantan dalam “Sahabat Satwa (Zoo Friends)”. Mungkin kegiatan ku ini tidak ada artinya, hanya sangat kecil, tetapi ketika aku menatap mata orangutan2 itu yang memelas dan mendambakan pelukan induknya, mataku selalu berkaca2 …..

Aku menyusui mereka dengan botol dan susu formula bayi, aku menggendong mereka, menyelimuti mereka dan menggantikan popok2 mereka, sesaat setelah pulang sekolah. Bahkan aku bermain bersama mereka setelah mereka sudah menghilangkan trauma mereka …

 www.mydailynews.com

Sebenarnya, jika kita mau berdamai dengan alam ini, semuanya akan berbahagia. Mengapa ada manusia yang mampu berlaku keji terhadap manusia dan makhluk lain? Aahhh ….. inilah yang tidak masuk akal bagiku …..

Dari seekor cicak yang selalu menyapaku di atas meja makan di rumahku, pemikiranku berkembang mengarah untuk bumi. Karena sesungguhnya, bumi kita ini memang harus diselamatkan. Jika bukan kita, siapa lagi?

Mari kita selamatkan bumi, dari bagian yang terkecil di lingkungan kita ……

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun