Jika dibaca di link ku di atas, itu salah satu jawabannya. Bahwa setiap area lingkungan, bangunan bahkan di setiap rumah, kami di jurusan teknik arsitektur belajar bahwa kita harus bisa mengantisipasi sedetail mungkin untuk mengamankan semua orang, jika terjadi sesuatu, salah satunya jika terjadi kebakaran.
***
Konsep sebuah bangunan umum ( perkantoran, mall atau auditorim ), baik didalam atau di lingkungan bangunan itu, kiya harus mmberikan fasilias umum untuk antisipasi pemadaman kebakaran, SEBELUM 'branweer' datang. Jika di dalam bangunan, di setiap ceiling ada sebuah 'springkler' tiap sekitar 25 m2. Jadi jika bangunan umum seluas 1000 m2, harus terdapat springkler sekitar 40 springkler. Â Letaknya berjarak diameter 5 meter. Karena springkler akan membuka kran air jika terjadi kebakaran di bawahnya dan air akan memadamkan, walau jika api bertambah besar memang harus ada bantuan lain, seperti pemadam portable yang harus ada di sekitar selasar bangunan umum berjarak tiap 5 meter.
Jika springkler dan pemadam portable tetap belum bisa memadamkan api, kita juga harus memberikan fasilitas hydrant dengan slang sekitar sampai 50 meter. Dan hydrant di dalam bangunan ini berjarak antara 25 meter sampai 30 meter. Jika sampai hydrant dalam bangunan belum juga mampu memadamkan api, kita memnag harus menunggu petugas pemadam kebakaran dari pemda. Tetapi karena jalanan Jakarta selalu macet, pasti akan lama menunggu petugas pemadam kebakaran. Alhasil, jika kita tidak melakukan 'pertolongan pertama' dalam memadamka api, api akan melalap semuanya, sampai habis, SEBELUM petugas pemadam kebakaran datang .....
Itu memang untuk bangunan umum diatas 1000 meter2. Tetapi bangunan umu dibawah 1000 meter2 termasuk rumah2 kita, memang peraturan tidak mengharuskan menyediakan sprngkler ( karena springkler berhubungan dengan sumber air yang cukup banyak dengan pipa2 air dalam plafond yang tidak sedikit dan berbiaya cukup mahal ). Tetapi ada baiknya di bangunan2 umum dibawah 1000 meter2 dan rumah2 penduduk, mempunyai 1 atau 2 pemadam portable yang selalu di isi dan di maintenance setiap periodik sekali, guna antisipasi.
Bagaimana dengan di pemukiman menegah keatas? Yang jelas, aku sudah bekerja lebih dari 20 tahun sebagai arsitek dan sering mendesain bangunan2 umum dan besar, juga mendesain kompleks perumahan dengan ratusan bahkan ribuan rumah. Dan perumahan2 menegah keatas, konsep 'P3K' untuk pemadam kebakaran, semuanya sesuai dengan aturan pemda. Tiap rumah disediakan pemadam portable, tiap jarak 25 meter sampai 30 meter, terdapat hidrant besar. Jarak antara hydrant dengan jalan, harus dekat supaya jika terjadi kebakaran dan hydrant sudah terpakai, serta petugas pemadam sudah datang, semua bekerja sama untuk memadamkan api. Tetapi jika air dalam hydrant perumahan habis, petugas pemadam akan membantu mengisikan air baru untuk mulai memadamkan api lagi ......
Sekarang, bagaimana dengan pemukiman padat bahkan pemukiman daerah 'slum?'. Nah, itu susahnya! Aku mengamati perumahan2 murah. Bahkan yang juga disediakan oleh developer2 besar, sebagian besar antisipasi hydrant lingkungan, tidak disediakan. Wajar! Arena untuk menyediakan 'P3K' kebakaran ini, biayanya memang tidak sedikit. Dan calon pembeli akan tidak pedli jika developer memberikan fasilitas ini, tetapi dengan harga rumah yang lebih mahal. Calom pembeli lebih memilih untuk membeli rumah dengan harga serendah2nya, walau demi antisipasi ini.
Apalagi di pemukiman kumuh. Jangankan pemukiman ( walau kumuh, tetapi seharusnya setiap area lingkungan mempunyai hydrant ), area umum seperti taman umum pun, hydrant tetap dibutuhkan! Apalagi dengan keadaan Jakarta yang selalu macet, SANGAT DIBUTUHKAN 'PERTOLONGAN PERTAMA' UNTUK PEMADAMAN API!
Aku pernah mengamati di sebuah pemukiman padat di Manggarai, dekat dengan sebuh stasiun kereta api dan pasar lingkungan ( yang sebenarnya bukan untuk pasar ). Ada sebuah hydrant lingkungan dari pemda. Warnyanya merah. Aku juga meneliti bahwa hydrant itu belum pernah tersentuh oleh maintenance, terbukti kran2nya sudah karatan serta hydrantnya sendiri sudah tidak lengkap. Bahkan hydrant tersebut sering kali untuk menjemur lap-lap atau kain pel, karena berada di pasar. Anak2 sering duduk2 disana. Seperti bukan sebuah hydrant, mungkin mereka pikir itu adalah 'patung' dan hanya sebuah hiasan ......
[caption id="attachment_274441" align="aligncenter" width="452" caption="www.antarafoto.com"]
Contoh foto diatas, truk 'branweer' tidak bisa masuk ke titik kebakarang karena sempit dan susah, serta tidak adanya hydrant lingkungan .....