Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Dunia Maya pun Juga Ada di 'Hp Jadul'...

22 Februari 2013   05:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:54 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Christie Damayanti

[caption id="attachment_244843" align="aligncenter" width="591" caption="theonlinemom.com"][/caption]

Tidak pernah aku sangka, bahwa siswa siswi SMPN 1 Baturaden benar2 merupakan generasi muda harapan bangsa. Bukan, awalnya bukan pesimis. Tetapi karena ketika kami disana dan memberi motivasi dalam menulis, kami tidak melihat semangat bertanya yang membara. Aku memang melihat, mereka mulai tersetak ketika Valentino membuka 'perpustakaan' dunia maya-ku tentang tulisan2ku serta koleksi prangko-ku. Mereka bertambah tersentak ketika aku bercerita tentang bagaimana aku mulai menulis dengan tangan kiri .....

Mereka memang berada bukan di sebuah kota besar, dan mereka tidak sama dengan teman2 mereka di kota besar. Fasilitas dan sarana masih terbatas. Dana dari keluarga pun juga sangat terbatas. Dan kami sangat paham dan mengerti itu, sehingga kami tidak terlalu berharap untuk mereka cepat2 berinisiatif untuk 'menceburkan' diri mereka dalam menulis, sesuai yang kemarin kami katakan. Apalagi kesiapan fasilitas dan dana yang tidak seperti remaja2 Jakarta, pasti akan berbeda, dan mereka akan lebih 'tertinggal' dibanding remaja2 Jakarta, tentang kebutuhan smartphone, laptop ataupun interentnya sendiri.

Ketika di Purwokerto, remaja2 itu memang sudah banyak yang menggunakan smartphone, tetapi karena jaringannya belum begitu baik dan dana dari orang tuapun tidak terlalu banyak, sehingga mereka lebih banyak berselancar di dunia maya lewat warnet, sehingga justru mereka bisa tidak terkontrol.

Ketika kami sudah selesai dengan kegiatan kami, baru selesai, aku mendapatkan beberapa remaja mengirim SMS untukku, serta seorang guru mengirimkan email untukku. Pertama memang hanya mengenalkan diri, basa basi. Tetapi SMS dan email barbalas terus dan berlanjut dengan diskusi ringan. Ada yang ingin membuka akun Kompasiana, karena terinspirasi dengan kata2 motivasiku. Ada yang memang sekedar bertanya, tentang aku pribadi atau tentang kegiatan IDKita. Ada juga yang sekedar curhat kecil. Atau membuka2 halaman blog Kompasiana-ku. Untukku sangat membaggakan, ketika kira berhasil menumbuhkan semangat dan motivasi untuk 'bergerak' menjadikan diri kita lebih baik. Apalagi, ketia kami, atau aku sebagai 'orang asing', mempu membuat aku 'merengkuh' mereka untuk mereka lebih baik dari yang sekarang .....

Sejak kepulangan kammi dari Purwokerto, ada seorang siswi yang terus menghubungi aku ( selain siswi serta guru2nya, tetntunya, walau tidak sekerap siswi ini ). Jam2 setelah pulang sekolah. Hanya ngobrol lewat SMS, dan aku selalu membaladnya, mendukungnya dan menenangkannya, jia aku merasa dia mengkawatirkan sesuatu. Anak ini, sungguh luar biasa. Siswi kelas 8, atau kelas 2 SMP, yang bisa membanggakan orang tuanya serta membanggakan sekolahnya, suatu saat.

Gita, namanya. Dia sering menanyakan apapun dengan tanpa malu2 atau takut2. Pertanyaannya lebih kepada bagaimana waktu aku menulis, berapa lama, berapa banyak menulis setiap hari, setelah dia berhasil membuka akun Kompasiana. Katanya, dia tidak sabar untuk menulis di Kompasiana. Tetapi kelihatannya, dia akan bisa menulis setelah pulang sekolah dan setelah tugas2 sekolahnya selesai dikerjakan, sehingga dia belum bisa menuliskan sesuai di akunnya.

Aku mengatakan,

"Tidak apa-apa, Gita sayang. Tante yakin koq, bahwa kamu akan mulai menulis, sesuai yang dijanjikan pada tante. Selesaikanlah tugas2mu dulu, termasuk belajar. Menulis mulailah sebagai hobi, ok?"

Kata2nya dalam SMS nya sangat semangat! Dengan kata2 khas remaja dan semangat remaja, membuat aku serasa jauh lebih muda, hihihi ..... Jangan lupa, Gita seumyr anakku yang kecil, Michelle, sehingga aku seperti mempunyai 'anak' yang lain .....

***

Ini selintas berita pasca IDKita terjun ke Purwokerto. 'Dunia maya' bukan hanya di internet saja. Tetapi termasuk ber- SMS, WhatApps, ber- BBMlewat smartphone, bahkan di hp jadul pun ada ( paling tidak ber-SMS ). Ketika mereka jauh dari fasilitas dan dana tidak mencukupi, mereka ternyata mamu mengubah 'dunia maya' mereka lewat genggaman smartphone via SMS, WhatApps serta BBM. Mereka membangun dunia maya mereka dengan positif, berdiskusi untuk yang mereka ingin tanyakan.

'Dunia maya', yang aku maksudkan adalah ketika kita tidak bisa melihat lawan bicara kita secara fisik, tetapi hanya lewat mengetik ( tangan ) atau mendengar ( mulut ). Aku tidak tahu, apakah aku slah dengan pengertian 'dunia maya' ku, tetapi ketika aku tidak bertemu muka dengan lawan bicaraku, aku katakan itu 'dunia maya'. Seperti di awang2, tetapi jika dunia maya itu bisa dikendalikan dengan kegiatan positif, hasilnya sangat bermanfaat.

Seperti IDKita Kmopasiana, dimana terbentuk dari dunia maya, berkantor di dunia maya serta pelayanannya sebagian ada di dunia maya. Tetapi orang2nya tetap manusia biasa, berlandaskan niat tulus untuk berbagi menjadi dunia maya adalah juga dunia nyata, dengan hak dan kewajiban yang sama, serta dengan kegiatan sosial dan kemanusiaan yang sama, hukum yang sama serta adanya orang2 baik dan penjahat2 yang sama, pararel dengan dunia nyata .....

Juga seperti siswi2 dan guru2 yang sudah berada dalam misi yang sama, dengan kami di Jakarta dan mereka di Purwokerto, menjadikan 'dunia maya' arena diskusi kami. Lewat SMS atau WhatApps, lewat email, YM atau Kompasiana, kami mengjadikan dunia maya kami bermakna dan bermanfaat, bagi masing2 dari kami.

'Kekuarangan' bagi siswa2 di kota2 kecil bukan sebagai kelemahan mereka. Kekurangan itu justru membuat mereka semangat, bahwa mereka pun bisa seperti siswi2 dan guru2 di kota besar. Dan kami, IDKita, mendukung penuh untuk itu. Janji kami kepada mereka adalah apapun yang mereka tanyakan lewat SMS atau WatApps, atau email atau apapun yang lain ke alamat dunia maya kami, akan kami balas secepatnya. Karena, jika mereka sudah meluangkan waktu untuk kami datang dam ketika mereka meluangkan waktu untuk bertanya, kami tidak akan melepas kesempatan itu, untuk masing2 melakukan yang terbaik dalam ekspresi diri .....

Tidak ada kebahagiaan lain yang kami rasakan ketika yang kami lakukan membuat orang lain semangat dan terus berkarya untuk diri sendiri, dan untuk lingkungannya, apapun itu .....

Semangat! Salam IDKita Kompasiana .....

1361510105229379376
1361510105229379376
Profil | Tulisan Lainnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun