By Christie Damayanti
[caption id="attachment_317042" align="aligncenter" width="572" caption="www.republika.co.id"][/caption]
Jadi? Mau berapa kali lagi kita harus mengalami banjir? Sampai tahun berapa Jakarta terkepung banjir?
Ketika aku sadar bahwa Jakarta benar-benar 'salah' dalam me-manage kotanya lewat banyak hal, ketika itu pula aku ingin sekali ikut urun rembug untuk Jakarta lebih baik. Mulai lulus S1 dan melanjutkan ke S2, di mana thesis ku benar2 meneliti dan sedikit solusi dalam manajemen kota Jakarta lewar berbagai aspek secara fisik kota, secara aku adalah seorang arsitek.
Begitu pun lewat banyak diskusi dengan papa almarhum, sebagai salah seorang mantan pejabat pemda Jakarta yang memang juga sangat peduli dengan kota kita. Dalam ribuan kali diskusi kapan dan dimanapun, papa mampu membentuk pemikiranku untuk 'berjuang' bagi Jakarta lewat apapun yang bisa aku lakukan.
Dan ketika aku sakit ini, aku lebih bisa berkata2 banyak lewat puluhan tulisan untuk mencoba 'memperbaiki' konsep pembangunan fisik Jakarta, salah satunya tentang banjir.
Dari konsep2 dalam menangani banjir kota, kesaksian2 yang aku alami selama (pernah) rumahku terendam banjir se-pangkal paha lebih dari 1 minggu, sampai keinginanku untuk menciptakan 'Jakarta Baru' bersama dengan tim Jokowi-Ahok dan semua warga Jakarta.
*** Tentang banjir. Berulang kali bahkan puluhan kali aku menulis tentang banjir. Bahwa jika kita dalam kepungan banjir, sepertinya semuanya ingin melakukan apa saja untuk bisa kelur dari masalah tersebut. Tetapi ketika musim berganti dan banjir sudah selesai serta cuaca sudah terang benderang, kita semua LUPA (atau 'melupakan' diri?) untuk tahun depan tidak kebanjiran lagi... dan pada akhirnya, musim banjir datang lagi dan Jakarta terkepung banjir lagi, dan itu terus terjadi sejak dahulu.
Aku mencintai Jakarta, dengan berbagai masalahnya. Aku dilahirkan di Jakarta dan sepertinya enggan pindah ke lain kota. Walau kemanapun aku mau berpindah, aku bisa lakukan, tetapi itulah kecintaanku tentang Jakarta.
Tetapi jujur, aku juga harus mengatakan bahwa Jakarta benar2 'bobrok' dalam arti yang sebenar2nya. Khususnya secara fisik kota, dimana aku hanya menerti secara fisik. Untuk non-fisik, aku tidak akan 'mencampuri' permasalahan mereka. Sejak secara fisik papa almarhum pensiun tahun 1995 yang lalu, berangsur Jakarta 'menimbun' permasalahan-permasalahan yang semakin lama semakin menggunung, khususnya tentang banjir. Coba lihat artikel2ku tentang banjir di bawah artikel ini.
Banjir di Jakarta beberapa tahun belakangnan ini, mmang salah satunya adalah CURAH HUJAN yang luar biasa tingginya. Itu adalah 'force majour', tidak disangaka-sangka dan tidak ada yang bisa menangkalnya. Itu adalah Kuasa Tuhan. Dan kita manusia tidak akan bisa menghalaunya. Bahkan 'modifikasi cuaca' pun, aku sangat yakin akan menuai akibatnya. Karena menurutku, alam akan melakukan semuanya jika 'diganggu'. Artinya, alam adalah karya Tuhan. Ketika Tuhan sudah menciptakan alan dengan luar biasa baiknya, dan manusia semena-mena merusak alam, maka alam akan 'menunaikan' kegiatannya sesuai dengan kuasa Tuhan.
Permasalahan alam yang mengakibatkan banjir dimana2 adalah:
1.      Kegiatan manusia yang semena-mena, salah satunya mengakibatkan 'global warming'.
Salah satunya, lewat alat-alat buatan manusia sehingga lapisan atas planet bumi terkikis, sehingga panas dari matahari menembus bumi lama kelamaan tidak bisa terseleksi lagi. Ditambah lagi dengan penggundulan hutan terus menerus.
2.      Penggundulan hutan yang tidak dibarengi oleh reboisasi, dan penggundulan hutan illegal. Penggundulan hutan illegal, dan Indonesia mencapai 'prestasi' di tempat ke-2 di dunia! Astaga! Jika di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi atau Papua, mungkin susah untuk dideteksi setiap saat, secara belum ada (atau belum mau?) sistim untuk pengawasan disana. Tetapi bagaimana dengan di Puncak dan sekitarnya? Penggundulan hutan Puncak meng-atas-namakan menaikan roda perekonomian disana dan untuk alasan kebutuhan kayu serta perumahan rakyat. Coba lihat di Puncak Terus Menjadi Obyek Bisnis, Lalu Bagaimana dengan Hutan Lindung dan Banjir Jakarta?
3. Penyerapan untuk Jakarta, bagaimana?
Konsep penyerapan Jakarta adalah selatan Jakarta, termasuk daerah Bogor-Puncak. Tetapi dengan dibangunnya villa-villa di sana, penyerapan berubah menjadadi beton. Sehingga air mengalir turun ke Jakarta. Lalu penyerapan Jakarta sendiri (yang sedianya harusnya sekitar 20% sampai 25%) malah dibangun gedung2 (termasuk ruma-rumah atau ruko-ruko tanpa ijin) yang tidak sesuai dengan ijin atau melanggar ijin. Dan pada kenyataannya, RTH di  Jakarta sekarang hanya dibawah 10% saja.
4.      Bagaimana dengan peremajaan sungai serta reklamasi Jakarta? Lalu air terus mengalir dari hulu (Bogor-Puncak) ke Jakarta menuju laut, tetapi terhalang oleh reklamasi2 luas, sehingga air menggenangi Jakarta karena sungai2 Jakarta tidak pernah diremajakan! Bahkan, terdengar bahwa sungai-sungai tersebut tidak pernah dikeruk sudah lebih dari 20 tahun!
5. Sedimen2 dan sampah2 terus menumpuk di sungai, ditambah sungai menjadi 'tempat pembuangan sampah terakhir'.
Pada artikelku terakhir (lihat link di bawah artikel), dengan mata kepala sendiri aku melihat bahwa warga kota  membuang sampah material ke sungai! Ckckckck .
6.      Bahwa reklamasi di utara Jakarta itu sah2 saja karena memang pertumbuhan penduduk yang tinggi. Bahkan di banyak negara, juga membangun reklamasi untuk penambahan tempat warga kota. Tetapi, untuk membangun reklamasi dibutuhkan banyak hal, salah satunya:
a.      Sungai2 yang 'sehat', mengalir dengan baik dan selalu diremajakan dengan mengeruk dengan DAS (daerah aliran sungai) yang sehat, TANPA pemukiman bantaran sungai.
b.     RTH (ruang terbuka hijau) yang baik, sesuai dengan perhitungan dan konsep kota, sehingga air hujan bisa meresap sesuai dengan kebutuhannya.
c.      Hutan mangrove yang sehat untuk tempat muara air sungai, sehingga air hujan tidak 'mandek' dengan hutan mangrove yang 'sakit'.
Tetapi jika rekalami dibangun dengan tidak sesuai dengan (salah satunya) ketentuan-ketentuan di atas, alamat reklamasi menjadi sebuah 'batu sandungan' bagi kota tersebut.
Jadi, bayangkan! Jika penyerapan dari hulu sudah tidak pada tempatnya, dan Bogor-Puncak sudah dipenuhi dengan villa2 serta penggundulan hutan illegal menggila, lalu RTH di Jakarta semakin sedikit dan sungai-sungai serta 'situ' Jakarta tidak terus diremajakan (menurutku setidaknya tiap tahun di musim kemarau) dan tidak ada menambahakan atau peremajaan hutan mangrove serta pemukiman bantaran sungai terus belum bisa di pindahkan, alamat Jakarta akan terus TENGGELAM, dengan arti yang sebenar-benarnya.
***
Masalah banjir (khususnya Jakarta) tidak melulu kesalahan pemerintah, pusat ataupun daerah. Kita semua juga menjadi penyebab! Dengan membuang sampah sembarangan (ini adalah yang termudah: JANGAN MEMBUAH SAMPAH SEMBARANGAN!), sudah menunjukan kepedulian tentang lingungan kita sendiri!
Berlanjut dengan keinginan diri sendiri untuk TIDAK EGOIS mementingan diri sendiri, salah satunya:
1.      Mau mengikuti aturan-aturan untuk lingkungan lebih baik.
Misalnnya,
a.      Mau dipindahkan ke rusun2 untuk pembebasan pemukiman bantaran sungai untuk membangun DAS yang baik
b.     Tidak membangun rumah dan gedung TANPA IJIN, atau melanggar ijin yang sudah ditentukan dengan alasan, "Ah, sedikit saja koq untuk membangun kamar kecil" ....
c.      Berusaha membongkar villa-villa pribadi sendiri yang ada di Bogor-Puncak. Karena KDB ( Koofesien Dasar Bangunan ) Bogor-Puncak hanya sekitar 10%-20% saja, sedangkan searang bisa lebih dari 50%.
d.     Dan sebagainya.
Sehingga dengan bantun seluruh warga kota, Jakarta akan lebih baik. Walaupun Jakarta secara fisik memang sudah 'tenggelam', tetapi lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali, bukan?
Sekali lagi, alam akan 'bersahabat', jika manusia mau 'bersahabat dengan alam'. Jangan pernah saling menyalahkan, apalagi menyalahkan Tuhan dengan kata-kata TAKDIR, karena BANJIR ini sepenuhnya (benar-benar sepenuhnya) adalah kesalahan manusia sendiri, karena Tuhan tidak akan mencelakakan manusia, tetapi Tuhan akan memberikan damai sejahtera, sesuai dengan kehendak NYA.
Link tentang Banjir Jakarta :
Perbaiki Furniture Bekas, Sampahnya Dibuang ke... Sungai! Ckckck....
Musim Hujan Tiba, Banjir Pasti Datang lagi: Saatnya Jakarta Harus Berubah...
Apakah 'Banjir' Merupakan Kesalahan Jokowi? Sebuah tanggapan
Masih Ingat tentang 'Pengendalian Banjir' tahun 1965 - 1985 di Jakarta?
Sedikit Saran Untuk 'Banjir Kanal Timur' : Warga Sudah Mulai Bandel?
Cerita tentang 'Banjir Kanal Timur' : Banjir serta Ke-egois-an Warga Jakarta .....
'Waduk Pluit' : Mengapa Baru Sekarang?
Sedikit Konsep tentang Waduk Pluit untuk Pak Jokowi
Antara Bangunan Tanpa Ijin dengan Banjir yang Meluas di Jakarta
'Kanal' hanya Mampu Mengurangi Beban Banjir Sesaat. Bagaimana, Pak Jokowi?
Lagi, Tentang Banjir, Pak Jokowi .....
Pak Jokowi, Bagaimana dengan Peraturan Daerah Hulu sebagai 'Kota Pendamping' Jakarta?
'Pantai Mutiara' : Contoh untuk Jakarta Bercermin
'Saluran Air Kota' : Antara Fungsi dan Estetika
Akankah Banjir Menyadarkan Kita tentang Alam yang 'Marah?'
Slogan 'Jakarta Bebas Banjir', Tetapi Tidak Peduli Dengan Penyerapan .....
Banjir di Jakarta, Penyebab Serta (Sedikit) Saran Mengatasinya
Pengendalian Banjir? Tidak Cukup Hanya Membuat Drainage Saja
Slogan 'Jakarta Bebas Banjir', Tetapi Tidak Peduli dengan Penyerapan
Jakarta Bebas Banjir? Berusahalah untuk Mengelola 'Ruang Terbuka Hijau!'
Pak Jokowi, Bagaimana dengan 'Reboisasi' Pohon yang Tumbang dan Penghijauan Jakarta ?
Puncak Terus Menjadi Obyek Bisnis, Lalu Bagaimana dengan Hutan Lindung dan Banjir Jakarta?
Trauma Banjir 2007, Apa yang Harus Dilakukan untuk Tidak Banjir Lagi?
Trauma Banjir 2007, Mungkinkah Sekarang 2013 Melanda Jakarta?
Trauma Banjir 2007, Akan Adakah Banjir Besar tahun 2012?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H