b.     RTH (ruang terbuka hijau) yang baik, sesuai dengan perhitungan dan konsep kota, sehingga air hujan bisa meresap sesuai dengan kebutuhannya.
c.      Hutan mangrove yang sehat untuk tempat muara air sungai, sehingga air hujan tidak 'mandek' dengan hutan mangrove yang 'sakit'.
Tetapi jika rekalami dibangun dengan tidak sesuai dengan (salah satunya) ketentuan-ketentuan di atas, alamat reklamasi menjadi sebuah 'batu sandungan' bagi kota tersebut.
Jadi, bayangkan! Jika penyerapan dari hulu sudah tidak pada tempatnya, dan Bogor-Puncak sudah dipenuhi dengan villa2 serta penggundulan hutan illegal menggila, lalu RTH di Jakarta semakin sedikit dan sungai-sungai serta 'situ' Jakarta tidak terus diremajakan (menurutku setidaknya tiap tahun di musim kemarau) dan tidak ada menambahakan atau peremajaan hutan mangrove serta pemukiman bantaran sungai terus belum bisa di pindahkan, alamat Jakarta akan terus TENGGELAM, dengan arti yang sebenar-benarnya.
***
Masalah banjir (khususnya Jakarta) tidak melulu kesalahan pemerintah, pusat ataupun daerah. Kita semua juga menjadi penyebab! Dengan membuang sampah sembarangan (ini adalah yang termudah: JANGAN MEMBUAH SAMPAH SEMBARANGAN!), sudah menunjukan kepedulian tentang lingungan kita sendiri!
Berlanjut dengan keinginan diri sendiri untuk TIDAK EGOIS mementingan diri sendiri, salah satunya:
1.      Mau mengikuti aturan-aturan untuk lingkungan lebih baik.
Misalnnya,
a.      Mau dipindahkan ke rusun2 untuk pembebasan pemukiman bantaran sungai untuk membangun DAS yang baik
b.     Tidak membangun rumah dan gedung TANPA IJIN, atau melanggar ijin yang sudah ditentukan dengan alasan, "Ah, sedikit saja koq untuk membangun kamar kecil" ....