By Christie Damayanti
[caption id="attachment_402067" align="aligncenter" width="640" caption="www.pinrest.com"][/caption]
Sebelumnya :
Keindahan Salju di Titlis, Berbalut dengan 'Kengerian' .....
Menuju Puncak Titlis [ 2.238 Meter dari Permukaan Laut ] dengan 'Cable Car'
Dari Alpnachstad, Menuju Puncak 'Mount Pilatus' .....
Pemandangan Swiss, Cantik? Indonesia juga! Tetapi .....
Jangan Pernah Berkata "Mahal" Jika Berniat Wisata ke Luar Negeri .....
"Sendiri" di Limmatstrasse Garden, Zurich City
Inspirasi dari 'Zurich City' untuk Tempat Tinggal yang Nyaman Bagi Warganya
'Zurich City' : Kota Metropolitan yang Peduli Kepada Warganya
'Zurich Lake' : Pemukiman Mahal untuk Sebuah Gaya Hidup
Indahnya 'Zurich Lake' [ Zurichsee ] .....
Kota Tua Zurich: Mengadaptasikan Konsep Modern Kota Dunia
Berkeliling di Kota Tua Zurich, di Swiss
Hari Kedua di Zurich : Hidup Itu Sangat Singkat
Ketika Mukjizat Tuhan Datang Tepat Pada Waktunya .....
Selamat Datang di Swiss, Selamat Tinggal Belanda
Karena waktu itu hujan semakin lebat dan semakin dingin di puncak Titlis ( Stand ), kami pun belum berani keluar ruangan. Angin dingin sekali, ketika pintu terbuka, jika ada orang yang masuk atau keluar. Dan karena hujan, orang2 pun lebih memilih didalam ruangan, walau tidak sedikit juga yang berada di atas salju dan bermain hujan .....
Ruangan penuh sesak, membuat aku terjepit diantara mereka. Dennis memegang pundakku dan memegang kursi rodaku erat2, sementara Michelle menyeruak puluhan wisatawan di depan kami untuk mencari tempat yang nyaman. Suasana cukup hingar bingar. Gaduh tetapi aura kesenangan pun sangat terasa. Berada di puncak tertinggi Titlis yang dapat didatangi wisatawan, dengan hujan lebat dan angin menderu.
Kami diberi waktu sekitar 2 jam diatas sana untuk makan siang, bermain salju, berkeliling ke terowongan es batu, bermain seluncur, atau berfoto di studio atau apapun yang kami inginkan. Dan karena kami belum bisa keluar, kami mengantri makan siang.
Hanya ada 1 café besar di lantai dasar. Bangunan ini ada 5 lantai.  Lantai dasar, adalah stasiun cable car, toko souvenir dan untuk masuk ke 'gua es' dan bermain di salju. Lantai kedua, café besar fastfood, dan resto pizza. Lantai 3 juga resto besar, dan ice-cream bar.
*Hihihi ..... memang banyak orang yang mau makan es krim disana, ya?*
Lantai 4 adalah foto studio, untuk yang ingin berfoto di titik tertinggi di Titlis. Dan lantai paling atas adalam tempat memandang keindahan panorama Gunung Titlis, serta sebuah toko jam Swiss terkenal, khusus yang ingin membelinya. Harganya luar biasa mahal, dan tidak dijual di luar dari Swiss .....
Antrian mengular. Tetapi karena aku memakai kursi roda, semuanya ( yang mengantri di depanku dan petugas2 café ) member jalan pada kami untuk antri lebih depan ..... hihihi ..... aku harus mengatakan bahwa, sebagai 'disabled person', banyak dukanya, tetapi juga banyak sukanya. Di beberapa tempat sewaktu aku berjalan2, biasanya mereka peduli denganku, walau di beberapa tempat yang lain, mereka pun banyak yang tidak peduli .....
Dengan kepedulian mereka di puncak Titlis itu, kami hanya memerlukan waktu 5 menit untuk mengantri, memesan makanan dan membawa makanan kami ke meja kami. Itu pun meja kami langsung disedikanan setelah kami membayar makanan kami .....
Selama kami di Swiss, makanan pokok kami adalah sosis dan kentang. Beberapa kali makan sandwich, tetapi belum ada kesempatan makan yang lain. Karena memang di sekitar hotel kami, hanya terdapat makanan fastfood. Berbeda ketika kami di Belanda, dan hotel tempat kami menginap di Amsterdam merupakan daerah enterteinmen, sehingga semua jenis makanan ada. Mulai makanan khas Belanda, Eropa seluruhnya, China, fastfood, bahkan makanan Indonesia!
Tetapi karena tercium bau makanan2 yang enak, dan anakku tergiur dengan makan2 tersebut, Dennis memesan steak sapi Swiss yang terkenal empuknya. Dengan kentang goreng juga, kami membawa makanan kami ke meja yang sudah disediakan.
Ketika aku membayar makanan kami setelah membawa ke atas meja kami, dan juga sebelumnya aku bertanya, "Apakah masih bisa membayar dengan kartu kredit dengan tanda tangan tanpa pin?", seketika itu juga mataku terbelalak membaca tagihan di mesin hitung mereka : 81.53 Euro !!
Astagaaaaaa 81.53 Euro, ketika kami membeli Euro seharga Rp. 16.300 / Euro. Padahal kami bertiga, hanya memesan 2 porsi sosis besar + kentang goreng dan 1 steak + kentang goreng, tanpa minum, karena kami bawa jus selama perjalanan kami, membeli di minimarket dekat hotel ! Jadi total aku harus membayar makan siang kami sebanyak Rp. 1.328.939 !!! Hanya 1 kali makan siang saja! Ya ampunnnn ......
Sosis Bratswurst dengan saos BBQ special. Ada 'Sambal Oelek', tetapi bukan buatan Indonesia, ini buatan Thailand. Rasanya seperti sambel terasi.
Kenapa namanya "Sambal Oelek", bukan nama Thiland, ya?
Hahaha ..... aku memang sudah menutup mataku jika berlibur ke luar negeri, karena harga2 tidak ssesuai dengan kantong, Tetapi jika memang berniat untuk berlibur kesana, apalagi ke Eropa, sudahlah ..... aku menabung sekitar 3 tahun untuk berlibur 1 bulan bersama anak2, ya sudah, mau diapain lagi?
Untung kartu kreditku memang aku 'upgrade' menjadi platinum, karena aku tahu, akan bermasalah jika wisata ke luar negeri hanya memakai kartu kredit gold. Dan Makan siang sebanyak itu, kupikir akan yang termahal selama perjalanan wisata kami di Eropa .....
Sosis buatan Eropa memang terkenal enak. Sosis ini bukan sosis yang disimpan di lemari es, tetapi sosis bratwurst. Dagingnya empuk dan diolah sesaat sebelum dimasak. Hanya bisa bertahan di lemari es 1 hari saja, membuat sosis ini sangat segar. Dan nikmat .....
Harga mahal seperti itu, mungkin sebanding dengan nikmatnya. Saos BBQ khusus dari Titlis, dan juga kami berada dan makan siang di titik tertinggi di Mount Titlis! Itu yang tidak bisa dibeli dengan uang. Ketika sebelum beerangkat, anak2ku membayangkan bagaimana makan siang di Titlis, apalagi ketika masih di Jakarta.
Dan dengan sendirinya, kami sampai di puncak Titlis dan menikmati kebahagiaan sesaat, bersama anak2 akan mampu menghapus duka. Kupikir, hidupku sudah cukup sempurna, dengan 2 anak yang setia menyayangiku, dan dengan Tuhan Yesus, yang selalu mengiringi langkah kami bersama ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H