Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

'Pasar Minggu': Di Mana Pohon-pohon Buahnya? Ke Mana Cerita Kehidupan Alamnya?

7 Oktober 2013   12:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:53 2170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itu sudah sejak aku perhatikan sekitar tahun 1980-an dan semakin ke sini semakin parah. Dan aku mulai membicarakan tentang ini dan berdiskusi dengan papa almarhum, sampai pak Jokowi datang untuk mulai membenahi Jakarta, termasuk PKL di Pasar Minggu, yang sekarang ini sudah jauh lebih baik!

Pasar Minggu adalah wilayah di selatan Jakarta, yang dahulu sangat rindang dengan pepohonan besar serta hunian ber-KDB rendah. Dulu, ada seorang saudaraku bertempat tinggal di Jalan Ragunan searah dengan KB Ragunan. Tanahnya cukup besar, mungkin sekitar 1000 m2. Tetapi rumahnya hanya sekitar 100 m2 bertingkat. Sisa tanahnya ditanami banyak pohon buah, terutama rambutan. Juga apotek hidup serta memelihara kelinci2 lucu dan ayam kate. Sebagian lagi, untuk perkebunan anggrek karena Bude ku itu sangat cinta anggrek. Jika aku bermain ke rumahnya, nyaman sekali dan betah serta malas pulang. Dan begitu juga dengan tetangga2nya, tanah besar dengan rumah kecil dan kebon untuk berbagai kegiatan terbuka, menyenangkan sekali  ....

Tetapi sejak anak2nya dewasa dan menikah serta Pakde dan Bude ku sudah berumur, rumah dan kebonnya dijual, untuk pindah rumah yang lebih kecil karena sudah teralu susah untuk memeliharanya. Beberapa tahun kemudian, aku sempatkan kesana dan aku menemukan rumah dan tanah itu sudah berubah menjadi ruko2 untuk bisnis di depannya, serta di belakangnya untuk pergudangan dengan banyak material2 entah apa dan mobil2 rongsokan banyak terdapat disana ..... Menyedihkan sekali ......

Dan aku sangat tahu bahwa bukan hanya bekas rumah Pakde dan Bude ku saja yang begitu, tetapi ( mungkin ) semua pemilik lama akan merasa sedih jika tahu sekarang tempat itu menjadi seperti sekarang ini. Juga ketika aku kuliah arsitektur, salah satu tugasku adalah mendesain pemukiman ( untuk mata kuliah studio pemukiman ) ber-KDB rendah dengan arsitektur 'pertanian', tetapi ketika aku survey di sekitar selatan jalan Warung Buncit, ternyata tanah lapang untuk perumahan ber-KDB rendah itu sudah tidak ada dan beralih menjadi perumahan padat yang tidak sesuai dengan aturan Pemda Jakarta ......

Pak Jokowi memang berhasil mengatur PKL di sekitar pasarnya Pasar Minggu, tetapi mungkinkah pak Jokowi bisa menertibkan pembangunan fisik wilayah Pasar Minggu, terutama  dari jalan Warung Buncit ke arah KB Ragunan? Kemacetan dari arah ujung Warung Buncit sekitar Mamang Prapatan ke KB Ragunan benar2 sangat membuat perguliran kegiatan menjadi terhambat. Karena memang sebagian Warung Buncit masuk daerah Mampang Prapatan, sebagian lagi yang di selatan masuk daerah Pasar minggu.

Juga daerah2 Pasar minggu pelosok, jalan2 antar daerah2 lain seperti ke Kemang. Sebagian besar sudah berubah. Tanah kebon yang luas yang dulunya selalu ada poho2 buah, tetapi sekarang sebagian besar berganti dengan ruko, restauran atau tempat2 bisnis lainnya. Dan pohon2 buah yang dulu menjadi 'trade mark' dari Pasar Minggu, sekarang digantikan poho2 buah dalam penangkaran di Dinas Pertamanan bahkan Kementrian Pertanian, yang membagikan atau menjualnya dengan murah untuk kita bisa membelinya dan menanamnya di tempat2 atau rumah2 kita sendiri .....

***

Ketika Pasar Minggu menjadi ruang umum tempat rekreasi alam untuk warga Jakarta, tetapi sekarang tidak bisa lagi karena sudah sesuai dengan konsep 'berlibur' dalam alam terbuka di akhir minggu, membuat warga kota semakin susah dan bingung untuk melepaskan penatnya. Dan mereka mulai bergeser untuk rekreasi modern, ke dalam mall atau rekreasi 'dunia maya' lewat gadget2 mereka. Menurutku, rekreasi modern pada warga Jakarta sekarang ini, salah satu pemicunya adalah tidak ada lagi tempat untuk berwisata dalam alam bebas karena Jakarta sudah dipenuhi oleh kehidupan modern, yang sama sekali tidak untuk mendidik generasi muda. 'Rekreasi' dalam mall akan memicu konsumerisme dan 'rekreasi' gadget akan memicu 'ketagihan' karena mereka belum mengerti apa yang seharusnya mereka lakukan .....

Profil | Tulisan Lainnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun