200.000 : 360 hari = 600 jiwa / hari
600 : 5 jiwa / keluarga = 120 kluarga / hari
Permisalahan, 60% miskin = 72 keluarga / hari
72 : 24 jam = 3 rumah / jam
Artinya adalah, penyediaan rumah bagi golongan berpenghasilan rendah, memang sangat sulit dipecahkan, SEKALIPUN dengan proyek RSS ( Rumah Sangat Sederhana ). Lihat tulisaku Sedikit Pemikiran untuk Jakarta : Manajemen Pembangunan terhadap Pertumbuhan Fisik Kota ( Bagian : 6 ).
Pengembang2 yang ada sekarang ini, belum mampu untuk menyediakan rumah2 murah untuk warga Jakarta berpenghasilan rendah, sehingga mereka memilih membangun rumah beralaskan mareial2 kayu dan kardus, sehingga semakin banyaklah daerah2 'slum' di Jakarta.
Sejalan dengan ini, ternyata pengembang tidak menggaris-bawahi bahwa perumahan yang dibangun oleh pengembang seharusnyalah untuk warga Jakarta yang berpenghasilan rendah, bahkan sangat rendah. Justru pengembang2 melakukan investasi besar2an di bidang perumahan untuk golongan menegah dan atas, ditambah dengan fasilitas2nya seperti perkantoran, pertokoan serta rekreasi. Padahal, pemda sudah membuat aturan bahwa untuk membangun 1 rumah mewah, pengembang harus membangun 3 rumah menengah dan 6 rumah sederhana, dengan konsep 1 : 3 : 6. Tetapi, ternyata itu tidak dilakukan sama sekali ......
Banyak sekali pengembang2 yang melakukan promosi besar2an di TV dengan fasilitas2 yang luar biasa, tetapi itupun untuk golongan menengah keatas. Bahkan semakin lama, semakin jauh di awang2 untuk mempunyai rumah, termasuk mempunyai rumah di pinggiran Jakarta!
Coba bayangkan! Tanah di Jakarta benar2 tidak mungkin terbeli. Selain memang semakin sedikitnya tanah untuk dibuat rumah apalagi perumahan, harga tanahpun semakin mahal. Sehingga pengembang membeli tanah di pinggiran Jakarta. Tetapi, mereka justru membangun perumahan untuk golongan menengah keatas di piggiran Jakarta! Akibatnya, warga berpenghasilan rendah semakin tersingkir. Dan dengan tersingkirnya mereka, semakin nekadlah mereka untuk terus membangun perkampungan kumuh di Jakarta, bahkan di bantaran sungai, tanpa mengindahkan tentang apapun, termasuk bahaya untuk mereka sendiri .......
Dan semakin terpuruklah Jakarta dalam pengadaan sarana dan prasarana serta fasilitas2 perkotaan yang seharusnya semakin bertambah baik sebagai ibu kota Indonesia .....
Memang harus dibuktikan terlebih dahulu tentang hal tersebut diatas. Bahwa, dengan adanya pengembang2 yang membangun perumahahan bagi golongan menegah keatas di pinggiran Jakarta, justru semakin membuat warga berpenghasila rendah Jakarta semakin tersingkir, dan mereka justru membabi-buta untuk membangun bangunan2 liar di bantaran sungai dan di pinggiran rel kereta api.