Ketika Nur ditinggal mati istrinya 1,5 tahun lalu, dia memang sakit berat sampai tubuhnya sungguh kurus. Kami pikir karena kesedihannya yang mendalam ditinggal istrinya. Bolak balik dia sakit, katanya sakit paru2 lalu sakit perut karena dia selalu berobat di Tegal, bukan di Jakarta. Setelah itu dia tetap bekerja di Jakarta, sering kerumah kami karena kami memang selalu membuka pintu rumah kami jika dia memerlukan bantuan. Pun dia sempat tinggal di rumahku pribadi di Pulo Gebang, ketika aku bercerai dan tinggal di rumah orang tuaku yang sekarang aku tempati.
Sebelum Lebaran tahun ini, kami memerlukan bantuan Nur untuk memperbaiki beberapa perabotan kami yang rusak, tetapi Nur tidak datang2 sampai ketika kami sedang ada di acara keluarga, bu Peni menelpon papa sambil menangis mengabarkan bahwa Nur Ali meninggal dunia .....
Sungguh, air mataku langsung keluar, karena Nur Ali memang seorang tukang kayu yang baik, paling tidak untukku dan untuk keluargaku. Dia selalu berdiri di depan aku, ketika banyak orang ingin menggangguku, bukan hanya secara fisik bahkan dia justru memilihku dibandingkan ex suamiku, justru dia ingin melindungiku. Nur Ali telah tiada ..... Dan 2 minggu ini, aku selalu terpikir dengan anak2nya yang sekarang sudah yatim piatu .....
Setelah kami bertemu dengan keluarga Nur Ali, ternyata dia sakit lever sejak lama sampai di saat2 kritisnya sebelum dia meninggal, dia sama sekali tidak bisa bergerak serta semua aktifitas pribadinya di ranjangnya, dan bu Peni yang mengurusnya ..... Dan kami sama sekali tidak tahu, karena ketika papaku telpon, tidak dikatakan seperti itu dan katanya semuanya baik2 saja .....
Aku membayangkan, betapa tersiksanya Nur Ali dengan sama tidak bisa beraktifitas, ketika dia memang benar2 hanya berada di tempat tidur. Kasihan, dan sambil bu Peni bercerita tentang akhir hayat Nur, aku berjalan masuk ke rumahnya, melihat kamarnya yang sekarang dipakai anak2nya .....
Anak2nya ternyata ada 4 orang ( ralat : di artikelku disebutkan 5 orang ). Yang pertama, Adit umur 11 tahun kelas 5 SD. Yang kedua, Desva umur 10 tahun kelas 4 SD, lalu Dita ( satu2nya perempuan ) umur 7 tahun kelas 1 SD dan Arya umur 5 tahun belum bersekolah.
Mereka bersekolah di SD 02 Pesayangan Kecamatan Talang dan menurut oom nya Nur Ali, sekolahnya gratis, sesuai program pemerintah.
Aku berpikir, bagaimana aku bisa menolongnya? Keadaan keluarga Nur Ali sepertinya memang susah, mungkn Nur yang paling 'maju' dengan melihat beberapa perabot elektroniknya di kamar almarhum. Juga karena Nur memang sudah ikut kami puluhan tahun sehingga dia tahu, mengerti dan bisa membeli barang2 di Jakarta, dibanding dengan saudara2 nya yang lain.
Bukan mau 'menuduh' mereka, tetapi dengan keadaan mereka sendiri yang seperti itu, susah sekali aku bisa tahu, bagaimana dana yang kami berikan bisa benar2 sampai kepada anak2 Nur Ali. Sekarang ini, mereka terlihat sangat tidak terurus, secara fisik. Aku sangat mengerti itu. Bu Peni atau saudara2nya yang lainpun sudah menikah dengan anak2 mereka, dan keadaannya juga tidak mudah, bagaimana mereka bisa mengurus dan membiayai anak2 Nur? Sungguh, aku trenyuh melihatnya .....
#Tuhanku, bagaimana aku bisa menolong mereka?#
Seharian sepanjang kami pulang ke Jakarta, aku berpikir, apa yang aku bisa lakukan? Bagaimana cara kami memberi santunan untuk mereka? Bukan hanya kami, tetapi beberapa sahabat kami juga ingin membantu mereka dengan dana pendidikan. Tadi kami sudah memberikan sumbangan sekedarnya, tetapi kamipun ingin memberi dana untuk pendidikannya, sehingga mereka masa depannya akan lebih baik .....