Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bagaimana dengan Sistem dan Konsep Perparkiran di Jakarta?

14 Oktober 2011   08:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:58 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa pihak investor tidak 'melirik' bisnis gedung parkir di Jakarta? Sebagai arsitek dan pengamat lingkungan dan sosial secara arsitektural, saya menyayangkan hal tersebut. Beberapa hari lalu, kami mendapat tamu dari Belanda menawarkan sistim gedung perparkiran dengan konsep 'puzzle'. Produknya terlihat cukup 'reasonable' dengan bahan dasar aluminium khusus. Sedikit berhitung, ternyata kita bisa mengasilkan keuntungan jika sebuah mobil membayar 10.000 rupiah per-jam untuk parkir. Padahal pemda menetapkan untuk parkir hanya maksimal 2000 sampai 3000 rupiah per-jam. Itupun, masih banyak pengeloloa parkir melanggar dari ketentuan untuk sebuah mobil harus membayar 4000 rupiah per-jam dan sudah ditindak.

Perparkiran itupun juga tidak aman 100% dan pengelola parkir tidak mau bertanggung jawab atas kehilangan barang2 di dalam mobil apalag kehilangan mobil itu sendiri. Sekarang banyak kehilangan barang bahkan mobil di pelataran parkir. Jika kita teliti, di potongan karcis parkir, akan terdapat tulisan bahwa kehilangan barang2 ( pasti termasuk mobil ! ) adalah tanggung jawab pemilik mobil, bukan pengelola / manajemen .....

Seorang teman pernah menceritakan, bahwa mobilnya, CRV baru, diparkr di sebuah perkantoran mewah, tetapi hanya beberapa meniti si pemilik mobil kembali, mobilnya sudah raib. Usuk punya usut, mobil CRV itu bisa melewati 'securty' dan membayar parkir DENGAN KARCIS PARKIR LAIN dimana si security  tidak memeriksa nomor mobil itu dengan karcis parkirnya .....

Sangat disayangkan ketika pemda sama sekali tidak peduli dengan keadaan ini. Dari tahun ke tahun dengan gurbernur yang berlainan dan dengan konsep2 yang selalu berbeda, masalah2 di Jakarta bukannya membaik ( transportasi, banjir, ruang terbuka hijau, perparkiran, dll ), tetapi bahkan semakin runyam. Saya tidak menutup mata bahwa permasalahan di Jakarta memang rumit dan memerlukan waktu lama untuk membenahinya, tetapi dengan peraturan dan konsep dari masing2 gubernur yang menjabat selalu berbeda, tidak akan bisa menyelesaikannya. Bahkan beberapa saat ini, misalnya, konsep monorail yang tiba2 di ganti dengan yang lain padahal tiang2 monorailnya sudah banyak dibangun, menandakan tidak komprehensif dan tidak pedulinya pemda tentang masalah2 Jakarta, dimana jika ex tiang2 monorail ini dipakai oleh warga Jakarta yang membutuhkan .....

Kembali dengan perparkiran Jakarta. Dengan Perda tentang biaya parkir di Jakarta 2000 - 3000 rupiah per-jam per-mobil, akan membuat investor sedikit malas untuk membuat gedung parkir yang layak sebagai gedung parkir. Kami dan tamu dari Belanda itu menghitung 10.000 rupiah per-jam. 3x - 4x lipat dengan yang di Perdakan pemda. Tetapi jika pemda menaikan parkir sampai 10.000 rupiah per-jam, saya sangat yakin, tukang2 parkir liar juga menaikan tariff parkirnya, setidaknya sampai ½ nya dan itu akan membuat harga2 barang akan naik, sebelum pihak pemda atau investor bisa membuat gedung2 parkir yang layak.

Tetapi jika pemda dan investor bisa membuat gedung2 parkir yang bisa mencukupi, setidaknya lebih dari 50 % - 60% parkir di Jakarta dan biaya parkir 10.000 rupiah per-jam, parkir liar akan menurun, dan Jakarta paling tidak menjadi lebih baik.

Perparkiran tidak hanya parpakiran itu sendiri. Jika kita membuat gedung parkir yang layak, tetap harus memikirkan segala macam konsep dan akibatnya. Yaitu, kita juga harus memikirkan konsep transportasinya dan bangunan2 serta tata letak dan 'massa / blok' bangunan2nya. Bagaimana untuk memberi akses gedung parkir, bagaimana  mencari lahan untuk membuat gedung parkir, bagimana tingkat 'kekuatan' material dan 'sensibilitas sosial' nya, dan sebagainya .....

Membuat gedung parkir memang seperti buah 'simalakama'. Jika memang investor ingin membangunnya ( mungkin hanya baru membuat 1 gedung parkir ) berarti pemda harus membuat sesuatu untuk memberi   kelonggaran investor menaikan biaya parkir. Tetapi jika hanya beberapa gedung, belum mencukupi kebutuhan Jakarta, sehingga perparkiran justru 'membludak' dengan tarif gila2an. Tetapi jika investor dan pemda membuat gedung parkir langsung banyak, bagaiman dengan biayanya?

Permasalahan Jakarta memang kompleks, termasuk perparkiran. Buat saja, pembangunan Jakarta harus berkonsep yang komprehensif untuk menghasikan Jakarta yang lebih baik. Jangan selalu berganti konsep jika pemda berganti dan jangan selalu menyalahkan. Untuk pemda Jakarta harus mempunyai orang2 yang tidak bisa dipengaruhi dalam membangun. Banyak 'orang pintar' yang masih peduli dengan Jakarta, tetapi kalah dengan penguasa ..... Jika kita tidak memulainya, siapa lagi yang bisa membuat Jakarta sebagai tempat bagi generasi selanjutnya ?

Selanjutnya :

Konsep parkir yang komprehensif untuk Jakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun