By Christie Damayanti
Sejak kecil, aku sering ke sebuah pasar di Pancoran, Jakarta Kota. Pasar itu disebut Pasar Gloria. Sebenarnya bukan sebuah pasar yang becek seperti pasar2 tradisional, tetapi lebih kea rah pertokoan Gloria, walau toko dan barangnya memang setingkat dengan pasar tradisional, tetapi lebih ke konsumsi warga etnis Tionghoa, yang memang mayoritas mendiami daerah2 sekitarnya.
Sewaktu SD, orang tuaku sering mengajakku kesana untuk mencari makanan2 enak. Ya, di daerah Pecinan seperti Gloria ini, memang terkenal dengan makanan2 enaknya. Tempatnya tidak mewah, bahkan cenderung sangat sederhana dan sekelas pasar2 tradisional lainnya, tetapi walaupun hanya di pinggir jalan, tetapi jenis makanannya memang banyak dan masakannya memang enak .....
Di depan bangunan Gloria, banyak terdapat toko2 kelontong yang menjual barang2 kebutuhan dasar serta makanan2 kering. Juga banyak sekali toko2 pinggir jalan yang menjual berjenis2 snack untuk kudapan.
Sebelum terbakar besar tahun 2009 ( kalau tidak salah ), di pertokoan Gloria ini terdapat bioskop, yang dahulu untuk kalangan menengah keatas, namanya Bioskop Chung Hwa, walau banyak orang tahu namanya Bioskop Gloria. Film2nya menarik ( lebih banyak film2 Mandarin ).
Di bangunan Gloria ini terdapat 4 lantai, masing2 lantai merupakan tempat masing2 jualan. Lantai 1, adalah pedagang obat, rokok import sampai barang2 elektronik, dan juga dilengkapi dengan Shin She. Lantai 2 berjualan perlengkapan bayi dan anak2. Lantai 3 adalah supermarket lokal dan paling atas adalah Bioskop Gloria.
Walaupun pertokoan dan mall2 menjamur di Jakarta, Gloria tidak bergeming, dengan 'ketradisional'an mereka serta dengan komunitas mereka sebagai tempat mayoritas warga etnis Tionghoa. Mereka tetap bisa bertahan 'hidup' dan tempat ini merupakan bisnis milyaran rupiah tiap hari. Setiap hari sangat penuh, bercampur antara keluarga sampai pedagang2 kaki lima yang dengan gigih menawarkan dagangannya .....
Warung bakmi, langgan kami di gang Gloria. Selalu penuh dan jika makan disana, pasti keringat menetes karena memang panas sekali, tetapi menyenangkan, apalagi makanannya memang enak .....
Beberapa warung di gang Gloria, beragam makanan ada disana .....
Beberapa toko tu dan klasik, masih bertahan ketika sudah banyak yang berubah menjadi toko2 semi-modern. Salah satunya adalah Warung Kopi Tek Kie. Beberapa restaurant sedang yang sejak dulu menjual makanan Chinese dengan nama khas seperti Restauran Kiet Lok Yoen, Restauran Kam Leng dan Restauran Beng Hiong, masih ada sampai sekarang, walau aku tidak yakin setelah kebakaran besar itu ( aku belum kesana lagi setelah itu ).
Warung Kopi Tak Kie yang masih ada sekarang ( entahlah, setelah kebakaran besar itu ..... )
Ada sebuah warung di depan pertokoan ini, menjual khusus 'rujak juhi', makanan khas Betawi-China. Jika di mall2 yang menjual rujak juhi, juhinya merupakan juhi kering yang sudah ada di pasaran, juhi kering warna kecoklatan, dan dipotong2 dengan ukuran tertentu. Tetapi tidak di Gloria ini. Juhinya, berupa gurita segar yang diberbus tanpa garam ( walau memang sngat gurih ), dipotong2 kecil dan bumbu rujak itu, berupak kuah seperti saos tomat yang dikentalkan. Rujak juhi ini dingin, karena sayuran serta tentakel guritanya ( kaki gurita ) memang di simpan di kulkas. Hmmmmmm ...... *jadi kangen* .....
Rujak juhi ...... lihat, tentakel2 gurita segar, bukan juhi yang dipanggang dan sudah bisa di dapat di supermarket.
Toko2 obat yang mayoritas menjual obat2 China, berawal dari sebuah apotik tertua ( katanya ), namanya Ben Seng.
Pemda DKI sebenarnya selalu berupuaya untuk terus meremajakan dan pembenahan pedagang kaki lima, karena menurut banyak orang, kawasan Gloria ini merupakan daerah yang memiliki sejarah panjang perkembangn budaya Tionghoa di Indonesia dan kawasan ini juga memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian Indonesia.
Jaman aku kuliah, tempat ini juga banyak menyimpan kenangan bagi kami. Karena waktu itu, dosen kami yang mengajar 'Perencanaan dan Perancangan' sering menugaskan kami untuk membuat sketsa apapun yang berhubungan dengan bangunan2 tua khas China. Benar, bahwa daerha ini sudah 'berubah bentuk', dengan bangunan2 tua China, menjadi bangunan2 yang dipoles modern, walaupun tidak direncanakan dengan baik, sehingga daerah ini, menurut aku, sangat semrawut, baik dari kegiatannya, lalu lintasnya juga arsitekturnya .....
Jalan Pancoran, Jakarta Kota dan atap di gang Gloria Pancoran ......
Dulu, sekita tahun 1988 ( semester I aku kuliah di arsitektur ), hampir setiap minggu kami berjalan dari 1 tempat ke tempat lain untuk membuat sketsa tentang bangunan2 tua China, salah satunya di Gloria ini. Tahu kan, tempat itu sangat semrawut, sehingga jika kami membuat sketsa, mencari tempat dudukpun sangat susah, sehingga dengan berpanas2 matahari, kami duduk menyebar di atas pedestrian yang sempit, membawa kerja gambar, dan kami masing2 membuat sketsa seadanya, hanya untuk di gambar dengan lebih baik di kampus atau di tempat2 yang lebih memungkinkan untuk menggambar.
Hihihi ..... aku ingat, seorang melihat kegiatan kami, menertawakan kami dan ada juga yang mendukung kami, dengan menawarkan kami minuman ......
Sekitar tahun 1995-an, mobil2 mempunyai gedung parkir sendiri jika ingin ke daerah Gloria ini. Tetapi gedung parkirnya sangat 'seram', maksudnya, bangunannya kecil, sempit dan lingkungannya sepi serta desainnya tidak sesuai sebagai tempat parkir umum. Lingkungannya terlihat tidak 'ramah', dan aku merasakan orang2 sekitar gedung parkir itu, mencari2 kesempatan untuk 'melakukan sesuatu', entah apapun ..... hmmmmm, mungkin aku saja yang ketakutan .....
Seperti cerita aku tentang Mangga Besar ( lihat tulisankuDenyut Kehidupan 'Mangga Besar' dari Dahulu Sampai Sekarang ), Gloria juga tidak berubah dengan kegiatannya yang spesifik. Memang sayang, dengan terbakarnya hampir 400 toko, daerah ini menjadi sangat berubah, walau sebenarnya ( aku sangat yakin ), 'mereka' tidak ingin untuk berubah ..... bahwa, tempat ini memang merupkan tempat khas bagi Jakarta sebagai 'Jakarta Tua' serta sebagai komunitas Pecinan sejak Batavia Lama ......
Salamku .....
Sumber gambar : Dokumen pribadi - lifineart.com - jenzcorner.net
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H