Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Warga 'Disabled' Sebagai Asset dan Masa Depan Bangsa: Sebuah Perenungan Diri

18 Agustus 2011   06:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:40 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13096071791943036955

[caption id="attachment_130103" align="aligncenter" width="640" caption="guardian.co.uk"][/caption]

By Christie Damayanti

Sejak kecil, aku memang tertarik menjadi arsitek, terutama untuk mendesain fasilitas umum dan perkotaan. Dengan mendesain sesuatu yg berhubungan dengan orang banyak, tidak dipungkiri bahwa seorang arsitek harus bisa mengemban dan memahami banyak aspek dan sudut pandang untuk masyarat banyak, termasuk berhubungan dengan segi2 positif dan negatif yang - dimana tidak banyak orang mengetahui - dipandang 'merusak pandangan dan buang2 biaya' karena membutuhkan banyak tempat dan tidak efisien dan tidak efektif.

Tulisan ini, aku dedikasikan untuk warga kota 'disabled' ( lihat tulisanku Sedikit Kesaksianku di Ulang Tahun ke-66 Indonesiaku ..... ) baik cacat permanen ataupun cacat non-permanen, termasuk para orang tua, wanita hamil dan anak2, seperti aku, seorang disabled non-permanen karena stroke. Masyarakat disabled, banyak dianggap warga nomor kesekian di Indonesia. Jangankan di kota2 luar pulau Jawa, pun di Jakarta yg notebene adalah ibukota negara dan kota megapolitan serta kota internasional, warga disabled masih harus berjuang untuk mendapatkan haknya dalam kehidupan sehari2, termasuk di bidang desain dan konstruksi. Dan karena aku seorang arsitek, aku hanya fokus dalam desain dan konstruksi perkotaan dan bangunan2 saja, walau banyak sahabat ingin membantuku untuk berbuat lebih dalam meningkatkan kebutuhan fasilitas bagi warga disabled ini.

Konsep perkotaan dan dunia konstruksi untuk fasilitas2 umum, termasuk didalamnya adalah fasilitas2 khusus bagi warga disabled. Hampir semua negara ( seharusnya juga adalah negara kita ) mempunyai undang2 dan peraturan2 untuk warga disable dan yang 'berkebutuhan khusus', karena warga kelas ini tetap saja merupakan warga negara dan yang paling penting merupakan asset ( masa lalu untuk para orang tua kita ) dan masa depan bangsa. Warga disabled dan berkebutuhan khusus ini tidak hanya asset dan masa depan bangsa, tetapi juga harus dihargai dan dihormati bukan hanya karana mereka warga disabled, tetapi lebih karena mereka adalah sesama manusia, dimana Tuhan saja tifak membeda2kan umat Nya .....

Hampir semua kota dunia menerapkan konsep ini, dengan selalu memikirkan dan membuat jalur khusus bagi para disabled ber-kursi roda, termasuk tongkat untuk warga yg tuna netra dan 'kruk' bagi warga yang berjalan dan orang dengan pencapaian2 yg mudah dan banyak terdapat tempat2 berpegangan jika warga disabled ini membutuhkan pegangan walau tidak ditemani oleh saudaranya. Dan warga normal, justru membantu dan menghormati mereka dan selalu memberian tempat yg lebih baik dan lebih enak untuk mereka, misalnta tempat duduk atau sekedar bersender jika tidak ada kursi bagi warga disabed dengan menyangga ada tongkat dan 'kruk'. Warga nomal menyisih dan membantu jika warga disabled hendak menyeberang jalan atau jika hendak memanggil taxi. Dan pemerintah negara2 itu sangat memperhatikan warga disabled untuk menjalankan aktifitas rutinnya, termasuk jika ada warga disabled yg bisa menyetir mobil walau mobil tersebut harus di desain khusus dengan memberi tanda khusus dan parkir khusus untuk mereka.

Di negara2 lain, sangat menghomati dan menghargai warga disable. Mereka dengan nyaman bisa melakukan aktifitas rutinnya dan bisa 'bersenang2' dengan sahabat dan keluarganya.

Begitupun untuk desain bangunan2 fasilitas2 umum, seperti perkantoran, pertokoan serta pendidikan, apalagi bangunan2 khusus seperti rumah sakit. Sarana2 khusus sangat diperhatikan, dari mereka keluar dari mobil atau mulai masuk ke bangunan2 itu, sampai selesai semua aktifitas rutin mereka. Coba perhatikan, fasilitas yg ada bagi mereka : selalu ada 'ramp' antar lantai dengan sudut kurang dari 5 derajat, tangga yg mempunyai 'step2' antara jarak dan tinggi teliti serta bahan yang khusus, termasuk step2 untuk warga tua netra dengan tunjolan2 huruf Braille yg bisa dibaca mereka. Juga dalam lift yg bersuara bagi warga tuna netra atau jia tidak bersuara, tetapi ada untuk mencari tempat tujuan dengan membuat huruf Braille.

Konsep 'ramp' dengan kemiringan kurang dari 5 derajat membuat warga disabled lebih nyaman melakukan aktifitasnya, walau ramp ini 'memakan' desain dan biaya yg tidak sedikit.

Taxi khusus warga disable, di desain untuk cukup membawa kursi roda. Biasanya, mobil2 besarlah yg bisa memuat kursi roda walau tidak menutup kemungkinan mendesain mobil2 sedang untuk taxi.

Konsep mobil untuk warga disebled, dengan detail khusus untuk mereka.

Konsep standard desain untuk parkir khusus warga disabled di setiap bangunan umum dan biasanya, tempat parkir ini terdekat dari lobby masuk.

Sebuah keluarga yang saling mendukung untuk kehidupan mereka dan sebuah 'wheelchair' modern tanpa harus didorong, memakai mesin. Biasanya, dipakai orang2 tua yang sendirian ( mandiri ).

Fasilias2 warga disabed itu tidak sampai disini saja, melainkan termasuk fasilitas toilet dengan selalu membuat toiet khusus untuk warga disabled. Closednya khusus dengan 'automatc flush' dengan tinggi wastafel yg didesain untuk kursi roda, terdapat 'bar' untuk berpegangan untuk tidak jatuh, dengan keramik khusus yg tidak licin dan material2 yg di desain khusus juga. Contohnya, pintu toilet untuk warga disabled lebih besar, sekitar 90 cm sampai 100 cm bisa untuk masuk kursi roda, dengan dimensi toilet sampai 2,5 meter cukup untuk kursi roda berputar dan warga disabled nyaman untuk bergerak. Coba, bukankah manajemen gedung harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi dan mahal untuk warga disabled, bukan? Tetapi, bukan karena peraturan dan undang2 saja yg harus merea taati, melainkan justru yg lebih penting adalah semua lini sampai pemerintah pusat sangat menghormati dan menghargai warga disabled ini sebagai asset dan masa depan bangsa.

Konsep toilet disabled lengkat aturan2 standardnya untuk memudahkan warga disabled melakukan aktifitasnya.

Desain2 khusus bagi warga disabled memakai kursi roda dan untuk orang tua serta ibu2 hamil ( closednya berukuran khusus dengan menggunakan 'bar' ).

Bahkan di taman outdoorpun disediakan toilet khusus untuk warga disabled.

Jika kita perhatikan, bangunan2 dan desain perkotaan membuat jalur2 dan fasilitas2 khusus untuk warga disabled, berapa biaya yg dikeluarkan? Belum lagi, 'pandangan mata' karena biasanya fasilitas kaum disabled agak sedikit menarik perhatian sehingga 'point of interest' yg seharusnya di area itu sedikit 'bergeser', dan ini bisa menjadi 'rival' untuk orang2 yg tidak teralu memperhatian warga disabled ini. Tetapi jika si arsitek jeli, untuk warga disabled bisa menjadikan 'point of interest' benar2 memukau, seperti konsep lobby mall ini .....

Drop-off tanpa ramp dan tangga karena  di desain rata dan datar, membuat leluasa warga disabled yang memakai kursi roda, kruk dan tongkat.

Khusus bagi warga tuna netra, banyak fasilitas dan bangunan yg memasang huruf Braille di sepanjang jalan dan lorong bangunan, termasuk di stasiun MRT hampir semua kota2 dunia. Dan beberapa kereta MRT mendesain huruf Braille di setiap point ( misalnya, di pegangan pintu, di kursi dan di penutup lantai khusus mereka ). Aku ingat sekali, tugas akhir dan skripsiku untuk menjadi seorang arsitek, adalah membuat sekolah khusus anak2 tuna netra, sehingga aku menyempatkan survey di beberapa SLB-A ( bagian tuna netra ) dan beberapa hari aku mengamati dan memperhatikan serta merenung di SLB-A di Tan Miyat, Bandung, bagaimana anak2 tuna netra ( dari TK sampai lulus SMA dan setelah itu biasanya mereka mengikuti kuliah di universitas umum karena mereka sudah mendapat ketrampilan dasar sebagai warga tuna netra ) bisa berkegiatan dengan baik dan nyaman. Tidak salah bukan, jika aku melihat bahwa warga disabled merupakan asset dan masa depan sebuah bangsa??

Warga tuna netra mendapat perlakuan khusus dengan di desainnya jalur khusus di foto atas, dan bebeapa negara melatih anjing untuk membawa warganya yg tuna netra untuk berjalan sesuai tempatnya.

Ini di stasiun MRT di Singapore, aku ambil foto ini. Jalur khusus untuk warga tuna netra. Bahannya terbuat dari sekeping batu alam atau potongan keramik dan agak menonjol menjadi tanda bagi mereka unutk berjalan sesuai di tempatnya.

Sebuah bangsa yg memperhatikan dan menghormati semua asset terasuk warga disabled. Dan akan menjadi bangsa yang besar, jika mereka memakai 'hati' untuk melakuan semua kegiatan bangsanya. Bagaimana bisa sebuah bangsa memajukan negara dan bangsanya, jika mereka tidak mempunyai 'hati?'. Apapun resikonya, pemerintah harus bisa berkorban untuk membuat warganya nyaman untuk ber- kegiatan dan melakukan rutinitasnya, termasuk untuk semua warga disabled.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia?

Sebuah perenungan yg dalam untuk kita semua sebagai bangsa yg besar dan yg ingin memajukan bangsa dan negara Indonesia ......

Salamku .....

Sumber gambar : beberapa dari Google.

Profil | Tulisan Lainnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun