Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Di Lo Wu Market, Ibu Itu Pernah Mengusirku Dari Tokonya .....

6 Oktober 2011   07:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:16 5286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13096071791943036955

By Christie Damayanti

[caption id="attachment_139816" align="aligncenter" width="637" caption="chinahightlight.com"][/caption]

Survey pekerjaan atau jalan2 dimana saja, pasti tetap saja belanja, walau tidak gila2an seperti khusus untuk 'wisata belanja' yang sering ditawarkan oleh banyak travel biro. Bukan karena aku tidak suka belanja, tetapi lebih karena dananya tidak mencukupi, lebih baik untuk pergi lagi ke kota2 atau ke negara2 yang lain .....

Setelah beberapa hari riset dan survey sambil berwisata di ShenZhen ( lihat tulisanku ..... ), beberapa dari kami ingin memuaskan dengan wisata belanja, karena ShenZhen termasuk surga belanja. Barang2 di Shenzhen, terkenal murah dan ada sebuah perbelanjaan grosur disana seperti di Mangga Dua, disebut 'Lowu Market'.

Kota ShenZen adalah sebuah kota yang terdekat dengan Hongkong, sekitar 45 menit naik kereta yang berangkat sekitar 30 menit sekali dari Stasiun Hum Hong. Walau agak aneh, kami tetap harus melewati pemeriksaan imigrasi ( dan harus ada visa, walau visanya cepat dan gampang sekali didapatkan ) dari Hongkong ke Shenzhen atau sebaliknya, padahal Hongkong merupakan kota yang sudah masuk di wilayah China.

Secara fisik, 'Lowu Market' memang sangat mirip dengan pusat perbelanjaan grosir ITC Mangga Dua atau ITC Cempaka Mas. Ya, maklumlah, konsep pusat perbelanjaan grosir memang tidak melihat bangunannya, tetapi barang2nya yang dijual. Barang2 itu beraneka ragam, mulai dengan produk fashion seperti baju, tas, sepatu sampai barang2 elektonik buatan China. Dan, seperti biasa - seperti di Jakarta juga - sebagian besar barang2 itu adalah palsu atau tiruan KW 1 sampai KW 3, bahkan yang sangat murah.

Nah, ini yang serunya. Jika kita berbelanja di Lowu Market, dan mereka tahu bahwa kita adalah turis, pasti kita di 'getok', apalagi jika kita tidak diantar oleh teman yang bisa berbahasa China ..... makanya, waktu itu kami khusus 'menyewa' tour guide dari hotel dan cewe. Karena jika cowo, pun dia tidak bisa menawar dan cowo2 ShenZhen umumnya juga tidak mau menjadi tour guide khusus untuk berbelanja !

Hari pertama aku berwisata belanja di Lowu Market

Hmmmmmm ....... Walau secara fisik dari luar seperti ITC di Jakarta, tetapi interiornya berbeda jauh. Lebih teratur, bersih dan rapi, walau teriakan2 penjualnya sama saja seperti di Jakarta. Kami mula2 jalan bersama2 sambil melihat2 saja. Masing2 memberi pendapat tentang barang2 yang ingin kami beli. Tetapi ternyata kami memang harus berpisah karena apa yang kami inginkan berbeda satu sama lain. Ada yang ingin baju, sepatu, tas atau mainan anak2 bahkan mencari hanphone. Beberapa temanku memang bisa berbahasa China dan setelah tour guide kami memberikan conthon 'bagaimana kami menawar dengan cerdas', dan mencontohinya, kami berpisah. Aku dan beberapa yang sama sekali tidak bisa bahasa China, harus tetap didampingin oleh si tour guide.

Mula2 aku mencari beberapa produk fashion untuk oleh2 dan untuk aku sendiri. Sebenarnya, aku jarang aku berbelanja produk fashion, maklum aku memang tomboy dan kehidupaku hanyak dari proyek ke proyek lain, tidak perhah atau jarang 'memamerkan' barang2ku di pesta, misalnya. Bahkan, hang-out pun tetap memakai celana panjang dan kemeja setelah usai bekerja. Tetapi, ternyata aku sangat tertarik dengan produk2 fashion itu, terlebih barang2 khas dan desain China, seperti baju2 yang di bordir dengan benang warna-warni diatas warna2 gelap, sangat mengagumkan. Harganya berkisar sekitar ( sudah di rupiahkan ) 200rb sampai 300rb per-potong, menurutku. Aku tahu, baju ini merupakan tradisi seni keluarganya, tidak dijual di toko lain. Seni adalah seni, bisa berharga mahal, tetapi bisa juga tidak berharga sama sekali, seni adalah tercipta dari sebuah kreatifitas, dimana di sisi merupakan produk baju yang sangat indah .....

Tetapi, ternyata mereka menawarkan dengan harga gila2an, sampai  1jt - 2jt per-potong ! Walau kainnya memang bagus, walau bukan sutra.  Aku tersentak, dan mulai menawar, aku belajar menawar dengan si tour guide. Dia menawar 50% nya. Aku masih berpikir,

"Mau ga ya, jika mereka memberikannya? 500rb per-potong? Padahal aku masih harus membelikan banyak oleh2 ..... Hmmmmm ....."

Tetap saja tidak dikasih .... Ya sudah ..... kami berjalan lagi dan menemukan banyak barang yang aku inginkan dan yang aku butuhkan. Oya, si tour guide menyarankan untuk masing2 membawa 'koper tarik' untuk belanjaan kita. Semula, aku tidak percaya tapi untung saja aku mengikuti saran dia, jika tidak ..... waaahhh ...... tidak terbayang bagaimana aku membawa belanjaanku ......

Sampai sore aku ber-wisata belanja dan malamnya kami makan malam di hotel saja karena kecapean belanja. Tetapi aku masih memikirkan beberapa baju berwarna gelap dengan bordir warna warni. Malam itu aku tidak bisa tidur ..... jiaahh, lebayyyy .....

Lowu dilihat dari belakang.

Hari kedua di Lowu Market

Besok paginya setelah makan pagi, aku ke Lowu Market lagi, terpagi diantara teman2ku dan meninggalkan si tour guide. Kami memang sepakat untuk tidak menywa tour guide lagi, karena sudah lebih 'pintar' ..... sayang membuang uang untuk menyewanya.

Berbekal uang dan percaya diri yang tinggi ( oya, seperti di  hampir semua stand di ITC Jakarta, mereka tidak menerima debet, apalagi kartu kredit ), aku mencari toko yang kemarin untuk membeli baju yang aku inginkan. Sesampainya disana, ternyata si pemilik toko itu mengatakan bahwa baju yang aku inginkan harganya udah naik, 20% ..... astagaaaaaa, lemaslah aku. Sambil berpikir untuk mendapatkannya, aku 'berhitung' di sebuah kalkulator ( semua wisatawa pasti membawa kalkulator, merupakan saran dari hotel tempat masing2 menginap ) .....

Aku tidak peduli, apa yang mereka pikirkan. Sebuah baju yang tadinya sudah ditawar 500rb, menjadi 700rb per-potong dan aku ingin 4 warna sekalian untk mamaku, dengan asumsi jika di rupiahkan ( maunya ) 300rb, jadi sekitar 1,2juta ( sekitar 70% dari harga yang ditawarkan pertama kali ). Lalu aku memberikan angka itu ke si penjualnya, 1,2 juta untuk 4 baju. Si penjual menggelengkan kepalanya tetapi aku tetap ngotot sampai si penjualnya 'misu-misu' dengan bahasanya sendiri ..... tetapi aku tetap saja ngotot karena tidak ada toko lain yang menjual baju seperti itu, karena itu memang buah kerajinan tangan keluarganya ......

Duuuhhh ...... aku tetap ngotot sampai hanya aku duduk di depantokonya. Si penjual sampai mengusirku, memakai gagang cantolan untuk mengambil barang yang ada di atas ..... hehehe .... Tetap saja aku ngotot, dengan muka yang memelas ......

Sampai teman2ku membujukku makan siang, aku tidak mau beranjak. Si penjual ternyata memperhatikanku. Seorang ibu2 tua memakai 'cheong-sam' agak gemuk dan ramah. Pun tetap dia bisa marah dan mengusirku ..... hihihihihi .....

Setelah makan siang ( aku tetap duduk di depan tokonya ), si penjual menghampiriku, berkata2 dengan bahasanya sambil memberikan baju2 yang aku inginkan. Heh? Aku sedikit bingung,

"Ini untukku? Jadi bisa aku dapatkan 1,2juta untuk semuanya?", kataku sambil memperlihatkan kalkulatorku. Dia menganggukkan kepalanya. Dan dia malah menambahkan 1 baju lagi, aku bertambah bingung .....

"Duh, ga mau, mahal, sambil aku menggelengkan kepalaku".

Dia menatapku dan tetap menyerahkan baju yang dia kasih ke aku. Seorang wanita muda di sebelah toko itu beberapa baris, mengatakan kepadaku ( dengan bahasa Inggris terbata-bata ), katanya

"Itu untuk kamu, ibu itu bilang, dia ternyuh melihat kamu ngotot membeli kerajianan keluarganya. Dia menganggap kamu sangat menghargai seni dan pasti kamu akan menjaganya baik2".

Duuuhhhhh, aku tidak bisa berkata2. Buat dia, 'ngotot' ku adalah penghargaanku untuk seni keluarganya. Dan buat aku, baju dengan bordir seni seperti ini ( desainnya burung2 dan arsitektur China ), memang sangat indah ..... dan dikeremangan sore di Lowu Market, aku memeluk si ibu penjual baju seni keluarganya dan aku menambah beberapa ratus yuen untuk baju2 itu dan hubungan kedekatan 2 wanita berlainan bangsa yang sama2 menghargai sebuah seni .....

Sebuah pelajaran lagi tentang seni sebagai pemersatu segala bangsa ......

Profil | Tulisan Lainnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun