Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Desain Rumah Sederhana: Konsep 'Bangunan Tahan Gempa'

8 Februari 2012   22:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:53 27837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

[caption id="attachment_169470" align="aligncenter" width="640" caption="Illustrasi dari Google."][/caption]

Sejak tsunami melanda Aceh tahun 2004 dan Yogyakarta dilanda gempa tahun 2006, banyak bangunan2 yang rusak, bahkan ambruk, tidak terkecuali bangunan2 beton modern disana. Jangankan di Aceh atau Yogya, bangunan2 modern di Amerika atau Jepang, yang super2 modern, ternyata tidak mampu melawan kekuatan alam. Ya, bangunan2 modern yang terbuat dari beton yang sudah didesain dengan teramat kuat, tetap tidak bisa melawan alam, karena beton adalah buatan manusia, walau tetap sebagian merupakan buatan alam .....

Tetapi, ternyata sebagian besar rumah2 sederhana tradisional yang berbahan kayu, justru masih tetap berdiri kokoh .... Menurut aku, Tuhan memang menciptakan alam yang luar biasa untuk dikelola oleh manusia ..... tetapi manusia sangat serakah, sehingga semua material alam yang seharusnya untuk 'melawan' alam, malah dirusak untuk ( katanya ) kesejahteraan manusia sendiri .....

13287078021582507816
13287078021582507816

1328707841102450896
1328707841102450896
Rumah panggung dari kayu tradisional seperti ini malah lebih solid untuk 'melawan' gempa. Tiang kolomnya mempunyai pondasi umpak masing2, sehingga lebih fleksibel.

13287078732008147541
13287078732008147541

132870789530736199
132870789530736199

Rumah kayu tahan gempa, juga bisa menjadi 'rumah mewah' ...... cantik sekali .....

Di Jepang, yang merupakan negara 'surga gunung api', bahan dasar rumah mereka terbuat dari kayu dan kertas, ditambah dengan pintu yang digeser ke samping, merupakan 'teknologi' sebuah rumah tahan gempa. Dan konsep sambunag2 kayu, merupakan konsep 'jadul' tetapi justru tetap harus dipelajari bagi ahli2 struktur jaman sekarang ini.

Sementara di Indonesia, rumah tahan gempa tergolong konsep yang memiliki fleksibilitas tinggi, mudah membangunnya dan cukup kokoh, disebut konsep 'revolusioner', yaitu konsep knock-down / bongkar-pasang yang sederahana, tetapi cukup praktis. Rumah tahan gempa ini tidak didirikan diatas pondasi, tetapi dengan menggunakan 'umpak' di setap kolom rumahnya. 'Umpak' adalah  pondasi yang hanya memakai batu kali atau batu bata, atau 'buis beton yang diisi dengan batu, sehingga jika terjadi gempa, reatif lebih fleksibel, karena jika memakai material rumah2 konvensional, pondasi serta beton ( jika tidak dihitung beban gempa oleh ahli struktur gempa ) akan mengalami keretakkan. Jika rumah tersebut diatas tanah yang jelek, sebenarnya tetap bisa memakai umpak, tetapi tetap harus perbaikan tanah dahulu. Jika memang harus memakaai tiang pancang, misalnya di tanah yang bekas rawa, harus membuat 'test beton vertical dan horisontal' untuk tahu bagaimana kekuatannya terhadap beban dan gempa.

1328708011462187984
1328708011462187984

13287080491537669566
13287080491537669566

Pondasi umpak, yaitu pondasi setempat, untuk fleksibilitas, sebagai bangunan tahan gempa. Pun jika terpaksa membuat pondasi lajur, tidak bermasalah, seperti gambar di bawah ini

13287080731116997463
13287080731116997463

Sebenarnya, semua bangunan pendek ( maksimal 2 lantai, sekitar 10 meter ),  gudang, hangar atau ruko termasuk rumah mewah ( tetapi lebih ke arah rumah sederhana ), bisa memakai material kayu yang relatif tahan gempa, yaitu upaya untuk membuat seluruh elemen banguan menjadi satu kesatuan yang utuh, yang tidak 'terlepas' jika terjadi gempa. Begitu juga tentang sambungan2nya, merupakan sambungan2 yang terencana yang dihitung dan dibuat oleh ahli konstruksi kayu, bukan sambungan2 kayu konvensional seperti yang kita tahu selama ini.

1328708112553116274
1328708112553116274

1328708157983425909
1328708157983425909

Struktur bangunan kayu, dari kolom sampai rangka atap. Pengisinya ( dinding ), bisa dengan kayu, batu  bata, 'gedeg' atau bamboo. Serta penutup atapnya, bisa dengan seng atau 'decrabond'.

Tetapi, memang karena negara Indonesia termasuk negara gempa karena Indonesia adalah 'pertemuan sabuk pegunungan Timur dan Barat' sehingga banyak sekali gunung api di negara kita. Sehingga konsep desain rumah tahan gempa HARUS memakai material setempat, budaya masyarakat serta aspek biaya dan kemudahan pelaksanaan.

Dindingnya juga merupakan perpaduan kayu, batu bata dan bisa juga dengan bamboo ( gedek ) bagi masyarakat Jawa. Setiap bukaan, seperti pintu dan jendela harus dipasang balok, yang menyatukan kusen kayu bagian atas. Ukuran balok atau kayu, standard saja, memakai 2 x 5/10 ( kayu kaso, bukan reng ), dimaksudkan masyarakat bisa memakainya karena strandard.

Bagaimana dengan atap? Kita harus membuat kuda2 sebagai satu kesatuan antara kolom dengan rangka kuda2nya, misalnya 1 batang diagonal kuda2 dipanjangkan sampai kekolom, langsung sebagai tiang yang berdiri di umpak. Konstruksi atapnya tetap menggunakan kayu ( kaso 5/10 cm dan reng ¾ cm ) dan atapnya menggunakan seng atau material modern yang lebih baik, yaitu 'Decrabond' ( seperti seng gelombang dengan ukuran yang sama, tetapi bermaterial tidak berisik jika hujan serta berwarna seperti genteng, terracotta atau warna2 yang lebih modern ).  Lalu seperti biasa, hubungan antara kuda2 yang atu dengan yang lain, menggunakan batang pengaku bersilang, seperti segi tiga. Jangan lupa, hubungan antara kayu dimanapun, jangan ada di tengah2 sambungan, melainkan ¼ atau ¾ nya dari titik pertama.

1328708460373996056
1328708460373996056

Gambar diatas adalah gambar bangunan rumah konvensional, aku hanya ingin memperlihatkan tentang gambar kuda2 saja, dengan diatasnya rangka atap : gording 8/12, kaso 5/10 dan rend ¾.

Jika ingin memakai plafond, jangan memakai gypsum, karena gypsum akan bisa retak. Lebih baik memakai tripleks. Oya, sebaiknya jangan memakai genteng, karena jika ada gempa, genteng2 dapat berjatuhan dan akan menimpa yang ada di rumah tersebut.

13287081871385519760
13287081871385519760

1328708492356822609
1328708492356822609

Material seng versus 'decrabond'.

Bambu juga bisa 'melawan' gempa. Tetapi karena kita susah mencari bamboo yang panjang, serta karena penyambungannya lebih sulit disbanding penyambungan kayu, maka bampu lebih mahal disbanding kayu, walau konsep rumah bamboo mulai dipopulerka sebagai 'rumah tahan gempa', dengan menanam bamboo kuning yang besar dan panjang. Bambu lebih ringan, 'kosong' dan solid sebagai material bangunan, terutama untuk rumah.

1328708538260740477
1328708538260740477

1328708562107572227
1328708562107572227

Bamboo bisa juga menjadi sebuah 'rumah mewah', dengan detail dan asesoris dari bamboo juga

Jelas sekali, konsep alam untuk kita adalah saling 'bersahabat'. Gempa atau tsunami atau apapun yang bersifat 'force majeour', yang sebenarnya memang kita tidak bisa melakukan apa2, jika kita tetap bersahabat dengan alam, aku sangat yakin kalau alampu akan memberika yang terbaik untuk kita, manusia ......

Aku sebenarnya hanya seorang arsitek, bukan seorang ahli struktur apalagi ahli konstruk kayu dan ahli gempa. Tetapi, mungkin tulisanku ini bisa untuk informasi awal ataupun informasi tambahan untuk sahabat Kompasianers di daerah gempa, untuk mulai memikirkan konsep rumah sederhana tahan gempa .....

Salamku .....

Sumber : pengetahuan tentang konstruksi kayu, gambar dari Google.

Profil | Tulisan Lainnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun