Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kanker Itu Hampir Merenggut Nyawaku

3 Oktober 2011   07:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:23 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13096071791943036955

By Christie Damayanti

[caption id="attachment_139104" align="aligncenter" width="410" caption="sehatherba.com"][/caption]

Sesudah anakku yang kedua lahir, dan 2 tahun kemudian semua yang di derita anakku sebagai bayi terlahir premature ( lihat tulisanku Pertama Aku Lolos dari Maut, Karena Tuhan Mencintaiku ….. ) 'recovery' hampir 100%, aku mulai tenang. Sekitar tahun 2003, aku mulai kembali bekerja sebagai arsitek proyek karena anak2ku sudah bisa mulai mandiri  ( masing2 berumur sekitar 7 tahun dan 4 tahun ) dan bisa aku titipkan kepada orang tuaku. Tetapi, bayang2 kematian masih mengikutiku, ..... benar2 bayangan kematian .....

Tumor rahimku mulai mengganas. Setelah anakku yang kedua lahir, aku tetapi terapi 'diatermi' untuk membuat tumorku kering dengan selalu dipanaskan dengan x-ray 3 kali seminggu di rumah sakit. Dan ketika dokter kandunganku mengatakan bahwa tumorku sudah kering, jujur, aku mulai malas untuk terapi karena aku harus mengejar ketinggalanku dalam dunia pekerjaan.

Suatu saat, aku mendapatkan bahwa jadwal menstruasiku lebih banyak dan saat itu aku tidak berhenti haid sekitar 2 bulan! Jujur, sebelumnya aku sama sekali tidak peduli karena mungkin aku benar2 sibuk. Tetapi, aku mulai sadar ketika anakku minta diajak berenang,

"Koq haidku tidak berhenti2 ya?", pikirku.

Besoknya aku chek-up ke dokter kandunganku, dan seharian beliau serius memeriksa tumorku, bolak balik aku ke laboratorium atau USG. Besoknya lagi, aku diminta ke rumah sakit2 yang lain, ada 3 rumah sakit untuk 'second opinion', dan aku langsung memberikan hasilnya kepada dokter kandunganku. Dengan berdebar, beliau mengatakan bahwa ..... aku positif mengidap kanker kandungan !!!

Jantungku berdebar keras, aku tidak bisa berpikir dan tiba2 duniaku gelap !!!

"Tuhan .... Apa lagi yang salah??? Apa yang aku lakukan sehingga ENGKAU marah??? Forgive me, GOD ..... !!!", pikirku dalam tangisku.

Aku menangis tanpa suara di depan dokter kandunganku, seorang dokter seumur papaku yang aku sudah anggap sebagai papaku karena beliau sangat sabar meladeniku sejak menikah dulu. *Sayang sekali, dokter kandunganku ini sudah meninggal beberapa tahun lalu*. Dokterku, memelukku dan aku benar2 tidak tahu apa yang aku bisa lakukan .....

"Christie, belum terlambat. Kanker kandunganmu bisa langsung diangkat, tetapi kamu tidak akan bisa mengandung lagi karena rahim kamu harus di angkat juga. Tumor kamu lekat sekali dengan rahim kamu. Bagaimana keputusanmu, menjadi hak kamu", kata dokter kandunganku.

Secepatnya, aku mengatakan, "Aku siap rahimku diambil, dok", karena aku harus membesarkan anak2ku, siapa yang bisa membuat mereka bertumbuh dan berkembang selain aku? Orang tuaku sudah tua, kasihan mereka .....

Seharian, dokterku menutup pintu bagi pasien2 yang mau berobat ke beliau karena beliau menemaniku dari shock dan beliau juga banyak memberiku penjelasan seputar kankerku. Dengan hati hancur, aku memantapkan hati untuk masa depan aku dan anak2ku. Aku hanya menelpon orang tuaku, suamiku, bos2ku, sahabat2ku dari ruang konsultasi dokter. Aku menangis tak henti2 walau aku berusaha untuk tegar ..... Doa kepada Tuhan, tak putus2 aku dengungkan, dan ketika aku merasa kuat, aku mengambil kunci mobilku untuk pulang dan menyiapkan operasiku 1 minggu kedepan .....

Sahabatku sekantor, seumuran aku, baru saja meninggal karena tumor rahimnya. Memang, waktu itu dia tidak merawat dengan terapi, karena dia takut. Perutnya membuncit, seperti mengandung, dan dia meninggal sekitar 1 minggu sebelum aku di vonis menderita kanker rahim. Sepupuku juga, barusan meninggal karena myoma rahim sekitar 1 bulan sebelum aku di vonis. Bagaimana aku tidak shock???

Seminggu itu, aku mati2an menjaga hati supaya aku tidak stress sehingga jantung dan tekanan darahku tidak naik. Aku harus siap, karena semakin hari, kankerku semakin berkembang, bukan ?? Aku berusaha tersenyum dan tertawa supaya aku dinyatakan sehat untuk dilakukan operasi untuk mengambil rahimku ( hysterectomy ).  Aku makan dengan lahap dan tidur dengan nyaman karena ingin bisa tetap sehat dan kuat.

Yang aku tahun walau agak heran, Tuhan terus mendampingiku. Dengan hati yang hancur karena banyak permasalahan, tetap saja aku bisa tenang menunggu operasi itu. Tidak stress dan tidak gelisah ..... terima kasih, Tuhan ......

2 hari sebelum aku dioperasi, aku harus masuk ke rumah sakit untuk menjalankan prosedur check-up. Aku ingat sekali, itu tanggal 17 Agustus 2003 dan anak2ku malah ikut lomba2 17 Agustus di rumah sakitku dan aku ikut bersenang dengan mereka. Operasiku tanggal 18 Agustus pagi. Anak2ku tidur di kamar ku dan sambil aku mengusap2 kepala mereka ketika mereka tidur, aku menangis,

"Jika memang Tuhan menghendaki mama 'pergi', sayang, percayalah, mama ada selalu di hati kalian, anak2ku .... ", aku menangis hebat, malam  hari sebelum operasiku ......

Hari operasi tiba

Pagi itu cerah sekali. Aku membaca Alkitab ketika anak2ku belum bangun. Orang tuaku dan suamiku sudah mengelilingku untuk bersiap mengantarkan aku ke ruang operasi sebelum dokterku datang menjemputku.

Aku didororng ke ruang operasi. Anak2ku memegangiku berjalan di samping kanan dan kiriku. Walau mereka tahu bahwa aku sakit dan akan menjalani operasi, mereka tetap tidak tahu bahwa nyawaku mungkin tidak bisa kembali ke tengah2 mereka .....

Begitu sampai di depan pintu ruang operasi, aku minta berhenti sebentar. Aku memandangi semua keluargaku, satu demi satu. Aku menciumi anak2ku dan mereka berantian menciumi aku, juga keluargaku. Mereka tahu bahwa hidupku diujung tanduk tetapi, mereka tetap tertawa2 agar aku tidak stress karena jika stress dan tekanan darahku naik, aku tidak jadi dioperasi dan kankerku lebih lama lagi ada di dalam tubuhku. Tangisku pecah lagi, ketika perlahan aku didorong masuk ke ruang operasi, dan aku melihat anak2ku berteriak,

"Mamaaaa ....."

Dan pintu tertutup sendiri ...... aku pasrah ......

Di dalam ruang operasi

Hawa dinginmenelanjangiku. Aku seakan2 berada di negeri antah berantah ..... dingin sekali ..... sepi ..... Aku takut ...... Aku ingin keluar ......

Suster2 yang membantu dokter yang mengoperasiku, memindahkan aku ke meja operasi yang sangat dingin .... Dengan alas stainless steel dan tanganku keduanya di ikat .... Dokter2 itu terdiri dari dokter kandunganku, dokter spesiali kanker rahim, dokter anastesi dan dokter penyakit dalam, serta Pendeta rumah sakit, dan beberapa suster yang membantu. Mereka bekerja dengan membisu, serius sekali ....

Aku di bius total, dan sebentar kemudian, aku tertidur ......

Cerita dibalik cerita ini

Dokterku memanggil papaku dan suamiku untuk masuk ke dalam ruang operasi. Beliau memperlihatkan rahimku yang ditumbuhi kanker, yang sudah di ambil dari dalam tubuhku. Katanya'

"Terlambat sedikit, Christie bisa meninggal kalau kanker itu 'pecah'."

Aku tidak mengerti sama sekali. Kata mereka, kanker itu keras dan besar, sampai sekitar diameter 11 cm. Dan ketika dokterku memotong kanker itu dengan pisau, seketika darah kehitam2an keluar dangan deras ! Katanya, baunya busuk sekali dan terlihat keras ! Aku tidak tahu, apakah kanker seperti itu bisa pecah?

Aku lepas lagi dari maut yang mengintaiku, untuk yang kedua kalinya. Karena anakku mengajak aku berenang, aku  baru tersadar dengan siklus menstruasiku. Dan jika aku terlambat sedikit saja untuk mengambil rahim dan kankerku, kata dokter karker itu bisa menjalar ke daerah 'getah bening' dan jika seperti itu dan masih bisa selamat, aku akan mengalami menopause dini ( waktu itu aku berumur 34 tahun ) ..... Puji Tuhan .....

Dokter menyatakan aku bebas dari kanker dan tidak perlu menjalani pengobatan lagi, apa lagi kemoterapi. Tetapi aku harus check-up sedikitnya 1 bulan sekali. Dan traumaku atas sebuah kanker yang hampir merenggut nyawaku, sudah selesai ...... Aku mulai bersiap menata hidupku lagi ......

2x aku terhindar dari kematianku dan aku betambah sadar tentang kuasa Tuhan atas diri semua orang, salah satunya hidup aku. Jika memang aku belum ditakdirkan untuk mati dan jika aku memang masih mempunyai tugas untuk masa depan, pastilah aku akan tetap bertahan ..... Tetapi jika aku tidak hidup berdasarkan Firman Tuhan, niscaya hidupku berantakan ..... Dan Tuhan memang selalu mendampingi aku, sesuai dengan janji NYA bahwa DIA tidak akan meninggalkan aku .....

Salamku .....

Profil | Tulisan Lainnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun