Semuabahasa Jawa 'kromo inggil' yang - sayang sekali - aku tidak mengerti sama sekali, kecuali 'Gusti Allah' .....
Dan jika pelayanan dsalam bahasa Jawa, lagu2 dan kesaksian pujiannya pun dalam bahasa Jawa, seperti Langgam, atau Campur Sari dengan Gamelan Jawa yang selalu diiringi oleh teman2 orang tuaku sebagai 'adiyuswo' ( orang2 tua yang sudah pension ). Dan setiap kotbah yang juga berbahasa Jawa Kromo Inggil, selalu ditutup dengan 'mocopat' ..... kesaksian bernyanyi khas Jawa, tanpa musik ( ajaahhh ... aku tidak tahu menjelaskanya ). Suasananya memang benar2 khas Jawa .....
Kelompok dari 'adiyuswo', orang2 tua seumur orang tuaku, memuji dan memuliakan dengan bermusik 'campur sari di iringi dengan gamelan Jawa.
'Macapat' , mengakhiri kotbah dari Pendeta kami.
Jika minggu ke-4, memang jemaatnya sedikit, karena memang tidak banyak yang mengerti. Tetapi di kebaktian pemuda dan remaja, tetap berbahasa Indonesia dan pada kebaktian sore hari, selalu ada pelayanan dalam 'Nuansa Baru' yang justru lebih banyak yang datang, dengan konsp modern serta konsep musiknya yang luar biasa .....
Yah, inilah di Gerejaku, GKJ Eben Haezer. Tetapi yang jelas, bahwa untuk memuji dan memuliakan Tuhan, tetap tidak membeda2kan tempat. Dimanapun, kapanpun serta oleh siapapun, tetap kita harus memuji dan memuliakan Tuhan kita .....
Selamat berlibur panjang karena Tahun Baru Imlek, Tuhan memberkati kita semua ......