Ruang makan dan kedua pembantu kami di dapur, diatas meja dapur.
Kedua mobil kami terendam. Jangankan Odissey walau sudah sempat di 'angkat', Panther kamipun ternedam. Secara sudah sebatas pangkal pahaku ..... Dan semua pemikiranku tentang 'rumah yang rapih dan bersih' melayang dari benakku ...... sekarang, aku hanya ingin berbuat untuk 'menyelamatkan' keluargaku ..... banjir di depan rumshku, tidak bisa di'tembus' oleh anak2ku kan? Mereka waktu itu masih berumur 11 tahun dan 8 tahun. Tidak ada listrik dan makanan2 di rumsh semua rusak karena kebanjiran termasuk lemari es kami .....
Panther kami, yang kami rasa cukup tinggi tetapi ternyata tetap terendam juga. Odissey kami yang sempat 'diangkat' setinggi panter, tetap terendam juga ......
Rumah2 di kompleks kami sama saja. Mereka semua tidak bisa berbuat apa2 karena hampir semua dari kami adalah keluarga muda dengan anak2 kecil. Tetapi Puji Tuhan, 'tetangga' kompleks kami, yaitu orang2 di perkampungan di sekitar kompleks kami membawa makanan berupa roti dan makanan2 kecil untuk dibagikan kepada kami. Belum ada evakuasi dari Walikota dan hampir semua tidak bisa menelpon karena telpon rumah mati dan kami tidak bisa meng-charge handphone kami masing2 .....
Setelah kami tinggal 2 hari di rumah kami dengan fasilitas seadanya dan dalam banjir tinggi, suamiku akhirnya menyuruh supir kami mencari keluar untuk minta bantuan orang tuaku. Kasihan anak2 kami, kelaparan, banyak nyamuk dan mulai kedinginan karena lembab dan mulai banyak cacing2 di dalam rumah karena air banjir ..... dan Kimin, supir kami sang sudah bisa keluar kompleks, berhasil menelpon papaku dan beliau membawa 'pasukan' teman2nya untuk evakuasi ......
Dari teras kamarku di lantai dua .....
Tidak ada perahu karet dan tidak mudah untuk mendapatkannya, karena mungkin tidak terpikirkan 'yang empunya Jakarta' ada banjir di daerah kami. Kimin dan papaku mencari sesuatu untuk membawaku dan anak2ku ke rumah papaku. Beruntung mereka menemukan gerobak sampah ......