By Christie Damayanti
Selamat datang di kotaku, Yogyakarta .....
Sebenarnya, Yogya bukan kotaku, melainkan kota nenek moyangku dari papa. Yogya adalah tempat berlibur favorite, selain kota Purwokerto, tempat nenek moyang mamaku. Dan makanan Yogya selalu membuat Kangen ... dan yang aku selalu kangen dan merupakan makakan favorite adalah gudeg. Bukan gudeg sembarang gudeg, gudeg favoriteku adalah gudeg Yu Jum.
Seperti yang aku tulis tentang Gudeg Yogya: Makanan Favoritku , gudeg Yogya memang ada 2 jenis, yaitu gudeg basah dan gudeg kering. Gudeg Yu Jum adalah gudeg kering. Warnanya cokat kemerah2an, dan diatasnya diberi 'areh' yang rasanya sangat manis dan uenaaaaaaaaakkkkkkkk sekali ...... hmmmmm, yummy ......
Pagi hari pertama kami di Yogyakarta, aku bangun jam 6.00 dan cepat kami berberes untuk keluar rumah. Makan pagi gudeg Yu Jum adalah tujuan kami yang pertama. Sebenarnya, dulu aku selalu makan di outetnya, di Plengkung. Tempatnya eksotis, khas Yogya, makan lesehan. Tidak besar, bahkan sedikit sempit dan sedikit berebut. Aku selalu memesan nasi gudeg berisi ayam suwir dan ati rempelo, dengan minum beras kencur, aaaahhh ...... enaknya .....
Tetapi karena aku sakit dan belum bisa lesehan, kami makan pagi di rumah keluarga Yu Jum, di Jalan Kaliurang, pas belakang UGM. Kami menuju kesana, dan begitu ada jalan menyusur kali, kami mencari gang rumahnya. Ketemu. Di sekitarnya tetap memang banyak terdapat gydeg 'palsu'nya, dengan nama masing2. Katanya, dulu mereka adalah anak buah Yu Jum dan membuat gudeg sendiri dan sekarang mereka mitra kerja atau saingan gudeg Yu Jum.
Papan nama penunjuk ke rumah Gudeg Yu Jum di belakang UGM jalan Kaliurang.
Jam 9.00 kami disana, ternyata ayam suwirnya sudah habis. Ya, mereka terkenal sebagai gudeg favorite untuk sarapan, akan siang dan oleh2 serta untuk 'sangu' diperjalanan, dan ayam suwir sangat populer karena tanpa tulang dan dagingnya sudah di 'suwir-suwir'. Yah, terpaksa aku hanya makan nasi gudeg dengan ati rempelo. Masing2 anakku nasi gudeg dengan lauk telor pindang gudeg dan orang tuaku dengan lauk ayam serta tempe tahu, masing2 juga ditemani dengan teh es manis khas Yogya.
Sebuah rumah tua pedesaan khas yogya, sangat terkenal dan pelanggannya bhkan sampai ke manca negara. Gudeg Yu Jum memang benar2 eank ..... tidak ada yang seenak ini, tidak juga pesaing2nya .....
Sambil makan, aku mengamati sekeliling rumah ini. Sama sekali tidak berubah, dengan suasana desa dan rumah2 tua pedesaan. Rumah keluarga Yu Jum lumayan terawat. Kuda2 atap rumahnya tanpa plafond tanpa ada sarang laba2. Meja kursi cukup terawat. Beberapa kursinya sudah diganti dengan yang baru. Saudara dan anak2 Yu Jum mewariskan bisnis ibunya. Mereka bersatu padu untuk mengelola bisnis Gudeg Yu Jum yang benar2 sudat terkenal dimana. Hampir semua justru dari luar kota, ketika mobil2 besar dan mewah selalu mampir ke rumahnya. Kalau penduduk lokal biasanya mereka mengendarai motor.
Suasana rumah makan gudeg Yu Jum, sangat sederhana tetapi masakannya sangat luar biasa .....
Nasi gudeg kami suah diantar ke masing2 meja kami. Hmmmmm, baunya menggugah selera. Warna gudegnya sangat membuat perutku tiba2 'bernyanyi' gembira, kruk kruk kruk ..... Kami menyantap dengan lahap, diiringi tembang2 lawas dalam alunan pengamen professional. Seorang ibu2 tua dengan 'vibrato' suaranya yang kental dengan 2 orang bapak2 tua dengan mengiringi ibu2 itu memakai bas dan gitar. Lagu2 Bengawan Solo, Jembatan Merah, Selendang Sutra dan sebagainya, membuat gudeg kami lebih enak ..... asik banget ......
Gudeg, sambel krecek serta paha ayam dan gudeg, sambel krecek serta ait ampela ayam .... Hmmmm ...
Sekitar 15 menit kemudian, gudeg2 itu sudah berpindah di perut kami. Cepat sekali, terutama aku. Aku sangat kangen gudeg ini dan aku menjadikannya makanan 'ter-enak' didunia ..... Aku berjalan sekeliling ruangan ini sambil memotret kehidupan disini. Sepasang keturunan Yu Jum selalu melayani pembeli di depan, mengmbilkan semua pesanan. Beberapa orang lagi melayani pembeli untuk membuat minuman dan beberapa lagi mereka membantu untuk mengepak gudeg untuk dibawa pulang. Berdoos2 sampai berkendil2, gudeg2 Yu Jum dibawa keluar Yogyakarta, bahkan sampai manca negara.
Gudeg2 itu bisa bertahan 2 sampai 3 hari tanpa pengawet. Jika sudah sampai, gudeg2 itu di panaskan di atas api dan disimpan di lemari es jika sudah dingin. Pun jika dibawa ke luar negri. Aku pasti membawa gudeg2 ini beberapa kendil degan lauk pauk untuk bisa dibagikan dan dimakan sendiri sesampainya di rumah. Jika kami di perjalanan, kami bisa membawa nasi doos gudeg beserta lauk pauknya .....
Gudeg seenak dan selezat ini sangat murah menurut orang Jakarta, Bayangkan saja, nasi gudeg dengan sambel krecek dan telor, dihargai Cuma 8 ribu rupiah, jika memakai paha ayam atau ati ampela cuma sekitar 12 ribu rupiah saja ..... astagaaaaaa ..... di kantorku yang notebene merupakan proyek dengan banyak tukang, biasanya jika aku makan warteg bersama dengan anak2 buahku, seperti gudeg ini paling tidak aku menghabiskan 10 ribu rupiah, pun tidak enak ... jika ada cabang gudeg Yu Jum di Jakarta, aku akan selalu membelinya .....
Ibu2 vokalis dengan suara vibratornya serta bapak2 mengiringinya dengan memakai bas dan gitar, kami 'tenggelam' dalam nostalgia .....
Setelah kenyang dan membayar makan pagi ini, kami mulai untuk berwisata, bernostalgia dan bersenang2 dengan keluarga ..... Besok, aku mau makan pagi Gudeg Yu Jum lagi, aahhhh ..... sampai kangenku sedikit terobati ......
Salamku dari Yogya, setelah makan gudeg Yu Jum .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H