Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sedikit Sisa Kenangan Tentang Eyang Probo ..... Aah, Aku Sangat Merindukannya

12 Desember 2011   09:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:27 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

By Christie Damayanti

[caption id="attachment_155554" align="aligncenter" width="653" caption="Illustrasi dari Google"][/caption]

Papa dari papaku, atau eyang kakungku ( kakek ), sewaktu beliau masih hidup, adalah seseorang yang selalu memberikan semangat serta pelajaran2 untuk kami, cucu2nya. Jika eyang kakungku dari mama, meninggal ketika aku masih berumur sekitar 5 tahun, tahun 1974. Tetapi eyang kakung dari papa, meninggal  ketika aku sudah kuliah, sekitar tahun  1990-an dalam umur 80 tahun. Aku ingin sedikit cerita tentang beberapa hal yang sangat menyentuh hatiku, ketika beliau tidak bisa lagi hilir mudik Yogyakarta - Jakarta karena memang sudah lanjut usia dan beliau sempat tinggal di rumahku di Jakarta .....

Eyang Probo, begitu semua memanggilnya, adalah seorang Pendeta di Gereja Kristen Jawa ( GKJ ) Mergangsan, Yogyakarta. Namanya Probodiningrat, dengan gelar KRT, Kanjeng Raden Tumenggung, entah apa artinya. Beliau sangat aktif hilir mudik kemana saja. Tiba2 bisa muncul di rumahku subuh2 naik kereta api dan sering tidak member kabar, padahal beliau sudah tua .....

Sejak kecil, kami selalu menyambangi eyang2 kami. Jika Lebaran, kami ke rumah eyang2 dari mama di Purwokerto karena beliau Lebaran. Dan jika Natalan, kami menyambangi rumah eyang2 dari papa di Yogyakarta. Sewaktu aku dan adik2ku masih TK dan SD, eyang Probo selalu mengajarka kami main catur dan kartu remi. Kami senang sekali! Aku ingat, kami bergantian melawan catur eyang Probo, dan bebeapa tahun kemudia kami lebih 'pintar' dari eyang Probo ( tidak tahu, apakah memang kami leih pintar, atau bliau mengalah kepada kami ). Yang jelas, aku dan adik2ku senang sekali bermain catur dan selalu mengalahkan teman2 kami dengan strategi yang diajarkan eyang Probo kepada kami .....

Setelah SMA, eyang Probo tidak mengajarkan kami permainan, tetapi beliau selalu mengajarkan kami tentang hidup dan cintanya kepada Tuhan. Papaku memang bukan seorang Pendeta seperti eyang Probo, tetapi papaku mengikuti papanya untuk melakukan pekabaran Injil, dan papaku juga sering diminta untuk berkotbah di beberapa Gereja dimana2.

Ketika aku kuliah, dan eyang Probo sudah semakin lanjut umurnya, beliau sering berobat di Jakarta. Jika berobat, beliau bisa berbulan2 di rumah orang tuaku. Beliau benar2 sudah lemah secara fisik. Adik2ku tidak di Jakarta, mereka kuliah di Bandung, hanya aku yang di Jakarta. Jika aku sudah pulang kuliah, dan mendapatkan eyang Probo sedang duduk2 di taman atau di ruang keluarga, aku pasti menghampirinya. Aku pijat2 tangannya dan beliau selalu bercerita tentang kenangannya tentang masa lalunya. Ketika beliau masih kecil sampai beberapa saat sebelum sakit ......

Beliau pernah stroke dan ingatannya sebenarnya masih baik untuk memori2 lama. Tetapi untuk memori2 baru, beberapa bagian otaknya rusak karena stroke itu, sehingga setiap saat beliau selalu menanyakan,

"Yanti ( keluargaku memanggilku Yanti, bukan Christie ), eyang sudah cerita tentang masa kecil eyang? Eyang sudah cerita tentang jaman revolusi? Atau apakah eyang udah cerita tentang keturunan siapa kita?", begitu eyang Probo bertanay setiap saat .....

Dan aku hanya tersenyum, aku mengerti bahwa ungatan beliau sudah tidak bagus lagi, tetapi aku ingin member kebahagiaan di sisa2 hidupnya. Aku selalu katakana,

"Belum eyang ..... certain donk, aku mau dengar", selalu aku jawab seperti itu .....

Begitulah hampir setiap hari aku mendengrkankisah yang sama tentang kehidupan eyang Probo dari masih kecil yang selalu berpindah karena perang, sampai kisah keturunan raja2 dati nenek moyang sampai aku. Aku sampai hafal cerita2 itu. Biasanya, dar sore sampai jam makan malam, aku mendengarkan cerita beliau sambil aku memijat2 tangannya ......

Biasanya, aku duduk disamping beliau, duduk di sofa sambil memijat2 tangannya. Tangan beliau terlihat tua, urat2nya besar membiru dan kulitnya keriput. Tetapi aku mencintai tangan itu. Tangan itu yang dulu sering memandikanku dengan adik2ku sambil bercipratan di bak mandi di Yogyakarta, secara jaman dulu, dalam bak mandi selalu ada ikan emas, dan aku dan adik2ku selalu ingin mengambil ikan2 emas itu .....

Tangan eyang Probo yang dulu selalu mengajarkan kami bermain catur seta kartu remi dan tangan keriput itu yang selalu menggandeng tanganku jika berjalan2 di Borobudur atau Prambanan ..... Setelah beberapa saat, biasanya suara eyangku terhenti karena tidur. Aku tetap memgusap dan memijit tangan beliau sampai beliau 'ngorok, dan aku hanya bisa meninggalkan beliau di sofa karena tidak mungkin untuk mengangkat beliau ke kamar .... Oya, beliau berbadan besar, seperti 'meneer', dulu selalu memakai topi seorang 'meneer', gagah sekali .....

Kadang2 aku bermanja2 sambil memijat2 tangan eyang Probo dan aku menyandarkan kepalaku ke dada binag eyang yang terakhir begitu kurus dimakan usia. Dan biasanya, yang mengusap2 kepalaku memakai tangan yang tidak aku pijat, dan suara eyang Probo bergetar parau .... Aku tahu, aku memang cucu kesayangannya karena hanya aku yang mau dan bisa sering memijat2 tangan eyang Probo, semua sepupu2ku yang lain, sibuk untuk sekedar melakukuan itu dan adik2ku sendiri pun di Bandung .....

Berbulan2 aku melakukan itu dan aku lebih mendekatkan diri pada eyang Probo, secara aku memang tidak suka bergaul dengan teman2, hang-out, kecuali memang harus mengerjakan tugas. Dan ketika kesehatan eyang menurun sampai meninggalnya, aku dilanda kesedihan yang amat sangat ....

Eyang meninggal ketika sebenarnya kesehatannya sudah lebih baik dan sudah pulang ke Yogyakarta, ketika aku sedang ujian semester. Bagai di sambar petir, aku tidak peduli dengan ujianku, dan langsung ke Yogyakarta via pesawat dengan orang tuaku. Aku menatapnya dalam peti sebelum peti ditutup. Dan aku seing memimpikan beliau waktu itu .....

Aku tidak tahu, tiba2 aku teringat tentang beliau dan aku menuliskannya disini. Seorang kakek yang sangat menginspirasi dan seorang kakek yang sangat sayang pada kami semua.

"Eyang Probo, aku sayang eyang, aku kangen eyang ....., tunggu aku di rumah Bapa yaaaa ...."

*Sungguh, aku menagis menulis ini ..... *

Profil | Tulisan Lainnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun