Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jejak Nostalgia: Masa-masa Kuliah di Perantauan

14 September 2011   06:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:58 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Christie Damayanti

Setelah lulus menjadi seorang arsitek, 1 tahun kemudian aku berkesempatan untuk bersekolah di Perth, Australia Barat. Berbeda dengan kota2 dunia yang cenderung ramai, Perth merupakan kota pelajar dan juga merupakan sebuah kota yang tenang dan damai. Kata temanku yang sedang belajar di Sydney pada waktu itu, Perth hanya sebuah 'desa' terpencil di Australia. Memang, Perth di kelilingi oleh padang pasir. Australia sebenarnya merupakan sebuah benua yang tandus .....

Aku ingat sekali, waktu itu tinggal indekos, di sebuah keluarga Inggris-Yunani. Papa angkatku adalah seorang Inggris Yunani bernama Con Micailidis dan mama angkatku seorang Inggris keturunan Australia, bernama Carol Michailis, bermukim di daerah Daniella, di jalan Grand Promenade, 10 menit dengan bis dari kampusku. Rumah kosku berhadapan dengan sebuah mall lingkungan dengan fasilitas yang lengkap, sehingga memudahkan aku untuk mencari semua kebutuhanku.

Aku dan orang tua angkatku, Con & Carol Michailis, Rommanee dan Gift, sahabatku dari Thailand, ber-BBQ di Yanchep.

Sebelum ini, aku tidak pernah berpisah dengan orang tuaku di Jakarta, ditambah papaku memang sangan 'protektif' sehingga aku benar2 menjadi seorang anak yang tidak bisa lepas dari orang tua walau ku tidak menjadi manja. Dan setelah aku tinggal di Perth untuk bersekolah, dan aku kos dengan keluarga asing yang sama sekali tidak menenal budayaku, sedikit banyak aku 'down'. Adaptasiku bisa aku jalani hanya selama beberapa hari dan aku mulai sibuk kuliah.

Setiap pagi, aku berangkat ke kampus jam 7 pagi untuk belajar di perpustakaan sebelum kuliah. Aku memang suka sekali membaca. Kampusku tidak terlalu besar dengan bangunan2 tua yang cantik. Aku datang kesana di pertengahan musim dingin ( sekitar bulan Juni 1993, musim ddingin di Australia adalah di pertengahan tahun, kebalikan dengan di Amerika dan di Eropa ). Di Perth tidak ada salju tetapi di musim dingin bisa sampai sekitar 2 derajat di bawah 0. Angin besar dan dingin membuat mata dan hidungku selalu berair dan wajahku memerah karena dingin. Kulitku kering dan aku harus selalu memakai lotion, karena jika tidak telapak tanganku pecah2 dan sakit untuk berkegiatan.

Beruntung, rumah keluarga angkatku mempunyai perapian di ruang keluarga, bukan hanyak 'heater' listrik tetapi benar2 api. Dan di masing2 kamar kami di beri heater listrik sehingga aku bisa tidur dengan nyaman .....

Di rumah orang tua angkatku, tidak hanya aku yg kost disana, tetapi ada 2 orang mahasiswa cewe dari Thailand dan seorang anak SMA dari Korea. Aku berteman dengan Rommanee dan Gift, 2 mahasiswa dari Thailand, karena kami seumur dan berhobi sama. Sedangkan Tae, anak SMA dari Korea memang bandel dan dia sering tidak ada di rumah sehingga kami jarang bertemu.

Sebagaimana di hampir semua negara, orang tua angkatku tidak mempunyai pembantu. Mereka dua orang tua yang cekatan walau mereka sudah mempunyai cucu. Dan aku, Rommanee dan Gift selalu membantu kebersamaan di rumah tersebut, jika kami tidak di sibukkan dengan kuliah2 kami. Oya, aku, Rommanee dan Gift bersekolah yang sama, di jurusan bisnis, sehingga aku benar2 mendapat saudara angkat sekaligus 2. Setiap hari kami berangkat bersama tetapi sering pulang berlainan, tergantung hoby dan kegiatan kami.

Seperti aku, sejak dulu aku memang hoby piano. Dan setelah kuliah, aku sering berlatih dengan teman2ku sesama 'pemusik' amatir. Aku sering berlatih bersama - duet piano dan biola - dengan sahabatku, Megumi, seorang remaja Jepang dibawahku beberapa tahun. Megumi memang jago bermusik dengan biolanya, yang dibawa dari Tokyo. Permainannya lembut tetapi pembawaanya sangat 'kuat'. Aku kagum berduet dengannya dan aku banyak belajar darinya untuk memainkan lagu2 yang kami suka, seperti : Nostalgy, Marriage de Amour, Fur Elise dan sebagainya.

Aku dan Megumi, seorang remaja dari Tokyo yang selalu berduet dengan ku untuk memainkan lagu2 yang kami suka, dimana saja .....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun