bahwa 'tinggal di rusun lebih 'bergengsi' ketimbang di gubuk reyot'.
5.      Tempat usaha yg ada sekarang bagi warga, akan hilang ( warung2 sederhana )
6.      Merepotkan anak2 dan orang tua
Lalu bagaimana caranya untuk membuat warga Jakarta bisa menempati rumah yg dialokasikan untuk semua warga dan tidak hanya rumah2 untuk golongan menengah dan golongan mewah?
Mungkin ada beberapa pemikiran seperti berikut :
1.      Golongan menengah dan golongan atas biasanya sudah mempunyai rumah, bahkan ada yg sampai masing2 keluarga mempunyai beberapa rumah dan apartemen. Mereka memang banak menabung / invest ke tanah / apartemen. Itu tidak masalah. Yg bermasalah adalah banyak diantara mereka yg memang 'serakah' dan 'mengambil keuntungan sebanyak2nya'. Rusun yg notebene diarahkan ke golongan bawah, beberapa dibeli mereka dan dijadikan investasi.
Seharusnya, rusun sederhana tetap diperuntukkan bagi golongan rendah. Mungkin bisa dipikirkan untuk kredit lunak sekali untuk mereka.
Rusunami yg menjadi 'incaran' warga berpenghasilan menengah atas. Desainnya yg lebih baik, itu yg diincar.
2.      Ada beberapa rusun sederhana untuk golongan bawah dan cukup berhasil. Misalnya di Kemayoran, Pejompongan dan daerah Tebet. Konsep bangunan rusun sederhana yang ditata apik, menambah semangat warga untuk memilikinya. Jangan hanya rusun yg 'ekonomis'. Rusun2 ini terdapat taman dan pedestrian ( walau kecil ), dan sedikit tempat usaha bagi warganya.
Disain adalah sesuatu yang bisa 'dimanfaatkan' untuk menambah 'integritas diri'. Jika hanya rusun tanpa didisain dengan benar, tidak ada manfaatnya karena pembangunan sia2. Disain tidak menjadi momok untuk menjadi mahal, banyak perencana2 muda yg juga memikirkan idealism Jakarta.