2.       mementingkan effisiensi,
3.      mobilitas tinggi,
4.      individualis,
5.       membina hubungan antara manusia dan 'lobby' dengan sesame teman lebih bermakna,
6.      keluarga yg masing2 juga lebih indiviualis,
7.       serta 'system' yg semakin rapuh
Ciri2Â tersebut mempengaruhi pilihan seseorang tentang lokasi dan jenis tempat pemukiman di perkotaan. Lokasi tempat kerja, tempat anak2 bersekolah dan kemudahan sarana angkutan umum menjadi pilihan utama. Dan yg terakhir maslah yg dihadapi adalah tentang kemacetan.
Pilihan perumahan sederhana biasanya di daeah peremajaan atau di lokasi baru. Dibangun oleh developer swasta atau pemerintah daerah. Dan biasanya didukung dengan kredit kepemilikan rumah dengan suku bunga rendah. Kebikjaksanaan pemerintah dalam pembangunan perumahan dan pemukiman untuk memenuhi kebutuhan bagi seluruh rakyat harus berimbang antara golongan masyarakat dengan berbagai tingkat ekonomi dan status sosialnya.
Tetapi sekarang, developer swaste cenderung 'melupakan' kebijaksanaan itu. Kawasan pemukiman yg besar mengutamakan pembangunan perumahan tingkat menengah sampai mewh dan dilengkapi dengan prasarana dan fasilitas lingkungannya, tanpa diimbangi dengan perumahan sederhana dan sangat sederhana bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah dalam satu lokasi, karena rumah sederhana apalagi rumah sangat sederhana tidak menguntungkan. Pemerintah memang mengatur untuk perimbangan antara pembangunan adalah rumah mewah : rumah menengah : rumah mewah adalah 1 : 3 : 6.
Rumah2 sederhana harusnya menempati lokasi tertentu di perumahan2 golongan menengah keatas, sebagai syarat developer.