Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

'Generasi yang Hilang?' Apa Itu?

19 Februari 2014   20:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:40 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2006, Bangkok terus berkembang. Ketika aku melihat dengan lebih detail, begaimana Bangkok 'mengalahkan' Jakarta, dengan dioperasikannya MRT tahun 2004 benar2 mengalahkan Jakarta! Belum lagi kepedulian warga Bangkok tentang lingkungnya, aku hanya bisa menelan ludah, membayangkan Jakarta akan bisa sseperti itu, kapan?????

Jika kita melihat kembali, sejak tahn 1982 ke bawah ( generasi oom dan tanteku serta generasiku, berarti ada 2 generasi ), lalu generasi anak2ku ( berarti ada 3 generasi ), apakah yang bisa dikatakan sebagai kesimpulan?

Bahwa sudah ada 3 generasi setelah kemerdekaan dan 2 generasi setelah kedua kota itu 'terlihat'. Bahwa tahun 1982 terlihat perbedaan Jakarta - Bangkok seperti apa. Lalu tahun 2000, bagaimana perbedaan Jakarta - Bangkok dan bagaimana Bangkok sudah 'mengalahkan' Jakarta. Apalagi tahun 2006, ketika Bangkok sudah mengoperasikan MRT, semakin tertinggallah Jakarta .....

Jika kita tertinggal dengan negara2 yang sudah ratusan tahun merdeka, 'ga usah ngomong, deh!'. Artinya, justru mereka harus menjadi fokus, bahwa Indonesia atau Jakarta harus seperti itu, dan disesuaikan denan hidup dan budaya Indonesia!

Ini hanya sekedar riset sederhana, dan aku sudah mewartakan di banyak artikel2ku, tentang 'generasi yang hilang'. Jakarta memang 'maju' secara kasat mata. Apalagi pembangunan gedung2 dan fisik kota yang terlihat sangat 'wah' dan 'mewah'. Tetapi pembangunan fisik Jakarta, tidak dibarengi dengan pembangunan fisik yang TER-INTEGASI dengan mental warga Jakarta.

Gedung2, jalanan atau apapun secara fisik Jakarta, ternyata tidak di desain dengan mental yang peduli dengan lingkungan serta sosial masyarakat kita. Sehingga ketika gedung2 di jakarta, reklamasi Jakarta yang katanya untuk 'melebarkan' Jakarta, atau bentuk2 fisik lain tentang Jakarta, menjadi tidak terkoordinasi dengan yang seharusnya!

Misalnya,

Apakah hanya dengan membangun perkantoran yang megah, tetapi tidak di desain yang melihat banyak aspek, sudah dikatakan kota itu sudah 'modern?' Belum tentu! Karena untuk mendesain perkantoran mewah, bukan hanya dengan barang2 mewah dan puluhan lantai, tetapi harus di integrasikan dengan kebutuhan  dan fasilitas disabilitas, tempat parkir sesuai dengan oerhitungan, KDB / KLB yang sesuai, atau juga sesuai dengan aturan2 pokok pemerintah! Bukan hanya sekedar membangun gedung puluhan lantai mewah, tetapi parkirnya kurang, tidak ada fasilitas disabilitas, atau KDB / KLB nya berlebih ......

Kemudian, 'generasi yang hilang' itu bukan secara fisik. Benar, banyak warga Jakarta yang berpendidikan, S1, S2 bahkan S3. Mereka benar2 pintar. Tetapi 'generasi yang hilang' itu bukan dilihat dari berpendidikan atau kehidupan materinya, tetapi AKHLAK dan KEPEDULIAN dengan lingkungan serta sosial masyarakatnya.

Jika warga yang berpendidikan ini sangat egois dan seenaknya saja ( misalnya, melanggar peraturan, berlaku sesuai dengan keinginan sendiri ), mereka akan membangun fisik Jakarta sesuai dengan ke-egoisannya saja. Artinya, Jakarta akan terus penuh dengan fisik ke-egoisan warga Jakarta saja. Dan itu berarti ada yang 'hilang' .....

So? Apakah Indonesia, khususnya Jakarta, akan terus 'kehilangan generasi?' Sampai kapan? Tidakkah kita memulainya dengan mendidik anak2 kita untuk hidup dengan baik dan akhlak sesuai dengan Rencana Tuhan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun