Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Adakah yang Peduli, jika Penurunan Muka Tanah Jakarta Setinggi 6,6 Meter Tahun 2030?

14 Maret 2014   00:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:58 1296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari perbandingan masterplan sejak tahun 1965 sampai tahun 2010 saja untuk perubahan tata hijau kota, sedemikian banyak. Bagaimana dengan masterplsn tahun 2030? Tahun 2050? Bahkan tahun 2100? Artinya, sangat dimunkinkan Jakarta semakin lama semakin memburuk!

Rusaknya susunan tanah Jakarta akibat pemancangan pondasi yang bertubi2, serta penyedotan air bawah tanah merupakan faktor terutama amblesnya Jakarta.

Penurunan permukaan tanah di Jakarta mengakibatkan masalah lingkungan. Pondasi2 yang ditanam guna membangun jalan raya, jembatan dan gedung2, seharusya dibarengi oleh kepedulian lungkungan. Penanaman pepohonan di Jakarta serta pembangunan ruang terbuka hijau ( RTH ), sebenarnya sangat membantu siklus alam.

Karena alam itu adalah cintaan Tuhan, sehingga jika alam 'marah' ( yang notebene adalah Tuhan yang 'marah' ), yang terjadi adalah BENCANA ALAM JAKARTA YANG TIDAK BERHENTI seperti di awal tahun 2014 ini : Banjir besar terus menerus, ataupun kebakaran karena ketidak-pedulian warga kota tentang peraturan2.

2. Kurangnya tanah untuk penyerapan air

Jika faktor pertama adalah penyedotan air bawah tanah yang berlwbih, seharusnya ada imbangan dari air hujan yang turun. Tetapi dengan kurangnya tanah peresapan, dan air hujan terus langsung menuju laut, sehingga air bawah tanahpun berkurang, karena ketidak-peduilian warga Jakarta terhadap lingkungan.

Coba bayangkan ilustrasi gambar dibawah ini :

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="daurbiogeokimia.net"]

daurbiogeokimia.net
daurbiogeokimia.net
[/caption]

Yang hijau adalah dataran Jakarta, puncak gunung adalah Bogor - Puncak dan sekitarnya. Air hujan turun sesuai siklus alam. Ada yang jatuh di Jakarta dan Puncak. Air selalu mengikuti dataran tinggi ke dataran rendah, sehingga dari Bogor - Puncak, akan mengalir ke Jakarta, sampai ke laut utara Jakarta.

Peresapan air harus ideal secara alami ataupun perhitungan desain. Tetapi apa yang terjadi? PERESAPAN DIMANA2 KURANG, karena dimana2 sudah di beton sesuai dengan perubahan penggunaan tanah ( land-use ) itu.

a.       Sehingga air langsung mengalir, baik dari Bogor - Puncak ataupun yang di dataran Jakarta, menuju laut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun