Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika Lala Membuat Kami Semua Terharu dan Menangis .....

31 Maret 2014   19:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:15 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Christie Damayanti


Dari kiri ke kanan : Adam, Lala ( Gabrilla ), Kezia, Devi, Mariam dam Annisa

Sebelumnya :

Remaja Ikut Lomba Menuls Surat? Ga Salah?Jaman 'Modern' ini?

Musik Memang Menyentuh Kehidupan Remaja

Apa yang Remaja Lakukan untuk 'Menjual Dirinya?'

Hari penentuan sudah tiba. Jumat tanggal 28 Maret 2014. Sebuah hari yang ditunggu2 bagi ke-6 finalis. Jam 8.00 mereka sudah harus 'ujian', untuk menulis surat yang baru, sesuai dengan pembekalan di hari sebelumnya. Mereka harus menulis surat lagi, terserah apakah mau menulis surat yang sama dengan perbaikan2 nya, atau benar2 menulis surat yang sama sekali berbeda untuk kelanjutan penjurian. Dan sepertinya, mereka menulis surat yang sama, dengan beberapa bagian atau alinea yang berbeda.



Suasana ujian bagi ke-6 finalis yang dipanggil ke Jakarta. Untuk kali ke-3 ini sejak tahun 2012 kemarin, kami menawarkan mereka mau ujian menulis surat lewat komputer ( yang disediakan oleh panitia ), atau mu menulis surat dengan tulisan tangan. Karena kami menyadari masing2 remaja harus bisa dan memang bisa memilih, sesuai dengan dunia dan ekspresinya sebagai remaja .....

Dan ternyata ada 1 remaja yang masih memilih menulis surat dengan tulisan tangan, yaitu Annisa dari Purwodadi ..... Tidak apa2, sayang ..... Tetap bisa berkarya dengan apapun, bukan?

Begitu juga Lala, yang sudah memberikan alasannya mengapa pianonya di kirim ke London. Juka Kezia, yang memang ingin menjadi penyanyi dan meminta mamanya dengan teramat sangat mengijinkannya.

Lalu juga Adam, seorang remaja dari Bantul Yogyakarta, yang sangat mencintai gamelan, atau Mariam yang mencintai keyboardnya serta Annisa yang ingin bisa bergitar dalam bermusik. Oya, satu lagi adalah Devi yang sangat memuja WR Supratman dengan lagu Indonesia Raya nya.


Devi dengagn suratnya kepada WR Supratman dan Indonesia Raya

Ke-6 finalis ini mempu meningkatkan kemampuannya dalam menulis suratnya kepada benda2 atau orang2 yang disayanginya. Anak2 yang hebat! Anak2 yang cerdas! Mereka dengan gampangnya memberikan sentuhan2 cantik dan 'improve' dalam berbahasa ( bahasa Indonesia atau bahasa Inggris ) dalam ujian itu. Dan kami dewan juri benar2 bangga bahwa anak2 Indonesia memang luar biasa!


Dewan Juri di antara finalis untuk mengamati serta mendukung mereka, masing2


Dewan Juri berembuk dan berdiskusi untuk hasil yang terbaik, dari ujian menulis surat mereka

Ketika hadiah dibagikan, juara pertama ( Gabriella ), kedua ( Adam ) dan ketiga ( Kezia ) serta juara harapan pertama ( Mariam ), kedua ( Devi ) dan ketiga ( Annisa ), jajaran pejabat Kominfo datang. Bahkan Prof Kalamullah Ramli selaku Dirjen PPI Kemen Kominfo pun dibela2in datang. Bahkan beliau sempat terharu dalam sambutannya mengenai kegiatan ini dan setelah Lala di daulat untuk membacakan suratnya yang memang memakai bahasa Inggris.



Semua menyanyikan lagu Indonesia Raya yang di pimpin oleh Devi yang memang sangat suka lagu Indonesia Raya dari WR Supratman



Juara harapan 1, 2 dan 3 dan Juara pertama, kedua dan ketiga. Remaja2 yang luar biasa!

Pak Muly, begitu aku akrab memanggilnya, seakan terhanyut dalam cerita piano yang sudah berada di London tetapi sentuhan2 musiknya tetap ada di hati Lala. Entahlah, apa yang dirasa pak Muly. Tetapi yang jelas, beliau selalu berkata tentang anak2 Indonesia, masa depan perjuang bangsa. Beliau sangat apresiatif melihat, mendengar dan berinteraksi kepada semua yang terlibat dalam event ini, terutama dengan remaja2 finalis lomba ini. Dan beliau berpedan pada remaja2, untuk tetap semangat, terus berusaha dan berjuang bagi masa depan mereka, menjadi yang terbaik!



Ketika Lala membacakan suratnya kepada pianonya yang sudah berada di London .....

Beliau memang salah satu 'sahabatku', yang bersama peduli kepada anak2 dan remaja. Kepedulian beliau, terlihat dengan beberapa kali kami berkolaborasi untuk beberapa event teknologi.

Lihat tulisanku :

Empat Motivator Penyandang Disabilitas, Akan Mengunjungi 34 Provinsi di Indonesia

Cacat? Disabilitas? Mimpi Kita Semua Sama, koq!

Dan semakin kesini aku semakin yakin bahwa beliau benar2 menaruh harapan yang besar tentang masa depan anak2 Indonesia. Seperti ketika beliau bercerita tentang keinginannya untuk mahasiswa2nya ( beliau juga sebagai staff pendidik di UI ) untuk selalu menulis sesuai dengan hati, tidak 'copas' dan beliau juga tidak mau mahasiswa2nya menjadi 'generasi copy paste'.

Beliau juga mengatakan bahwa, walau event ini tidak dihadiri oleh satupun wartawan media massa, tetapi sungguh ini justru kejutan untukku. Bahwa pak Muly percaya bahwa aku mampu menuliskannya serta memberitakannya lewat Kompasiana. Beliau sangat yakin bahwa tulisan2ku mampu menginspirasi banyak orang, dan ingin aku terus menyebarkannya bagi semua masyarakat dunia tentang apapun, termasuk kegiatan Lomba Menulis Surat Remaja tahun 2014, yang baru selesai ini.



Pak Widyawan, ketua panitia dan sekaligus yang membacakan juara2nya. Pak Muly yang sempat sangat terharu dan beberapa saat terdiam di atas panggung, membuat aku dan semua yang ada disana itu terharu dan bebeapa juga ikut menangis .....

Memang mereka anak dan remaja indonesia yang luar biasa, yang mampu membuat pak Muly serta semuanya sungguh sangat bangga sebagai generasi penerus bangsa .....

Dadaku berdebar haru. Beliau adalah seorang Dirjen, tetapi beliau bisa merangkul banyak orang untuk terus berjuang dengan masing2 kapasitasnya, terutama aku melihat kepeduliannya terhadap anak2 dan disabled dalam kapasitasnya sebagai tunas bangsa.

Cukup lama beliau berdiam diri di panggung dalam sambutannya. Wajahnya memerah dan suaranya parau. Sangat terlihat bahwa beliau benar2 tersentuh dengan keluarbiasaan ke-6 finalis itu. Apalagi surat yang dibacakan oleh Lala, memang sangat menyentuh. Aku tidak tahu, sebenarnya apa yang ada di hati beliau, tetapi aky yakin dengan kata2 beliau bahwa pak Muly sangat ingin anak2 dan remaja bisa menjadi tunas2 bangsa penerus generasi Indonesia.

Bahkan dewan juri serta jajaran Kominfo ikut2an menangis karena haru, Dirjennya menangis. Dan semakin aku bisa melihat kepedulian kita semua untuk lebih memperhatikan anak2 kita sebagai generasi penerus bangsa .....

***
Hari itu, pelajaran baru pun ada di hatiku. Bahwa walau aku dalam keterbatasan seperti ini, yang secara fidik sama sekali tidak mampu untuk berbuat sesuatu bagi anak2 kita, tetapi aku tetap bisa berbuat sesuatu. Minimal aku bisa memberikan motivasi dan semangat bagi anak2 Indonesia. Lewat menulis. Atau lewat apapun. Mengajak mereka terus menulis. Atau mengajak mereka tetap mengembangkan hobi nya masing, sebatas keinginan mereka. Atau apapun yang aku bisa lakukan!

Keterbatasku sebagai insan pasca stroke, bukan berarti aku tidak mampu berkarya. Bagiku sendiri, justru keterbatasanku ini lrbih meningkatkan pelayananku untuk Tuhan ( karena DIA sungguh terus memberkatiku ), salah satunya lewat anak2 dan remaja di berbagai bidang untuk masa depan mereka .....



Berfoto bersama finalis dan pebimbingnya serta pejabat Kominfo. Juga Pak Muly berfoto bersama para Dewan Juri ......

Sampai bertemu di Lomba Menulus Surat Remaja tahun 2015, yang pasti akan lebih baik lagi dari sekarang, Tuhan berkati .....

Selanjutnya :

http://muda.kompasiana.com/2014/04/01/surat-untuk-lala-643563.html


Profil | Tulisan Lainnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun