Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

1 Hari Penuh Makna : Gathering 'Komunitas Insan Pasca Stroke dan Disabled'

5 Mei 2014   20:33 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:50 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti


Kami, Insan Pasca Stroke ( dari kiri ke kanan ) :

Mba Visi, aku, pak Didin, mas Ribhan, mas Aji dan mas Jerry



Sabtu kemarin tanggal 3 Mei 2014, rumahku cukup ramai. Jam 9.30 pagi saja sudah ada mas Aji dan mas Jerry, sama2 insan pasca stroke ( IPS ) seperti aku. Belum lagi sampai sore banyak sahabat2 IPS yang datang untuk sekedar sharing dan kongkow, saling mendukung dan memberi informasi. Ya, aku mengadakan 'open house' untuk diskusi dengagn sahabat2 IPS dan disabled, dimana komunias ini terbentuk lewat grup Facebook, untuk mewadahi sebagai 'rumah' kami.

Dari tulisanku di Menebar Kasih dalam 'Komunitas Pendukung' Berbagai Permasalahn, aku memang mengajak sahabat2 yang berbeban berat, bukan hanya Ips atau disabled saja, tetapi siapapun untuk sekedar berbagi demi hidup yang lebih baik, untuk masuk dan bergabung dalam grup Facebook-ku. Dan dari November 2013 sampai sekarang (  Mei 2014 ) ini ada 66 anggota terdiri dari IPS, disabled, dokter, terapist, Pendeta dan sahabat2 'care-giver' atau yang lainnya untuk berbagi. Misiku hanya sekedar me-motivasi mereka2 yang masih sedikit putus asa atau depresi. Atau aku mengajak mereka2 dari luar grup ini atau dari dunia nyata, untuk sekedar melihat betapa grup ini mampu menjalankan fungsinya bagi pelayanan dalam Tuhan.

Mas Aji memang sudah sekitar 11 tahun pasca stroke. Dia terserang stroke waktu berumur 20 tahun, sedang semangat2nya sebagai kaum muda, dan dia sempat depresi 2 tahun sebelum mulai bangkit untuk memulai hidup barunya lagi.

Mas Aji sudah mampu mengendarai motornya lagi, walau sisa2 serangan strokenya seperti aku, lumpuh ½ tubuh sebelah kanan, walau sekarang sudah jauh lebih dari dari aku. Dia sangat bersemangat untuk melayani, lewat kemampuannya berbagi dan mengajak berkegiatan sebagai humas Club Stroke di Rumah Sakit PON ( Otak Nasional ) di Cawang. Kami ersahabt baik sebagai sesama IPS dan mas Aji membantuku untuk pendukungan motivasi bagi yang lain.

Mas Jerry adalah sahabat mas Aji dan aku serta mas Aji sempat datang kerumahnya, untuk memotivasi hidupnya sebagai IPS. Mas Jerry belum bekerja lagi setelah serangan stroke sekitar 1 tahun lalu. Tetapi mas Jerry terlihat semangat, bicaranya menggebu2 serta hidupnya jauh lebih baik dari yang aku tahu setelah aku ke rumahnya beberapa bulan lalu di Bambu Apus.

Lihat tulisanku Cerita tentang Mas Jerry : Sesama IPS Harus Tetap Berinteraksi untuk 'Penyembuhan Diri'

Setelah itu, datang mas Ribhan. Dia adalah IPS yang aku tahu dari Facebook dan masuk ke komunitas IPS dan disabled yang aku bentuk. Aku belum pernah bertemu dengannya tetapi sering mengobrol dengannya lewat ibox Facebook atau lewat komentar2 dari postingan2ku.

Mas Ribhan sendiri sebagai IPS sepertinya terlihat jauh lebih baik dari kami bertiga, aku, mas Aji dan mas Jerry. Mas Aji dan mas Jerry adalah yang lebih berat dariku dan batok kepalanya harus dibedah untuk menghentikan darah yang mengalir karena pembuluh darah otaknya yang pecah. Aku tidak sampai dioperasi, walau secara fisikpun, aku sama beratnya dengan mereka.

Tetapi mas Ribhan terlihat sangat sehat, dan aku bersyukur untuknya karena dia jauh lebih muda dariku tetapi mampu untuk tegar menghadapi permasalahan yang mengikuti sebagai penderita dan IPS. Suaranya ceria dan kami sering tertawa bersama sambil menunggu sahabat2 yang lainnya.

Lebih siang, datang pak Didin, seorang 'papa baru' untukku. Ya, pak Didin selalu mengingatkan kepada papaku yang sudah dipanggil Tuhan. Wajah yang ramah, selalu tersenyum serta kumis seperti papa ...... dan aku selalu bahagia jika beliau datang, memeluknya serta berbicara seperti aku berbicara dengan papa. Pak Didin datang dengan istrinya, bu Sylvi yang selalu setia disampingnya.

Dan pak Didi mampu bersemangat dari 5 bulan keterpurukannya, dan sudah menghasilkan prestasi yang luaar biasa bersama anak terkasihnya, Yordan, menciptakan 9 alat musik baru! Dan alat musik ini pengerjakannya sudah dibantu oleh pemerintah serta segera di daftarkan pada Rekor MURI setelah hak paten didapatkannya.

Lihat beberapa tulisanku tentang beliau :

Pak Didin, Stroke Survivor, yang Mulai Bangkit dari Keterpurukannya

Dalam 3 Hari Saja, Pak Didin, Insan Pasca Stroke, Sudah 'Sembuh'

Jam makan siang tiba, dan kami makan bersama. Tetapi ditengah makan siang, ada yang datang yaitu mba Visi, seorang IPS yng juga batok kepalanya dioperasi. Aku mengenalnya ketika dia mencari2 tentang IPS dan dia mendapatkan tulisan2ku di Kompasiana, buku2ku sserta dia membeli bukuku lewat percetakan. Lalu mba Visi mengontakku lewat Twitter, dan bertemulah kami di komnitasku dan kemarin Sabtu, datang ke rumahku ..... senangnya .....

Mba Visi sudah lebih dari dari aku juga, tetapi belum bekerja lagi. Rencananya akan mulai bekerja bulan Juni atau Juli tahun ini, setelah dia mampu untuk menegakkan kepalanya tanda percaya diri. Dia lumpuh ½ tubuh sebelah kiri. Puji Tuhan! Mba Visi datang bersama suaminya, mas Ari dengagn anaknya yang baru kelas 2 SD. Selamat datang, mba Visi, dalam komunitas pendukungan bagi sahabat2 yang membutuhkan .....

Kami makan bersama sambil tertawa2 ceria, dan terakhir ada sahabta non-IPS tetapi waktu itu dia membutuhkan dukungan penuh untuk keadaan bayinya yang diberikan Tuhan dengan kelemahan indra penglihatannya. 'Dede' Anien, putri terkasihnya dianugerahi fisiknya dalam keterbatasan, teapi mba Lilih Wilda, mamanya, semangat untuk terus berjuang dan percaya bahwa Tuhan tidak akan meninggalkannya. Mba Lilih percaya bahwa masa depan dede Anien dan keluarganya bukan rancangan kecelakaan, melainkan rancangan damai sejahtera .....


Aku, mba Lilih Wilda dengan dede Anien

Hehehe, se-siang itu, dede Anien mampu merebut simpati kami semua. Aku langsung jatuh cinta kepada dede Anien dengan sosok fisiknya sebagai seorang bayi yang menggemaskan! Begitu juga dengan yang lain. Bahkan bu Sylvi lama menggendongnya sambil menyusuinya lewat botol.


Mba Lilih, bu Sylvi dan dede Anien

#Duh ... aku ingin juga menggendongnya, tetapi tanganku cuma satu, aku hanya bisa bermain dengan tagan kiriku, mengoceh untuknya serta menciumnya .....

Semangat terus, mba Lilih ..... Tuhan akan menemani mba dan dede Anien .....


Bahkan, mama ku pun langsung jatuh hati dengan dede Anien. Bermain bersama .....

Makan siang pun terus menghasilkan suasan yang ceria. Sate ayam yang aku pesan hampir habis, senang rasanya aku melihat sahabat2ku ceria. Terima kasih, Tuhan atas hidup kita walau penuh dengan keterbatasan .....

Setelah makan siang, karena anak2ku sibuk ( Dennis les di dekat sekolahnya, Michelle les Bahasa Inggris di LIA ), maka bu Sylvi meminta untuk membereskan sisa2 makan siang dan mencuci piring2 kami. Astaga ...... maaf dan terima kasih, bu Sylvi atas kesediaannya, serta kasihnya padaku. Kebetulan juga mamaku sedang agak tidak enak badan, setelah malamnya harus mengantarku ke 2 orang dokter untuk check-up di rumah sakt Cikini sampai malam. Dan di rumahku tidak ada pembantu.

***

Jam 3 sore, aku mengajak mereka semua untuk siaran bareng di Radio Pelita Kasih ( RPK ) 96.3 FM, dimana aku menjadi nara sumber tetap sejak Februari tahun 2013. Tetapi mas Ribhan dan mba Visi tidak bisa bersama karena beberapa alasan. Jadi, hanya aku, mas Aji, mas Jerry, pak Didin beserta mba Lilih Wilda dengan dede Anien-nya.



Suasana ceria pun melanda di ruang studio RPK di Cawang itu. Walau pemancarnya memang sedang bermasalah dan ternyata siaran itu hanya direkam saja ( recording ) untuk ditayangkan Sabtu tanggal 10 Mei 2014 besok, ternyata tidak mampu membuat kami tetap bersenda gurau, saling mendukung, saling mengasihi untuk masing2 berbicara tentang keadaanya.


Aku menerangkan tentang Komunitas Insan Pasca Stroke dan Disabled : Berkarya dalam Keterbatasan, dengan pergumulannya. Lalu masing2 sahabat bercerita tentang pergumulannya dalam hidupnya sebagai IPS serta mba Lilih dengan keadaan dede Anien serta pergumulannya melawan cibiran2 lingkungannya .....


***

Sebuah suasana yang bisa menjadi inspirasi bagi yang tahu tentang makna hidup. Bahwa keadaan fisik kita bukanlah halangan.

Jika Tuhan menganugerahkan fisik dan hidup kita sedemikian, itu adalah rencana NYA. Jika fisik kita menjadikan kita terpruk, itu bukan keinginan NYA. Yang Tuhan kehendaki adalah sebuah KEPERCAYAAAN bahwa Tuhan akan terus bersama kita.

Tetapi kita memang harus terus BERUSAHA, BERDOA, BERSYuKUR ang segala hal walau mungki ini adalah yang terburuk untuk kita, serta PERCAYA, bahwa Tuhan sedang merenda hidup kita untuk rencana NYA .....

Tetap semangat! Tuhan berkati .....


Profil | Tulisan Lainnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun